Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Model Boleh Lama, Kualitas Tetap yang Terdepan

9 Desember 2018   17:50 Diperbarui: 9 Desember 2018   18:00 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: wowmenariknya.com

"Ini jam tangannya berapa harganya?" tanyaku sambil menunjuk jam tipe Baby-G dari Casio.

"Ini 900 ribu, Teh," kata penjualnya.

"Ih, mahal," komentarku.

"Iya, Teh, ini original dari Casio. Mesinnya ada dua. Analog sama digital. Terus ini tahan air. Dipakai diving juga tidak bakalan mati," jelas penjualnya.

Aku menganggukkan kepala sambil melirik ke etalase yang ada di kios jam itu. Berharap ada jam tangan lain yang lebih murah yang bisa kubeli.

Malam minggu yang lalu, aku habiskan waktuku untuk mencari jam tangan baru di Mega Hypermall Bekasi. Jam tanganku rusak. Aku sudah mencoba memperbaikinya dengan membawanya ke tukang reparasi jam. Menurut tukang reparasi jam, jam tanganku berkarat pada bagian mesinnya. Sudah tidak bisa diselamatkan. Sudah waktunya ganti yang baru walaupun bagian luarnya masih bagus. Memang ini susahnya membeli jam tangan KW. Dari luar memang bagus dan stylish tapi di dalamnya rapuh. Tapi tak apa jam tangan ini sudah berusia lebih dari 1 tahun.

"Atau mau yang ini saja?" Mbak Cantik Penjual Jam Tangan itu menunjukkan sebuah jam tangan yang mirip dengan Baby-G yang aku tunjuk tadi.

Aku melihat tampilannya dan menimang-nimang. Tali jamnya tidak sekokoh yang tadi. Jamnya lebih tipis. Dan di situ tertulis Baby-C.

"Yang ini harganya 75 ribu," kata Mbak Cantik Penjual Jam. "Ini tahan air juga sebenarnya. Tapi tidak bisa lama. Aman kalau hanya sekadar untuk wudhu atau terkena air gerimis."

Suamiku langsung menggelengkan kepala dan mengajakku menyingkir dari kios itu.

"Jangan beli yang KW lagi, lah," ujarnya. "Beli saja yang merknya tidak terlalu terkenal tapi barangnya asli."

"Yang Baby-C itu asli kali," ujarku.

"Asli apaan..." sahut suamiku. "Merknya aja mengecoh gitu."

Aku mengangkat bahu sambil melihat-lihat sekitar. Saat itu, kami sedang berdiri di tepi eskalator lantai 2 sambil menikmati greentea blended cream dari HopHop. Suamiku yang sedang sibuk memainkan gawainya tiba-tiba menyodorkan gawainya padaku.

"Nih, coba cari yang Digitec ini. Modelnya lucu," kata suamiku. "Di Shoppe harganya antara 175 sampai 220 ribuan. Kita cari di sini yang nawarin harganya 250 ribuan."

"Ayo, deh," jawabku.

Kami kemudian turun ke lantai 1. Di sana ada kios penjual jam yang memajang jam yang sama persis dengan yang suamiku temukan di ponsel. Dari logatnya, nampaknya penjual jam itu adalah orang Sunda. Dia menawarkan jam yang kami tunjuk dengan harga 275 ribu. Saat suamiku menawarnya menjadi 250 ribu. Dia tidak keberatan.

"Ini model terbaru dari Digitec, Neng. Mirip sama Baby-G modelnya. Alus," kata penjual itu sambil mengeluarkan jam yang ditunjuk oleh suamiku.

Aku menganggukkan kepala sambil mencoba memadu padankan warna tali jam dengan warna kulitku. Aku naksir jam yang berwarna hijau stabilo. Sayangnya, warna kulitku yang hampir sama dengan warna hojicha latte ini tidak cocok dengan warna tali jam yang mencolok. Akhirnya, aku memilih jam yang talinya berwarna jingga pastel.

"Ini mesinnya ada dua, analog dan digital," kata penjualnya. "Jam ini tahan air. Bisa dipakai untuk berenang sampai kedalaman 20 meter selama 1 jam. Garansi toko 3 bulan, ya, Neng."

Aku mengangguk. Sambil penjual itu membuatkan kuitansi, aku melihat-lihat jam yang ada di etalase. Sebuah jam menarik perhatianku. Jam tersebut adalah jam dengan 2 mesin seperti yang aku beli. Namun angka pada jam analognya berukuran besar kecil dengan huruf yang fancy. Lucu sekali. Saat aku tanya, penjual itu mengatakan bahwa jam itu model lama. Model saat pertama kali Digitec muncul. Dan di kios itu, hanya tersisa 1 buah.

"Berapa duit?" tanyaku.

"Dua ratus lima puluh," jawab penjual itu.

"Lah, sama aja," komentarku. "Model lama bukannya harusnya harganya lebih murah?"

"Model boleh lama, Neng, tapi kualitas tetap yang terdepan," sahut penjual jam sambil tertawa.

Baiklah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun