Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Surat Terbuka untuk Manajemen Kompasiana

15 Mei 2020   12:01 Diperbarui: 15 Mei 2020   12:02 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
| "beyond blogging" | kompasiana.com | 

Yang  Terhormat, Tim Manajemen Kompasiana

Semoga semuanya dalam keadaan yang sehat walafiat. Tak lupa saya sampaikan selamat menunaikan ibadah puasa bagi Tim Kompasiana yang sementara menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan penuh berkah ini.

Pandemi global Covid-19 yang menjangkau hingga sudut-sudut nusantara telah menyita perhatian segenap komponen masyarakat, termasuk masyarakat virtual yang bergabung dengan kompasiana.com, yang diberi predikat sebagai Kompasianer. 

Kita berharap dan optimis badai pandemi akan berlalu. Ketika sebuah momentum berlalu, maka jadilah dia tinggal kenangan dan sejarah. Apa arti sebuah kenangan atau sejarah bagi saya sebagai seorang kompasianer?  

Sejarah, bagi saya selain untuk dikenang, juga berguna untuk menjadi sumber referensi dan inspirasi. "Jangan sekali-kali melupakan sejarah!" demikian ungkapan founding father bangsa, Bung Karno. 

Kompasianer, yang menurut data infografis kompasiana.com hingga Desember 2017 mencapai 355.000 dengan produktifitas jumlah konten per hari 300 artikel, telah turut serta sumbang pikiran dan ide baik fiksi maupun non-fiksi melalui konten-konten yang muatannya terinspirasi konteks aktual kita sejak awal tahun 2020: Pandemi Covid-19.  Konten berwujud puisi/PDP (Puisi Ditengah Pandemi) yang bertema corona, covid-19 dan pandemi ada sekitar 80 konten atau lebih (lihat catatan saya: Ups, 80 PDP Terdeteksi di Rumah Kompasianer, Ada Anak Kembar 12!)  Konten lainnya lebih banyak dari konten dalam bentuk puisi.

Bagi Kompasianer yang aktif menulis di masa-masa pandemi atau masa #DiRumahAja, tentu saja telah turut peduli dengan kondisi pandemi tersebut melalui tulisan, dan itulah sejarah bagi Kompasianer. Paska Pandemi, saya dan mungkin teman-teman kompasianer akan mengenang bahwa di masa pandemi kami tetap produktif bahkan makin produktif menulis. 

Di tahun depan, ketika hendak mengenang sejarah penulisan di masa pandemi, saya ingin menikmatinya dengan membaca melalui sebuah buku cetak. Offline bukan buku online.  Ada nikmat tersendiri ketika membaca buku sejarah tersebut dalam bentuk cetak, ataupun ketika memandang buku tersebut terpampang di barisan depan buku-buku di lemari buku. Beda jika kita hendak membaca kumpulan tulisan bersejarah tersebut via situs beyond blogging ini. 

Itulah maksud surat terbuka ini, sebuah permohonan terbuka: "bisakah Kompasiana mengumpulkan dan menerbitkan karya-karya Kompasianer bertemakan Pandemi dalam 1 atau 2 judul buku?"  Kalau bagi saya, sangat mungkin. Kompas group punya segalanya untuk menerbitkan buku, dan hal itu bukan perkara baru bagi Kompas group. Hehehe.

Ah, mungkin ini hanya mimpi atau keinginan saya.  Surat terbuka ini bukan bermaksud mewakili suara seluruh Kompasianer.  Lebih kurangnya mohon maaf. Namanya juga permohonan. Tergantung para petinggi kompasiana mau mengabulkan atau tidak. 

Terimakasih, salam sehat, salam inspirasi untuk Indonesia!  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun