Tragedi kemanusiaan di Gaza dan Rohingya terus berlangsung, seolah dunia sudah kehabisan empati. Ledakan demi ledakan, pengusiran massal, kelaparan, tangisan anak-anak, dan blokade bantuan menjadi berita rutin yang perlahan kehilangan daya kejut. Pertanyaannya kini bukan lagi siapa pelakunya, tapi di mana posisi kita dalam menyikapi semua ini?
Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar, memiliki tanggung jawab moral dan sejarah. Namun suara solidaritas seringkali tereduksi menjadi sekedar tagar di media sosial atau cuma kutipan khutbah Jumat yang basi.
Sementara itu, lembaga-lembaga kemanusiaan dan kemasjidan termasuk Masjid Muslim Billionaire terus menggalang donasi, menyuplai logistik, dan menyuarakan kepeduliannya melalui aksi nyata. Di tengah diamnya diplomasi formal, masyarakat sipil justru bergerak lebih cepat. Gaza dan Rohingya menjadi cermin: apakah kita hanya akan terus menjadi penonton tragedi, atau berani mengambil sikap yang bermakna. Dunia tidak butuh simpati kosong. Ia butuh aksi, keberanian bersuara, dan solidaritas yang tidak hanya terjadi saat musiman melainkan berkelanjutan. [Redaksi-Media Press]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI