Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bukan Tak Suka, Justru Milenial Menunggu Uang Lebih Buat Beli Buku

6 Mei 2020   11:09 Diperbarui: 9 Mei 2020   03:59 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi buku bacaan (sumber gambar: pxhere.com)

Setelah transaksi selesai, orang tersebut curhat tentang gajiannya yang terlambat dan betapa dia sangat menginginkan buku yang dia beli sekarang.

Aku bersimpati padanya. Aku tidak merasa repot karena aku harus konfirmasi sana-sini. Aku mengerti sekali perasaannya karena aku pernah mengalami hal yang sama.

Saat itu, beberapa tahun yang lalu aku ingin sekali membaca Suma Oriental karya Tome Pires dan The Malay Archipelago karya Wallace. Aku menunggu cairnya uang lembur untuk menebusnya. 

Bukan hanya kedua buku tersebut sebenarnya. Sebelum membuka toko buku online, kalau mau membeli buku ya aku harus menyisihkan gajiku yang sebagian besar habis untuk membayar sewa tempat tinggal dan makan. Sering, aku menjual cokelat kemasan atau apapun yang bisa aku jual untuk membeli buku.

Makanya, aku sedih sekali ketika beberapa minggu yang lalu ada seorang tokoh politik yang berkicau di Twitter: "Jarang millenial suka baca buku-buku tebel. Jadi jika ada millenial yang suka baca buku-buku tebel dan menulis secara mendalam itu kemewahan sekaligus kemegahan."

Kami juga mau, Pak, membaca buku-buku tebal. Tapi tebusan untuk buku tebal itu banyak. Jangankan buku yang tebal, buku-buku tipis macam Seri Ilmu Hidupnya Cak Nun juga tidak murah. 

Bapak tidak perlu saya ceritakan kondisi perpustakaan daerah kan ya? Kalau bapak mau tahu, yang mudah dijangkau itu kuota internet. Jangan heran kalau banyak orang yang lebih suka membaca media sosial daripada membaca buku.

Untungnya sih, sekarang ada iPusnas dan iJakarta. Walaupun tidak semua buku yang ada di pasaran tersedia di iPusnas, tapi buku yang ditawarkan juga banyak dan keren-keren lho. Buku Sapiens karya Yuval Noah Harari juga ada. Asal tahan saja membacanya lewat gawai dan sabar untuk memperpanjang masa pinjam 3 hari sekali.

Ini cerita dari millenial yang tinggal di Bekasi. Yang cuma beberapa langkah dari ibukota. Listrik dan internet masih terfasilitasi dengan baik. Bayangkan teman-teman yang tinggal di luar pulau Jawa. Aku tidak bisa membayangkan kondisi perpustakaan daerah di luar jawa.

Bulan lalu, Buku Mojok mengeluarkan sebuah paket buku yang terdiri dari Buku Menjadi Penulis dan Buku Latihan Untuk Menjadi Calon Penulis. Keduanya ditulis oleh Puthut EA. 

Aku menerima pesanan dari seseorang yang tinggal di Jayapura. Sebuah paket buku seharga 108 ribu rupiah dikirim ke Jayapura dengan tarif pengiriman 150 ribu rupiah. Aku sampai terharu, lho. Usaha dia untuk mau membaca sebuah buku yang baru terbit luar biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun