Mohon tunggu...
My_idea (Meidya Putri)
My_idea (Meidya Putri) Mohon Tunggu... Dosen - menulis untuk berbagi opini, Ilmu, pengalaman, pemikiran dan apa saja yang bermanfaat untuk kebaikan.

Staf Keuangan dan Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Mahmud Yunus Batusangkar - Sumatera Barat Penggiat Pasar Modal Syariah, fokus utama Keilmuan: Ekonomi dan Keuangan Syariah Menyukai Dunia kepenulisan baik untuk artikel bebas, riset/ penelitian Ilmiah dan Public Speaking.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bahas Karakter "DIAM" yuk?

12 Oktober 2022   16:42 Diperbarui: 12 Oktober 2022   16:45 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Apakah kamu pernah Diam dan tidak berkata-kata dalam waktu beberapa hari dengan seseorang? atau pernah men-diam-kan sebuah rasa dan kondisi diri sendiri hingga cukup lama ? atau justru kamu tipe orang yang memiliki karakter suka ceplas ceplos dan suka bercanda gurau dengan teman ngbrol? sehingga cenderung apapun yang diungkapkan dalam ucapan, selalu dipahami sebagai karakter yang "sudah dari sono"nya?

tentu, setiap orang punya jawaban yang tidak akan sama. Namun bagi saya dan mungkin sebagian orang, DIAM adalah karakter yang paling aman, nyaman dan cenderung dapat menghindari saya dari menyakiti orang lain. Diam dan tidak berkata-kata dapat dimaknai dari berbagai sisi. Pertama, diam dalam hal menghindari suatu perbuatan dosa. Misalnya supaya tidak mengejek atau mencaci orang lain segera tahan mulut untuk tidak berkomentar. Kedua diam dalam hal menahan amarah kendati dalam hati sangat ingin mengucapkan ribuan kata yang sekiranya jika dikeluarkan akan terdengar tidak baik.  Apalagi DIAM dalam hal malas menanggapi sesuatu yang tidak penting bagi saya.

Orang yang menyukai diam seperti saya pernah bertahan untuk tidak menceritakan peristiwa buruk kepada keluarga selama bertahun tahun dengan alasan "tidak ingin membuat mereka cemas, khawatir dan ikut menanggung beban yang saya pikul". Bagaimana menurutmu tentang hal ini? Apakah saya termasuk orang yang tidak menganggap keluarga sebagai orang yang paling saya cintai? apakah saya termasuk orang yang egois? 

Lain halnya ketika saya tidak mampu diam dan terus berkata-kata lebih banyak dalam sebuah obrolan atua gurauan, seringkali ujung-ujungnya apa yang saya ucapkan selalu akan salah setidaknya bagi yang mendengarkan atau yang menjadi tujuan penerima ucapan saya. Berbagai pengalaman dan bukti empiris membuat saya menyimpulkan bahwa karakter saya yang paling aman ya ketika diam. Terkecuali dalam menuntut ilmu atau diskusi tentang pengetahuan.  


Lagi lagi, ketika ucapan saya sudah menyakiti orang lain, maka salah satu  dampaknya adalah "merasa bersalah". Tentu akan minta maaf dan sekalipun itu sudah dilakukan, saya akan mengamati reaksi orang tersebut apakah memafkan saya atau tidak. jika sudah, maka lega lah hati saya. Tapi jika tidak, maka perasaan bersalah akan terus menghantui. Maka dari itu saya lebih banyak memilih diam karena diam adalah emas, benar jika tak diam, dosa bertambah dan atau amal berkurang.  wallahu a'lam. 


inilah saya,

manusia yang menyukai DIAM dan bicara lebih sedikit

tanpa harus mendendam ataupun menahan sakit

My Idea P.








Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun