Sejak ponselku suka berhenti tiba-tiba dan terpaksa membuang aplikasi Facebook, aku jadi jarang merambahi situs itu. Kemarin, saat sedang menikmati sore yang santai, aku membuka facebook.com. Salah satu tulisan yang aku baca adalah yang ditulis oleh akun Perpustakaan Nasional.Â
Tulisan itu bercerita tentang peresmian Kolecer (Kotak Literasi Warga Cerdas) dan Candil (Maca Dina Digital Library) di Bogor.Â
Yang menarik perhatianku adalah foto yang menyertai tulisan itu. Nampak Ibu Atalia, istri Gubernur Jawa Barat, berbaju putih dengan selempang hitam bertuliskan 'Bunda Literasi Jawa Barat' dan Ibu Yane Ardian istri walikota Bogor, berbaju kuning dengan selempang hitam bertuliskan 'Bunda Literasi Kota Bogor'.
Aku bertanya-tanya dalam hati, sepertinya, aku belum pernah melihat mereka berdua terlibat dalam kegiatan literasi, deh. Atau mungkin aku saja yang tidak tahu? Baiklah, mari kita mencari tahu lewat Google. Ibu Atalia Praratya resmi dikukuhkan sebagai Bunda Literasi Jawa Barat pada tanggal 15 November 2018. Bunda Literasi Jawa Barat sebelumnya adalah Ibu Hj. Netty Ahmad Heryawan, istri gubernur Jawa Barat yang dulu.
Di blog milik Bu Atalia dan sosial medianya, aku tidak menemukan kegiatan beliau terkait literasi.Â
Isi akun Instagramnya, kebanyakan adalah foto-foto beliau saat mendampingi Pak Ridwan Kamil dan cerita tentang keluarga beliau. Itu pun sepertinya tidak ada yang menyinggung tentang gerakan literasi.Â
Bu Atalia ini cukup aktif lho, di media sosial. Jadi, aku menyimpulkan memang beliau sebelum suaminya menjadi gubernur bukan orang yang terlibat jauh dalam kegiatan literasi. Kemudian, mengapa beliau menjadi bunda literasi?
Seorang teman, yang memiliki perpustakaan komunitas di daerah Bandung, bercerita. Katanya, dia dan teman-teman pengelola perpustakaan komunitas di daerahnya mendorong diangkatnya Ibu Camat menjadi bunda literasi kecamatan tempatnya tinggal. Ibu Camat itu sebelumnya juga tidak pernah terlibat kegiatan literasi.Â
Tahu tentang kegiatan literasi pun sepertinya tidak. Lantas apa yang membuat temanku dan teman-temannya melakukan hal itu? Menurut mereka, ini untuk mempermudah birokrasi. Kata-kata Ibu Camat jelas lebih didengar dibanding orang lain walaupun orang lain ini sudah malang melintang di dunia literasi.
"Misal untuk ijin kegiatan atau undangan kegiatan bakal lebih mudah kalau Ibu Camat ini diberi gelar Bunda Literasi," kata temanku itu. "Kegiatan literasi itu sebenarnya tidak seksi. Tidak ada hal langsung yang bisa dipetik hasilnya. Berbeda dengan kegiatan pemberdayaan ekonomi kecil, contohnya."
Aku menganggukkan kepalaku. Baiklah. Pertanyaan berikutnya adalah, apa peran dari bunda literasi ini selain memperlancar birokrasi?