Mohon tunggu...
Mehani Faysa Aulia
Mehani Faysa Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Relevansi Pemikiran Ekonomi Monzer Kahf terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan

24 September 2025   01:08 Diperbarui: 24 September 2025   01:08 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, sistem keuangan tanpa riba. Prinsip bagi hasil yang diterapkan di bank syariah memberi ruang lebih adil bagi pelaku usaha kecil. Risiko dan keuntungan ditanggung bersama, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan secara sepihak. Dengan model seperti ini, pembangunan ekonomi bisa lebih inklusif karena sektor riil---terutama UMKM---mendapat dukungan nyata (Karim, 2010). Konsep ini sejalan dengan semangat SDGs yang menekankan pentingnya inklusi keuangan dan pemberdayaan usaha kecil.

Keempat, etika ekonomi. Kahf menekankan bahwa aktivitas ekonomi tidak boleh merusak tatanan sosial maupun lingkungan. Indonesia yang menghadapi tantangan eksploitasi alam besar-besaran bisa mengambil banyak pelajaran dari pemikiran ini (Sholihin, 2010). Etika ekonomi Islam dapat menjadi pedoman agar pembangunan tetap berorientasi pada kesejahteraan manusia tanpa merusak alam.

Jika ditarik ke konteks Indonesia, pemikiran Kahf memberi inspirasi praktis. Zakat produktif dapat menjadi solusi pengentasan kemiskinan yang berkelanjutan. Wakaf produktif mampu menopang layanan publik, khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan, tanpa sepenuhnya bergantung pada anggaran negara. Sistem keuangan berbasis bagi hasil memberi ruang bagi usaha kecil untuk tumbuh lebih kuat. Sementara itu, etika ekonomi Islam mengingatkan para pelaku pembangunan agar tidak sekadar mengejar pertumbuhan, tetapi juga memperhatikan keberlanjutan.

Pemerintah Indonesia sendiri sudah mulai membuka ruang lebih besar bagi pengelolaan dana sosial Islam. Misalnya, melalui regulasi yang menguatkan peran BAZNAS dan BWI, serta melalui dukungan pada industri keuangan syariah. Namun, tantangannya terletak pada bagaimana semua instrumen itu benar-benar dioptimalkan. Pemikiran Kahf bisa menjadi acuan untuk mendorong arah kebijakan yang lebih konsisten dan berorientasi jangka panjang.

Dengan kata lain, pemikiran Monzer Kahf tidak berhenti pada teori, melainkan bisa menjadi inspirasi praktis. Melalui zakat dan wakaf produktif, sistem keuangan berbagi risiko, dan etika berbisnis yang ramah lingkungan, pembangunan berkelanjutan di Indonesia punya landasan yang lebih kuat.

Dari pembahasan ini terlihat bahwa Pemikiran Monzer Kahf terkait pembangunan berkelanjutan menekankan zakat dan wakaf untuk pemerataan kesejahteraan, sistem keuangan tanpa riba untuk stabilitas, dan etika yang mendukung kelestarian lingkungan.
Ekonomi Islam menurut Kahf menawarkan solusi praktis untuk tantangan zaman dan dapat memperkuat pembangunan ekonomi inklusif, adil, berkelanjutan, serta menjadi rujukan kebijakan ekonomi nasional di Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun