Mohon tunggu...
meita suci ramadhani
meita suci ramadhani Mohon Tunggu... Guru - Guru Ekonomi pemerhati ekonomi

TTL : Cianjur 6 Mei 1987

Selanjutnya

Tutup

Financial

Mari Kita Jaga Stabilitas Sistem Keuangan dengan Cara Mengenalinya

26 Juni 2019   00:24 Diperbarui: 26 Juni 2019   00:50 1685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Maka dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sistem keuangan yang stabil adalah adanya interaksi antara lembaga keuangan yang baik,  yang dapat menciptakan kegiatan alokasi sumber dana untuk kegiatan ekonomi (salah satunya sektor riil), menciptakan kondisi yang baik dalam mekanisme penetapan harga, menciptakan sistem alat pembayaran untuk memperlancar kegiatan ekonomi, dan mampu menganalisis sebaran risiko berserta pengelolaan risiko yang dapat terjadi dalam kegiatan ekonomi tersebut untuk mendukung pertumbuhan ekonomi suatu Negara.

Kemudian apa pentingnya sebuah Negara memiliki sistem keuangan yang stabil ? Stabilitas keuangan dapat dilihat dari dua hal yaitu institusi yang stabil (memiliki kredibilitas yang baik di mata masyarakat) dan pasar yang stabil. Sistem keuangan memasuki tahap tidak stabil pada saat sistem tersebut telah membahayakan dan menghambat kegiatan ekonomi.

Stabilitas Sistem Keuangan ini berpengaruh kondisi makroekonomi dalam sebuah sistem perekonomian seperti misalnya stabilnya daya beli masyarakat, kuatnya permintaan domestik, serta stabilnya nilai tukar rupiah bisa membawa pengaruh positif bagi kestabilan sistem keuangan. Sistem keuangan yang stabil akan dapat membentuk kegiatan ekonomi yang sehat dan terkontrol serta alokasi sumber daya yang ada dapat dijalankan secara optimal. 

Sistem keuangan yang stabil akan memiliki dampak langsung pada kesehatan dunia perbankan sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat secara maksimal, tentu hal ini juga akan mempengaruhi sektor riil. 

Stabilnya sistem keuangan tentu akan mempengaruhi jumlah uang yang beredar di masyarakat sehingga inflasi dapat dikendalikan. Selain itu biaya untuk mengatasi kondisi instabilitas sistem keuangan yang tidak murah dapat ditekan karena pengaruhnya dapat menyerang langsung sektor keuangan, seperti sektor perbankan.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan instabilitas sistem keuangan pada suatu negara dapat dipicu oleh berbagai macam penyebab dan gejolak. Hal ini umumnya merupakan kombinasi antara kegagalan pasar, baik karena faktor struktural maupun perilaku. Kegagalan pasar itu sendiri dapat bersumber dari eksternal (internasional) dan internal (domestik). 

Risiko yang sering menyertai kegiatan dalam sistem keuangan antara lain risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan risiko operasional yang biasanya berkaitan dengan kegiatan perbankan. Fungsi perbankan sebagai penunjang kegiatan ekonomi akan terhambat, sehingga mengakibatkan sistem keuangan di suatu Negara jadi bermasalah bahkan bias sampai  terjadi krisis ekonomi. Salah satu contohnya adalah krisis ekonomi di tahun 1998 dan krisis ekonomi global di amerika serikat tahun 2008.

Perubahan ekonomi yang terjadi secara cepat tersebut mengarah pada turunnya nilai tukar mata uang dan harga kebutuhan pokok yang semakin tinggi. Krisis moneter dimulai dari gejala/kejutan keuangan pada Juli 1997, menurunnya nilai tukar rupiah secara tajam terhadap dolar Amerika serikat merupakan pencetus/trigger poin-nya dan juga gejolak sosial dan politik Indonesia yang sedang memanas pada saat itu. Oleh karena itu penyebab krismon 1998 bisa dikatakan merupakan campuran dari unsur-unsur eksternal dan domestik. 

Ketergantungan pada utang luar negeri yang berhubungan dengan perilaku para pelaku bisnis yang cenderung memobilisasi dana dalam bentuk mata uang asing. Stok utang luar negeri swasta yang sangat besar dan umumnya berjangka pendek, telah menciptakan kondisi yang tidak stabil. banyaknya kelemahan dalam sistem perbankan di Indonesia. 

Dengan kelemahan sistemik perbankan tersebut, masalah utang swasta eksternal langsung beralih menjadi masalah perbankan dalam negeri. Perkembangan situasi politik telah makin menghangat akibat krisis ekonomi, dan pada gilirannya memperbesar dampak krisis ekonomi itu sendiri.

Upaya pemulihan ekonomi nasional telah ditempuh oleh Pemerintah melalui langkah-langkah kebijakan yang bersifat menyeluruh yang tidak hanya menyangkut program stabilisasi makroekonomi (kebijakan moneter dan fiskal) tetapi juga program reformasi di bidang keuangan dan sektor riil. Dengan melihat strategisnya peran perbankan dalam perekonomian maka upaya memperbaiki dan memperkuat sektor keuangan, khususnya perbankan, menjadi sangat penting. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun