Mohon tunggu...
Meike Juliana Matthes
Meike Juliana Matthes Mohon Tunggu... Mencintai alam, budaya, dan olahraga. Menghargai perbedaan dan tertarik akan keanekaragaman dunia

Penulis buku, The Purple Ribbon. Buku tentang kelainan neurologis akibat cacat kongenital tengkorak, diterbitkan oleh Pustaka Obor Indonesia, 2024.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ibadah Purna Tugas Pendeta 'Universal' Jerman-Indonesia, Pfarrer Wolfgang Marquardt

9 Agustus 2025   21:32 Diperbarui: 10 Agustus 2025   06:54 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibadah Syukur Purna-tugas Pfarrer Marquardt (dokumentasi pribadi) 

Nilai-nilai universal adalah prinsip-prinsip dasar yang dianggap berlaku dan diakui oleh semua orang di seluruh dunia, tanpa memandang budaya, agama, atau latar-belakang lainnya.

Atmosfir suasana haru dan sukacita hadir di ruang ibadah gereja Stadtpfarrkirche Stuttgart-Gaisburg pada minggu 20 Juli kemarin saat berlangsungnya Ibadah Syukur Purna Tugas Pendeta Wolfgang Marquardt.

Pfarrer (Pendeta) Wofgang Marquardt adalah seorang pendeta yang dikenal jemaatnya di Stuttgart-Gaisburg dan PERKI (Persekutuan Kristen Oikumene Indonesia) Stuttgart sebagai seorang pendeta yang selalu mengajak agar jemaatnya untuk merenungi akan nilai-nilai universal.

Nilai-nilai universal adalah prinsip-prinsip dasar yang dianggap berlaku dan diakui oleh semua orang di seluruh dunia, tanpa memandang budaya, agama, atau latar-belakang lainnya. Kesemuanya itu adalah dasar-dasar etika dan moral yang menjadi landasan bagi perilaku yang baik dan benar, serta menjadi landasan bagi pembentukan hukum dan norma sosial di berbagai negara, misalnya kejujuran, keadilan, tanggung-jawab, kasih-sayang, kesetaraan, persatuan, dan satu yang paling penting di masa kini adalah perdamaian dunia.

Dalam khotbah-khotbahnya yang Alkitabiah, Pfarrer Marquardt banyak kali mengangkat tentang tema-tema di atas, yaitu bahwa setiap manusia mempunyai nilai yang sama di mata Tuhan.

Dalam acara Ibadah di minggu pagi yang cerah itu, Pfarrer Marquardt membawa khotbah secara official untuk mengakhiri masa tugas kependetaannya.

Pendeta yang pernah melakukan tugas kepelayanan di Tanah Papua (2004 – 2010) ini mengawali khotbahnya dengan mengutip satu ayat Alkitab yang merupakan perkataan Yesus pada 'Khotbah di Bukit'. 

"Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku" (Matius 19:14)

Pfarrer Marquardt mengajak jemaat untuk merenungi makna dari perkataan Yesus tersebut, yaitu bahwa iman adalah bentuk penerimaan murni. Seperti iman seorang anak kecil yang sederhana dan menaruh percaya penuh kepada Bapanya.

Di samping itu, perkataan Yesus "Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku" adalah pernyataan bahwa Kerajaan Allah adalah milik semua orang, orang-orang yang memiliki Iman seperti anak kecil, yaitu kerendahan hati dalam menerima maksud Tuhan dalam kehidupan.

Pendeta Marquardt juga mengisahkan tantangan dan pergumulannya dalam memimpin jemaatnya, misalnya tentang perbedaan pendapat yang biasa terjadi dalam jemaat. Beliau mengatakan bahwa perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah, tapi keteguhan iman dan komitmen untuk tetap berjalan bersama adalah fondasi yang kokoh dalam hubungan berjemaat.

Secara spesifik Pfarrer Marquardt mengambil contoh 'Kepakkan Sayap Rajawali' yang kuat, kokoh, dan bisa menari bersama angin (Jesaja 40:31). 

Itu adalah cara yang beliau inginkan untuk tetap dilakukan jemaatnya dalam melewati badai dalam berjemaat, pun dalam badai kehidupan.

Dalam Ibadah itu, puji-pujian dinaikkan secara syafaat, paduan suara dewasa, dan vocal grup. Sangat istimewa terlihat dua pujian lagu yang dibawakan oleh anak-anak Taman Kanak-kanak di jemaat Gaisburg.

Vocal grup Perki Stuttgart yang telah bermitra dengan Gemeinde Gaisburg sejak 15 tahun yang lalu atau sejak Pfarrer Marquardt bertugas di sana, turut mempersembahkan lagu "The Goodness of God" yang dinyanyikan dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.

Vocal grup Perki tampil berbatik (dokumentasi pribadi) 
Vocal grup Perki tampil berbatik (dokumentasi pribadi) 

Pendeta Maureen Marquardt-Tubalawony, yang telah menjadi 'tulang rusuk' Pfarrer Wolfgang  Marquadt selama 30 tahun juga turut bernyanyi bersama PERKI. Matanya terlihat berkaca-kaca saat menaikkan pujian itu, meresapi semua kebaikan Tuhan dalam kehidupan mereka termasuk penyertaan-Nya sampai masa tugas kepelayanan mereka berakhir di jemaat Gaisburg.

Pendeta Maureen yang di Indonesia berasal dari Ambon adalah salah satu dari peletak batu pertama berdirinya PERKI Stuttgart pada tahun 2002 yang merupakan bagian dari PERKI Eropa dan diakui resmi oleh Sinode Jerman, juga menjadi pelopor dalam kerjasama dengan jemaat Gaisburg.

Kemitraan yang membawa dampak terjalinnya komunikasi antara jemaat Jerman (Gaisburg) dan Indonesia (diwakili PERKI). Kemitraan bukan hanya dalam hal spiritualitas, tapi juga lewat mengenalkan keragaman budaya, dialog kebangsaan, dan wawasan pengetahuan perkembangan politik global.

Kegiatan Perki Stuttgart

Bulan September 2024, bertempat di Stadtpfarrkirche Gaisburg, EMS (Evangelical Mission in Solidarity) dengan bantuan PERKI Stuttgart menyelenggarakan Study Day tentang "Bangkitnya Sayap Kanan di Indonesia dan Eropa", dengan menghadirkan 4 pembicara dimana 2 di antaranya dari Indonesia, Dr. Suhadi Cholil, Associate Professor, dosen di UIN Sunan Kalidjaga Yogyakarta dan Pendeta Gomar Gultom, Ketua PGI. (https://www.kompasiana.com/meike05609/66e6f08fc925c41f2d3b9a02/bangkitnya-kelompok-sayap-bangkitnya-sayap-kanan-di-indonesia-dan-eropa) 

Bulan Oktober 2024, PERKI Stuttgart dengan mengambil tempat di gereja Stadtpfarkirche Gaisburg menyelenggarakan "Malam Papua", menampilkan kekayaan budaya lewat pertunjukan musik dan lagu dari pulau eksotis yang terletak di wilayah paling Timur Indonesia itu.

Acara di malam musim gugur tersebut dihadiri oleh Youtuber WhitePapuans dan Pfarrer Dr.Rainer Scheunemann bersama istrinya, Ibu Heidi Scheunemann. Pasangan suami-istri yang sudah sejak lama bertugas di Papua Barat dalam tugas kepelayanan gerejawi.

Masih banyak kegiatan yang sudah dilakukan oleh Perki dan Jemaat Gaisburg, yang tidak sempat dituliskan satu-persatu.

Sehingga dalam Ibadah Syukur ini, terlihat bukan hanya sebagai ibadah Purna-tugas Pfarrer Marquardt, tapi juga ibadah kebersamaan masyarakat Indonesia dan Jerman di Stuttgart.

Ucapan terima kasih kepada Pfarrer Marquadt dalam ibadah itu, diberikan oleh:

  • Kapten Markus Piechot dari Heilsarmee (organisasi Kristen yang yang berfungsi secara global dalam membantu pekerjaan kepelayanan dalam bidang kemanusiaan. Beliau memberi kenang-kenangan 'Kochbuch' (buku resep masakan) dengan gurauan bahwa di masa pensiun Pendeta Marquardt akan mempunyai waktu luang untuk memasak bagi istri tercinta.
  • Bezirksvorsteher Stuttgart-Ost (Kepala Distrik Stutgart wilayah Timur), Armin Serwani.
  • Pastoralreferentin Mechthild Carlé und Pfarrer Albrecht Conrad dengan menyanyikan lagu "Gaisburger Wein". Mereka memberi kenang-kenangan 'Stola' atas kerjasama bersama gereja Katolik. Stola adalah kain panjang yang dikenakan oleh imam, diakon, dan uskup saat melakukan pelayanan misa atau upacara keagamaan. 
  • Stadtdekan Søren Schwesig. Stadtdekan adalah Dekan Kota, sebutan untuk pemimpin gereja yang bertanggung- jawab atas koordinasi dan kepemimpinan jemaat-jemaat Protestan di sebuah kota dengan menjalankan tugas administratif dan pastoral untuk mendukung dan menghubungkan berbagai jemaat di kota tersebut.

Dialog-dialog saat ucapan terima kasih dipenuhi rasa kekeluargaan, ini terdengar lewat canda dan tawa. Salah satu pendeta mengatakan bahwa Pendeta Wolfgang Marquadt sangatlah universal, bukti jelas, beliau melamar seorang gadis Ambon untuk menjadi istrinya untuk mendampingi dirinya dalam hidup dan dalam tugas-tugas kepelayanannya. Hal ini kemudian diikuti tawa haru-bahagia dari seluruh jemaat yang hadir.

Ruangan gereja sangat penuh, bahkan sampai di luar ruangan. Ini sudah cukup membuktikan bahwa Keluarga Pendeta Wolgang Marquardt-Tubalawony sangat dicintai oleh jemaatnya.

Apa Tugas Pendeta dalam Jemaat? 

Tugas pendeta dalam jemaat sangat penting dan beragam. Secara umum, tugas utama pendeta adalah membimbing dan mengurus jemaat secara rohani. Mereka memberikan pengajaran dan khotbah agar jemaat memahami ajaran agama dan menjalankan hidup sesuai dengan nilai-nilai kepercayaan mereka. Pendeta juga melakukan ibadah, memberi nasihat dan dukungan kepada jemaat yang mengalami kesulitan atau masalah, serta memimpin berbagai kegiatan keagamaan dan sosial di komunitas. Selain itu, pendeta berperan sebagai penghubung antara jemaat dan Tuhan, serta membantu jemaat dalam pertumbuhan iman dan kehidupan spiritual mereka.

Setelah Ibadah Syukur di dalam gereja usai, acara dilanjutkan dengan  ramah-tamah yang dilaksanakan bersamaan dengan acara Sommerfest atau Perayaan Musim Panas di halaman gereja. 

Kulineran ala Jerman-Indonesia dan pertunjukan Tari Wayang di halaman gereja 
Kulineran ala Jerman-Indonesia dan pertunjukan Tari Wayang di halaman gereja 
Di sana dibangun stand-stand makanan dan minuman dimana terdapat perpaduan kuliner Jerman dan Indonesia. Bukan itu saja, pengunjung dihibur dengan persembahan tari dan lagu. Ada pertunjukan Tari Wayang, Perki Stuttgart masih menyanyikan 2 lagu,  dan ada juga lagu berbahasa Turki yang dibawakan oleh seorang jemaat gereja yang berlatar budaya Turki.

"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan", ini adalah kata pepapatah yang bisa terdengar "menyedihkan", tapi jika perpisahan itu ditutup dengan manis-pahit kenangan yang memberi makna dalam kehidupan atau secara khusus makna dalam pertumbuhan iman, maka meskipun perpisahan harus terjadi, tapi ada kesukacitaan tercipta  disana.

Perki Stuttgart bersama Pfarrer Marquardt dan Ibu Maureen Marquardt-Tubalawony (dokumentasi pribadi) 
Perki Stuttgart bersama Pfarrer Marquardt dan Ibu Maureen Marquardt-Tubalawony (dokumentasi pribadi) 

Selamat memasuki masa purna tugas, Pfarrer Wolfgang Marquadt didampingi Ibu Pendeta Maureen, semoga kerjasama kebangsaan antara PERKI Stuttgart dan Gemeinde Gaisburg bisa terus berlanjut dalam upaya untuk terus mewujudkan jalinan komunikasi yang bermanfaat bagi perdamaian dunia dalam iman seperti "seorang anak kecil". Iman dengan rasa percaya dengan penuh kerendahan hati kepada Allah dan melakukan apa yang dikehendaki-Nya,  lewat tindak-laku sehari-hari.

Salam Sukacita, 

Meike Juliana Matthes dan PERKI Stuttgart

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun