Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jalan Ketiga dalam Dilema Cinta di Bibir Pantai Kumu

4 Juni 2020   00:18 Diperbarui: 4 Juni 2020   00:20 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
|picture from pixabay.com|  

"Mari kita bersatu demi masa depan kehidupan kita dan anak cucu kita nanti!" timpal Krus membakar semangat massa.

Dalam gelora massa yang dibakar agitasi, tiba-tiba sebuah mobil Nissan Fortuner dan sebuah mobil pelat merah, tiba di lokasi. Hmmm, rupanya mereka yang dinanti telah tiba. Nia dan Krus semakin bersemangat menyampaikan orasi sambil mengarahkan perhatian massa ke mobil mewah tersebut.

Sebagaimana skenario aksi, seperti dikomando, beberapa aktivis menghadang kendaraan dan langsung membentang spanduk sepanjang sepuluh meter bertuliskan: "tolak pembangunan yang merusak alam dan membunuh masa depan manusia!"

Seorang lelaki berumur sekira lima puluh tahun, berkumis tebal, dan nampak parlente dengan setelan jas turun dari Nissan Fortuner warna hitam mengkilap. Mendampinginya, para aparat pemerintah dengan pakaian kheki dan beberapa orang preman berkacamata hitam. Rupanya lelaki itu adalah Pak Omni pemimpin perusahaan yang akan berinvestasi membangun hotel dan sarana rekreasi.

Seturunnya dari mobil, tiba-tiba lelaki itu dengan suara lantang memanggil nama Nia sambil berteriak bercampur amarah. 

"Nia!!!" teriak Pak Omni. Rupanya dia kenal persis dengan Nia, si orator cantik itu.

Nia tersentak kaget. Jantungnya berdebar kencang, mulutnya tak sanggup mengeluarkan sepatah kata pun. Tersadar dia sedang berhadapan dengan ayahnya. Yah, Pak Omni ternyata adalah ayah Nia, yang dikenal sebagai seorang pengusaha sukses di Manado. 

Beliau sebenarnya adalah orang yang baik hati dan berjiwa sosial. Sejak Nia dan Krus memimpin Mapala "Biofarma", Pak Omni rutin membantu sebagai donatur tetap. Sayangnya, naluri bisnisnya belum bersahabat dengan lingkungan, sekalipun putri semata wayangnya seorang aktivis lingkungan.

"Krus!" panggil Pak Omni. 

Dia telah kenal dekat dengan Krus. Dua tahun lalu, Krus telah dikenalkan Nia pada ayahnya.

 "I.. iya Pak," sahut Krus gugup. Wajahnya pucat. Bibirnya gemetar. Keringat tak tertahan keluar melewati pori membasahi tubuh sang aktivis. Naluri berani sang aktivis lenyap seketika. Betapa tidak, orang yang ditentang oleh aksi demonstrasi Krus dan rekan-rekannya ternyata orang yang dia hormati dan telah banyak membantunya. Dan kelak, jika Sang Khalik berkenan menyatukannya dengan Nia, Pak Omni akan jadi ayah mantunya. Upsss !!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun