Hari ini saya memanen kangkung yang saya tanam tiga minggu lalu. Namun hasilnya tidak seperti yang saya harapkan. Daunnya tidak begitu subur, batangnya kecil, dan tidak lebat. Saya sadar, selama tiga minggu ini saya tidak pernah memberi pupuk atau merawat tanahnya dengan baik. Saya hanya menabur benih dan  sedikit menyiram karena saya pikir sudah disiram hujan dan saya berharap hasilnya akan bagus. Ternyata, tanpa tanah yang subur dan perawatan yang cukup, tanaman itu tidak bisa tumbuh maksimal.
Pengalaman sederhana ini mengingatkan saya pada hati kita di hadapan Tuhan. Hati manusia itu bagaikan tanah. Firman Tuhan yang kita dengar dan baca adalah benih. Namun, benih itu tidak akan bertumbuh jika hati kita keras, penuh dengan batu, duri, atau tidak pernah digarap. Kita perlu terus mengusahakan hati kita supaya menjadi tanah yang baik , tanah yang subur, agar benih Firman bisa tumbuh dan berbuah lebat .
Yesus berkata dalam Matius 13:23,Â
"Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, lalu berbuah; ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."
Tanah hati kita perlu terus dipupuk dengan doa, disiram dengan firman, dan dijaga dari gulma dosa. Jika tidak, seperti kangkung yang saya panen hari ini, hidup kita mungkin tetap bertumbuh, tapi tidak akan berbuah dengan maksimal.
Kiranya kita mau belajar untuk terus menggarap hati kita di hadapan Tuhan, supaya selalu menjadi tanah yang subur, sehingga firman yang ditaburkan di dalamnya bisa menghasilkan buah yang berlimpah bagi kemuliaan nama Tuhan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI