SAMPANG, MADURA - Sebuah proyek pengaspalan jalan yang didanai melalui alokasi Dana Desa (DD) di Dusun Lonseleng, Desa Batioh, Kecamatan Banyuates, Kabupaten Sampang, kini berada di bawah sorotan publik. Muncul dugaan bahwa realisasi proyek infrastruktur tersebut tidak memenuhi spesifikasi teknis dan Rancangan Anggaran Biaya (RAB) yang semestinya, memicu kekhawatiran akan mutu dan daya tahan konstruksi.
Dugaan Penyimpangan Kualitas dan Ketiadaan Informasi
Kritik terhadap proyek ini disuarakan oleh Tono, seorang aktivis dari kawasan Pantura, pada Jumat (1/8/2025). Menurutnya, terdapat indikasi kuat penyimpangan dalam pengerjaan proyek tersebut. Salah satu sorotan utamanya adalah kualitas material yang dinilai tidak akan mampu menjamin ketahanan jalan dalam jangka waktu yang lama.
Persoalan ini diperburuk oleh tidak adanya papan nama proyek di lokasi. Ketiadaan papan informasi ini dianggap sebagai bentuk minimnya transparansi kepada publik, karena warga tidak dapat mengakses informasi dasar mengenai sumber pendanaan, nilai anggaran, dan volume pekerjaan.
Secara spesifik, Tono menyoroti jenis aspal yang digunakan dalam proyek tersebut. Ia menduga pengerjaan yang dilakukan hanya sebatas lapisan dasar.
"Namun ketika dilihat dari kualitas jenis aspal yang digunakan diduga hanya menggunakan aspal Lapen, sebagai pengaspalan dasar saja," bebernya.
Lapen, atau Lapis Penetrasi Makadam, umumnya berfungsi sebagai lapisan pondasi atau perkerasan awal, bukan sebagai lapisan permukaan akhir (hotmix) yang memiliki durabilitas lebih tinggi.
Konteks Pengelolaan Dana Desa dan Pentingnya Pengawasan
Proyek infrastruktur yang bersumber dari Dana Desa memegang peranan vital dalam akselerasi pembangunan dan peningkatan kesejahteraan di tingkat pedesaan. Dana yang dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ini memiliki tujuan yang jelas, di antaranya: