Mohon tunggu...
Mefta Rizki Qurrat Aini
Mefta Rizki Qurrat Aini Mohon Tunggu... mahasiswa, naturalist

millenial people, searching for interesting things, nature, education, social, etc

Selanjutnya

Tutup

Nature

Rafflesia Arnoldii, Si Cantik nan Langka

25 Desember 2019   15:42 Diperbarui: 25 Desember 2019   15:56 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa spesies Bunga Rafflesia yang ada di Indonesia ditampilkan di Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia (dok. Munasain)

Deskripsi Umum

Rafflesia termasuk tumbuhan parasit sejati, yang tidak berakar, berbatang, dan berdaun. Keberadaannya di alam ditandai oleh munculnya bunga ke permukaan. Tumbuhan ini dikenal dengan sebutan bunga rafflesia.

Kelasngsungan hidup rafflesia ditopang oleh jaringan halus (haustorium) yang berfungsi sebagai akar penghisap sari makanan hasil fotosintesis tumbuhan inangnya. Inangnya spesifik dari jenis Tetrastigma spp. yang tergolong suku anggur-angguran (Vitaceae).

Bunganya berukuran relatif besar sekitar 9-110 cm, memiliki struktur, warna, dan bentuk yang khas. Siklus hidup Rafflesia cukup panjang, sekitar 3 hingga 6 tahun. Ketika bunganya mekar akan mengeluarkan bau busuk yang menyengat sebagai alat pemikat serangga yang berfungsi sebagai penyerbuk. Bau busuk inilah yang menyebabkan Rafflesia juga memiliki sebutan bunga bangkai.

Daerah persebarannya tersebar di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Saat ini Rafflesia masuk dalam daftar tumbuhan langka Indonesia yang dilindungi oleh Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI. Di dunia tercatat sekitar 30 jenis (R. arnoldii, R. atjehensis, R. bengkuluensis, R. borneensis, R. ciliata, R. gadutensis, R. hasseltii, R. lawangensis, R. meijeri, R. micropylora, R. patma, R. pricei, R. rochussenii, R. witkampii, R. zallingeriana) dan 50% diantaranya tersebar di Indonesia. Jenis tersebut sebagian besar merupakan jenis endemik.

Potensi

Keberadaan puspa langka ini sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi obyek ekoturisme, dalam mendongkrak pendapatan masyarakat lewat pariwisata. Dengan syarat dikelola dengan benar, dan memperhatikan konservasi dan kelangsungan hidup tumbuhan Rafflesia arnoldii ini.

Karakteristik Khusus

Raflesia arnoldi dapat tumbuh hingga 1,8 m. Kelopaknya lima berwarna merah-jingga dengan semburat putih tulang (Utami dkk, 2006)

Raflesia arnoldi tidak memiliki klorofil dan akar sehingga menyerap makanan dari tumbuhan lain (Parasit). Bunga Raflesia arnoldi mengeluarkan bau tidak sedap seperti bangkai untuk menarik perhatian serangga untuk membantu penyerbukan (Untoro, 2010)

Persebaran

Raflesia arnoldi merupakan tumbuhan endemik Bengkulu dengan persebaran pada hutan-hutan tropis di Pulau Sumatra khususnya bagian selatan. Selama pada habitat tersebut tumbuh inangnya yaitu liana tetrastigma (famili vitaceae) terdapat kemungkinan dapat ditemukan.

Raflesia arnoldi merupakan salah satu bioindikator. Bunga ini akan banyak tumbuh pada alur migrasi babi. Karena tidak memiliki akar, Raflesia arnoldi hidup dengan menyerap nutrisi dari tanaman lain di sekitarnya, pada saat migrasi babi akan memakan umbi-umbian dengan mencabutnya hingga ke akar. Raflesia arnoldi  akan ditemukan sepanjang migrasi babi karena menyerap sisa-sisa makanan dari babi. (Roziaty dkk, 2017)

Status Kepunahan

Status konservasi rafflesia menurut IUCN termasuk dalam katagori terancam punah (Endangered).

Menurut Priatna et al (1989), spesies ini perlu dijadikan prioritas dalam pelestarian karena populasinya kecil dan merupakan spesies endemik yang terbilang langka di alam. Kelangkaan tersebut karena rafflesia memiliki sifat-sifat biologi yang berbeda dengan tumbuhan lainnya yaitu memiliki daur hidup tahunan, dan memparasiti spesies liana terentu, perkembangbiakan sulit dll (Mukmin, 2008). Hal ini mengarah pada dugaan bahwa rafflesia memilih kondisi lingkungan tertentu untuk mendukung perkembangbiakan dan pertumbuhannya. Paralel pada dugaan tersebut, dapat diduga pula bahwa permasalahan lingkungan akan menjadi penyebab utama kepunahan rafflesia dimasa yang akan datang. Perubahan-perubahan yang merusak dan tidak sesuai dengan karakteristik habitat yang membutuhkan relung yang spesifik akan memicu berkurangnya populasi spesies ini di alam secara signifikan (media.neliti.com).

Daftar Referensi:
Mukmin, H. 2008. Kajian Populasi dan Habitat Rafflesia patma Blume di Cagar Alam Pananjung Pangandaran Jawa Barat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 60 pp.

Priatna, D. R., Zuhud, E.A.M. dan Alikodra, H.S.1989. Kajian ekologis Rafflesia patma Blume di Cagar Alam Leuweung Sancang Jawa Barat. Media Konservasi. 2(2) : 1 -- 7.

Roziaty, E., Kusumadani, A. I., Aryani, I. (2017) Biologi Lingkungan. Surakarta : Muhammadiyah University Press

Untoro, J & Tim Guru (2010) Buku Pintar Pelajaran. Jakarta: Agromedia Pustaka

Utami, N. A., Rieka, D. K., Anik, T.S. (2006) Keajaiban Bunga. Bandung : Penerbit Cinta

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun