Gadis kecil itu berumur 8 tahun. Ia memiliki hati yang lembut, dan penuh cinta. Dia terlalu kecil untuk bisa memahami banyak hal yang ia saksikan. Ia benci untuk menceritakan kembali apasaja yang sudah ia lihat dan alami. Karena ia memang tidak ingin mengingatnya lagi. Tapi ada satu hal manis yang ia lakukan, dan masih jelas tergambar seperti barusaja terjadi. Saat itu ia duduk di bangku kelas 1 SD, gadis kecil itu menulis kalimat seperti ini di robekan kertas :
halo, aku di masa depan. Aku adalah kamu di umur 8 tahun, saat ini aku sangat sedih karena ibu sedang sakit dan ayahku sedang pergi dengan seorang yang tidak kukenal, yang biasanya dia panggil "sayang" di ponselnya. Bahkan tidak ada yang mengantarku saat hari pertama masuk sekolah. Tidak ada yang memelukku. Semoga ketika aku membuka kertas ini lagi, ibu sudah sehat dan bisa memelukku lagi.
Ia hampir menangis, segera dilipat kertas kecil itu, dan memutuskan untuk membukanya kembali beberapa bulan atau beberapa tahun lagi dengan harapan yang lebih baik. Disimpannya kertas kecil itu di kotak pensilnya. Kertasnya hilang, tapi pesan di robekan kertas itu selalu ia ingat.
Kurasa, ia tidak sedih ketika menulis kalimat itu, tidak juga gembira. Ia menulis itu untuk menguatkan dirinya. Ia memiliki keyakinan bahwa suatu hari nanti ia akan menjadi perempuan yang kuat, tangguh, dan berani untuk melindungi dirinya dan ibunya.
Setiap hari, ia ingin segera dewasa. Apakah agar bisa nongkrong di cafe memakai baju trendy dengan teman-teman? apakah agar bisa berdandan dengan cantik? Tidak. Ia ingin segera dewasa agar bisa memberikan keberanian pada ibunya dan dirinya sendiri untuk melawan orang yang memperlakukan mereka dengan buruk.
Dan ia tumbuh dengan baik. Ia tumbuh menjadi sosok yang ia butuhkan saat kecil.
Aku memeluk anak kecil 8 tahun itu dalam diriku. Kini aku bisa melindunginya dan ibunya. Mereka tidak perlu takut dan panik lagi saat ayah melempar gelas, memukul kepalanya, menendang punggungnya, menenggelamkannya di bak mandi berjam-jam, bahkan mereka tidak perlu lagi takut kepada seseorang yang dipanggil "sayang" oleh ayahnya 16 tahun yang lalu.
Kalau orang selalu bilang "aku rela mati untuk orang yang kusayangi". Tapi bagiku tidak, aku akan bilang "aku rela bertahan hidup meski ingin mati, untuk orang yang kusayangi".
Aku ada untuk memberi mereka rasa aman dan keberanian.
Aku akan hidup untuk anak perempuan 8 tahun itu, dan ibunya.