Mohon tunggu...
Medi Juniansyah
Medi Juniansyah Mohon Tunggu... Menggores Makna, Merangkai Inspirasi

Master of Islamic Religious Education - Writer - Educator - Organizer

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

YONO, Paradigma Alternatif terhadap Budaya Konsumtif

6 Maret 2025   10:30 Diperbarui: 7 Maret 2025   10:20 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dompet perempuan. (Sumber: Shutterstock/Kseniya_tretyakova via kompas.com)

Dalam era modern yang ditandai dengan akselerasi konsumsi dan produksi massal, budaya konsumtif semakin mengakar dalam struktur sosial dan ekonomi masyarakat global.

Tren ini diperkuat oleh kapitalisme kontemporer yang menekankan konsumsi sebagai bentuk identitas dan status sosial.

Budaya konsumtif tidak hanya dimotori oleh dorongan individual untuk memenuhi kebutuhan, tetapi juga oleh mekanisme pasar yang secara sistematis membentuk perilaku konsumsi masyarakat melalui strategi pemasaran agresif, perkembangan teknologi digital, dan ekspansi ekonomi berbasis konsumsi.

Dalam konteks ini, muncul sebuah paradigma alternatif yang dikenal sebagai YONO (You Only Need One), yang menawarkan pendekatan kritis terhadap budaya konsumtif dengan menekankan selektivitas, kesadaran, dan efisiensi dalam pengambilan keputusan konsumsi.

Berbeda dengan YOLO (You Only Live Once) yang cenderung mendorong eksplorasi tanpa batas, YONO mengedepankan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan dan keberlanjutan sumber daya.

Budaya Konsumtif dan Implikasinya

Budaya konsumtif bukan sekadar fenomena ekonomi, tetapi juga merupakan produk dari konstruksi sosial yang dikondisikan oleh perkembangan kapitalisme industri.

Sejak Revolusi Industri, produksi massal telah meningkatkan aksesibilitas barang konsumsi, yang pada gilirannya mengubah pola konsumsi masyarakat dari berbasis kebutuhan menjadi berbasis keinginan.

Perkembangan teknologi komunikasi dan media sosial semakin memperkuat budaya konsumtif dengan menciptakan ekspektasi sosial yang menuntut individu untuk terus memperbarui gaya hidup mereka agar sesuai dengan tren terkini.

Fenomena ini diperburuk oleh adanya planned obsolescence, strategi manufaktur yang dengan sengaja merancang produk dengan umur pakai terbatas untuk mendorong siklus konsumsi yang terus-menerus.

Implikasi dari budaya konsumtif sangat kompleks dan multidimensional. Dari segi ekonomi, konsumsi berlebihan sering kali tidak didukung oleh kapasitas keuangan yang memadai, sehingga mendorong peningkatan utang konsumtif dan ketidakstabilan finansial individu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun