Mohon tunggu...
Meisya Zahida
Meisya Zahida Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan penunggu hujan

Sejatinya hidup adalah perjuangan yang tak sudah-sudah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Serangkai Mawar Pengikat Pertalian

15 Maret 2020   16:07 Diperbarui: 17 Maret 2020   19:24 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi malam dan kunang-kunang. (sumber: pixabay.com/artie_navarre)

Aku melihat diriku seperti monster, mata memerah dan mulut mendengus bagai haus darah, sementara di sisi yang lain serombongan kurcaci menyeringai tajam, mereka mengepungku, tubuh mereka melesat cepat, menindih dan mencakar-cakar wajahku. 

Aku terpelanting sembari mendesis melakukan perlawanan. Dunia kurasakan gelap, sebelum kemudian sekelebat cahaya putih menarikku kuat-kuat, aku terlempar dalam rasa sakit yang luar biasa.

"Tenanglah, Kinar. Semua sudah berakhir. Kau sudah terlepas dari pengaruh buruk yang telah memasungmu selama beberapa tahun ini, jin yang mendampingimu telah pergi bersamaan dengan rangkaian bunga mawar di lehermu, tentunya semua karena ijin Allah lewat doa-doa yang dibekali Ustadz Muslim. Beliau telah mengajariku tentang agama." terang Faqih panjang lebar, aku termangu keheranan di tengah kecamuk rasa bersalah yang sempat membuatku tak berdaya.

"Terimakasih, Tuhan. Kau sudah mempercayakan seorang imam yang benar-benar akan membimbingku pada pengabdian-Mu,"

"Kita lanjutkan acara ini ya, kasihan mereka lama menunggu. Kau siap jadi pendamping dan muara bagi cinta yang ingin kudermakan, atas nama Allah dan Rasul-Nya?"

Bisiknya lembut, sembari memapahku bangun. Aku hanya tersenyum mengiyakan, meski aku belum sepenuhnya mengerti apa yang telah terjadi. Mengapa harus dengan serangkaian bunga mawar jin itu bisa pergi, dan sejak kapan aku berada dalam pengaruhnya? 

Aku tak ingin tahu, yang kuingini hanya melihat ibu tersenyum dan sebuah keyakinan inilah takdir yang diputihkan Tuhan, lewat seraingkaian mawar sebagai jawaban dari doa-doa yang kuserukan.Terima kasih, Tuhan. Kau telah membebaskan aku dari praduga menyesatkan.

Madura, 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun