Mohon tunggu...
Melani Nurmalasari
Melani Nurmalasari Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya memiliki sebuah hobi yaitu berolahraga,jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Surabaya

Pertempuran Surabaya (10 NOVEMBER 1945)

29 Juni 2025   09:46 Diperbarui: 29 Juni 2025   09:46 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surabaya. Sumber ilustrasi: KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Awal Terjadinya Pertempuran Surabaya

awal mula Pertempuran Surabaya terjadi karena kedatangan pasukan sekutu pada 25 Oktober 1945. Pasukan ini merupakan bagian dari AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) dan mendarat di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Mereka dipimpin oleh Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern Mallaby dan segera membentuk pos pertahanan di kota tersebut. Tujuan utama kehadiran pasukan sekutu adalah untuk mengamankan para tawanan perang, melucuti senjata tentara Jepang, serta menjaga stabilitas keamanan setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Dalam rangka melaksanakan misi tersebut, pasukan sekutu menyebarkan selebaran yang meminta masyarakat menyerahkan senjata mereka. Namun, ajakan ini justru menimbulkan kemarahan warga Surabaya, yang menolak untuk patuh dan tetap mempertahankan senjata mereka.

 Penolakan tersebut kemudian memicu perlawanan rakyat terhadap pasukan sekutu sebagai bagian dari upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sementara itu, tindakan pasukan sekutu di lapangan ternyata melebihi mandat awal mereka. Pasukan Inggris, yang merupakan kekuatan dominan dalam sekutu saat itu, menyerbu penjara di Surabaya untuk membebaskan tawanan mereka serta berusaha menguasai berbagai lokasi strategis dan fasilitas penting di kota tersebut, yang semakin memperkeruh hubungan antara Indonesia dan pihak sekutu.

Sejarah Pertempuran Surabaya ( 10 November 1945)

Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 bukanlah akhir dari perjuangan bangsa. Di berbagai daerah, termasuk Surabaya, rakyat masih harus berjuang mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan. Salah satu momen penting dalam perjuangan tersebut adalah Pertempuran Surabaya yang berlangsung pada 10 November 1945. Peristiwa ini menjadi salah satu pertempuran terbesar dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia serta menjadi lambang perlawanan rakyat terhadap penjajahan.

Dalam bukunya yang berjudul Pertempuran Surabaya (1985), Nugroho Notosusanto menggambarkan pertempuran ini sebagai peristiwa yang menegangkan dan penuh semangat perjuangan. Sejarawan Ricklefs dalam karya A History of Modern Indonesia Since C.1200 menyatakan bahwa pertempuran ini merupakan salah satu yang paling dahsyat selama masa revolusi. Bagi pasukan Inggris, pertempuran tersebut terasa seperti neraka karena rencana mereka untuk merebut Surabaya mengalami keterlambatan dua hari dari jadwal semula, yaitu 26 November, akibat perlawanan rakyat Indonesia yang begitu kuat. Meskipun akhirnya Surabaya berhasil dikuasai oleh pasukan sekutu, pertempuran ini membawa perubahan dalam pandangan Inggris dan Belanda terhadap bangsa Indonesia.

Pasca peristiwa ini, Inggris semakin menegaskan sikapnya sebagai pihak yang netral dan tidak berpihak kepada Belanda. Di sisi lain, Belanda yang sebelumnya menganggap enteng semangat juang rakyat Indonesia mulai menyadari bahwa mereka tengah menghadapi perlawanan yang serius dan terorganisir, bukan hanya gerakan kecil yang sporadis.

Kedatangan Pasukan Sekutu ke Indonesia

Kehadiran pasukan sekutu di Indonesia merupakan bagian dari misi SEAC (South East Asia Command) yang berada di bawah pimpinan Laksamana Louis Mountbatten. Karena cakupan wilayah kerja SEAC sangat luas, dibentuklah AFNEI sebagai unit khusus yang menangani wilayah Indonesia. AFNEI dipimpin oleh Letnan Jenderal Philip Christison, yang tiba di Jakarta pada 29 September 1945. Tugas utama AFNEI di Indonesia adalah melucuti senjata tentara Jepang, memulangkan mereka ke negara asal, membebaskan tawanan perang dari pihak sekutu, serta menjaga stabilitas dan ketertiban.

Namun, pada 24 Agustus 1945, Inggris dan Belanda telah menandatangani perjanjian yang dikenal sebagai Civil Affair Agreement. Dalam perjanjian ini, Inggris sepakat untuk membantu Belanda mengembalikan kekuasaannya di Indonesia. Kesepakatan ini memicu penolakan keras dari rakyat Indonesia terhadap kedatangan pasukan sekutu dan menjadi salah satu penyebab terjadinya pertempuran di berbagai daerah.

Masuknya Pasukan Inggris ke Surabaya

Pada 19 September 1945, tim RAPWI (Recovery of Allied Prisoners of War and Internees) dari AFNEI tiba di Surabaya. Namun, kehadiran mereka ditolak karena tidak melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan pihak Indonesia. Situasi semakin memanas ketika Kapten Huijer, seorang perwira Angkatan Laut Belanda, datang ke Surabaya untuk menerima penyerahan pasukan Jepang tanpa seizin pihak Inggris. Pada 3 Oktober 1945, Jepang menyerahkan berbagai perlengkapan militer yang kemudian diambil alih oleh pasukan TKR, termasuk dengan menangkap Kapten Huijer.

Pasukan Inggris yang memasuki Surabaya merupakan Brigade Infanteri India ke-49 di bawah pimpinan Brigadir Mallaby, dengan kekuatan sekitar 4.000 hingga 6.000 personel. Mereka baru diizinkan masuk setelah melalui perundingan dengan tokoh-tokoh penting Surabaya seperti Gubernur Suryo, dr. Moestopo, Sudirman, Radjamin Nasution, dan lainnya. Setelah tercapai kesepakatan, pasukan Inggris diperbolehkan menduduki beberapa lokasi sesuai dengan tugas mereka, dengan syarat tidak boleh melibatkan NICA ataupun tentara Belanda. Warga sipil juga dilarang membawa senjata, dan dibentuk lembaga komunikasi bernama Kontak Biro untuk menjembatani komunikasi antara kedua pihak.

Awal Pertempuran

Setelah kesepakatan dicapai, pasukan Inggris mulai menempati sejumlah gedung penting di Surabaya seperti Kantor Pos Besar, Gedung BPM, dan stasiun kereta api. Mereka juga menangkap sejumlah tokoh pemuda. Pada malam 26 Oktober, satu peleton tentara Inggris menyerbu Penjara Kalisosok guna membebaskan Kapten Huijer dan tawanan Belanda lainnya. Ketegangan meningkat pada 27 Oktober saat sebuah pesawat Dakota dari Jakarta menyebarkan selebaran yang ditandatangani oleh Mayor Jenderal Hawthorn. Isi selebaran tersebut adalah ultimatum yang memberi waktu 48 jam kepada pasukan Indonesia untuk menyerah, jika tidak ingin diserang. Isi selebaran itu menyulut kemarahan masyarakat, dan ajakan untuk melawan pasukan Inggris mulai disuarakan melalui siaran radio. Kontak senjata pertama terjadi pukul 14.00 antara pasukan PRISAI dan tentara Gurkha.

Pada 28 Oktober, Brigadir Mallaby memerintahkan agar kendaraan berat milik pasukan Indonesia dikuasai. Pasukan Inggris juga memindahkan perempuan dan anak-anak dari kamp Gubeng ke barak Darmo. Sementara itu, pasukan Indonesia yang terdiri dari TKR, polisi, dan kelompok-kelompok perjuangan melancarkan serangan terhadap posisi-posisi Inggris, termasuk merebut kembali sejumlah titik strategis. Serangan dipimpin oleh Mayor Jenderal Yonosewoyo dan berlangsung hingga 29 Oktober 1945.

Insiden Hotel Yamato

Pada 31 Agustus 1945, pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa bendera Merah Putih harus dikibarkan di seluruh wilayah. Namun, terjadi sebuah insiden di Hotel Yamato (sekarang Hotel Majapahit) di kawasan Tunjungan, Surabaya. Saat itu, terjadi konfrontasi antara para pemuda Surabaya dengan pasukan sekutu terkait pengibaran bendera Belanda. Insiden tersebut berujung pada tindakan para pemuda yang merobek bagian biru dari bendera Belanda, sehingga hanya tersisa warna merah dan putih. Kejadian ini menjadi salah satu faktor utama yang memicu pertempuran besar antara rakyat Surabaya dan pasukan sekutu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun