Mohon tunggu...
Melanie Fariska
Melanie Fariska Mohon Tunggu... Universitas Airlangga

Membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengingat Kembali September Hitam & Korelasinya dengan Demo Tunjangan DPR

22 September 2025   20:41 Diperbarui: 22 September 2025   20:41 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

7.Pembunuhan pendeta Yeremia (2020)

Kasus pembunuhan Pendeta Yeremia Zanambani (68) pada 19 September 2020 di Kampung Bomba, Distrik Hitadipta, Kabupaten Intan Jaya, Papua, adalah contoh pembunuhan yang tidak sah dan melibatkan anggota TNI. Pendeta Yeremia ditembak secara dekat, disiksa, dan akhirnya tewas karena kehilangan darah. Proses penyelesaian kasus berlangsung lambat dan tidak jelas karena kasus tersebut dialihkan ke pengadilan militer, bukan pengadilan umum seperti yang seharusnya. Akibatnya, hanya ada putusan ringan satu tahun penjara untuk tiga prajurit TNI, meskipun sebelumnya mereka dijatuhi hukuman 15 tahun.

8.Tragedi Rempang (2023)

Pada 7 September 2023 di Pulau Rempang, Kota Batam, Kepulauan Riau sebuah peristiwa dimulai dari ketidaksetujuan warga terhadap proyek besar bernama Rempang Eco City yang akan mengambil tanah tempat tinggal mereka. Saat puncak kejadian, aparat tetap memaksa masuk untuk mengukur lahan dan memasang batu penanda, meskipun warga telah menghalangi jalan dengan pohon tumbang dan membakar ban. Bentrok tersebut menyebabkan 11 orang terluka, terdiri dari 10 murid dan 1 guru, serta 6 korban tambahan di hari berikutnya. Delapan warga ditahan karena ditemukan membawa senjata tajam, batu, dan katapel. Masalah ini masih belum terselesaikan karena meskipun pihak kepolisian berusaha berdialog, konflik soal hak atas tanah antara warga dan pemerintah di Pulau Rempang belum memperoleh keadilan yang benar-benar tercapai.

Pentingnya Mengingat September Hitam

Sejarah kelam gugurnya para pejuang Hak Asasi Manusia harus terus kita ingat bahwa bangsa ini belum benar-benar mendengar rakyatnya. September Hitam ini sebagai bentuk solidaritas dan penghormatan besar terhadap perjuangan rakyat untuk didengar. Terutama pada situasi Indonesia saat yang masih sangat panas terkait aksi tuntutan rakyat pada pemerintah. Hal ini dapat menumbuhkan kesadaran dan rasa peduli terhadap nasib bangsa Indonesia. Khususnya untuk generasi muda yang akan berkontribusi dan mengambil langkah untuk tanah air.

Sumber kekuatan adalah rakyat. Maka rakyat harus berani bertindak jika Ibu Pertiwi diperlakukan semena-mena. Di tahun 2025 sudah banyak aksi demonstrasi dan korban dari aksi tersebut. Untuk itu, selalu kenang mereka sebagai bentuk rasa terima kasih dan penghormatan yang mulia. Dengan demikian, terus berikan tuntutan kepada pemerintah berupa tuntutan 17+8. Harapannya negara Ibu Pertiwi bisa sembuh dan bisa menyejahterakan rakyatnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun