Tubuhnya lentur. Fleksibel. Sendi-sendinya seperti longgar. Bahkan bukan hanya sendi. Tulang-tulangnya mampu bengkok ke sana, dan ke mari. Oleh kawan-kawannya dia disapa Matik. Manusia plastik.Â
Matik, sejatinya terlahir normal, sebagaimana layakbya manusia normal, meskipun lahirnya di sebuah gubuk, dekat TPA. Tempat pembuangan akhir segala limbah. Termasuk plastik yang diproduksi ribuan rumah dan jutaan penduduk kota itu. Ayah dan ibu Matik adalah pemulung yang hidupnya menggulung di hamparan sampah. Kata orang, kisah cinta mereka berawal dari TPA.Â
Sejak kecil ayah dan bunda Matik telah hidup di bumi sampah. Untung saja cinta mereka tumpah ke dalam secangkir asmara yang mereka seruput bersama. Di atas gunungan sampah. Secangkir asmara menjelma menjadi sumpah, sehidup semati bahagia, di bumi sampah.Â
Matik. Manusia plastik. Tumbuh kembang menjadi dewasa. Masih melanjutkan peofesi ayah-bunda memulung sampah. Terutama plastik. Bisnis yang menjajikan. Saban hari selalu ada plastik. Dari hajatan sampai hajat selalu ada plastik. Mungkinkah manusia-manusia mengunyah plastik? Mungkin saja. Di sepotong koran bekas, Matik membaca berita tentang adanya beras plastik.
"Ups. Jangan-jangan bubur bayi yang selama ini aku makan, adalah bubur plastik. Beras plastik dan bumbu-bumbu plastik."
Matik penasaran dengan tubuh plastiknya. Sampai lapar membawanya pulang. Tiba di rumah gubuknya, dijumpai bunda sedang menyiapkan masakan. Disekelilingnya bertaburan plastik warna warni. Tentu saja plastik bekas.Â
"Kita kehabisan makanan. Mari kita daur ulang plastik jadi makanan. Putih kita jadikan beras. Singkirkan yang merah, bunda benci darah. Lagipula, takut dianggap kita memasak bendera merah putih. Hijau kita jadikan rempah," ungkap bunda.Â
Matik hanya terdiam. Sedih. Air mata plastik jatuh di hamparan plastik yang memenuhi lantai gubuk derita.
Matik lari ke luar gubuk. Panas mentari hari itu luar biasa. Dibakarnya tubuh plastik itu, perlahan namun pasti. Tubuh itu meleleh. hancur, lebur. Menjadi peringatan: berhentilah membuang sampah plastik.