Mohon tunggu...
Medeline Puspitasari
Medeline Puspitasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi aktif jurusan Pendidikan Sosiologi di Universitas Negeri Jakarta

Mahasiswi S1 Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Paradigma Sosiologi Menurut George Ritzer

6 September 2022   12:33 Diperbarui: 6 September 2022   12:48 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Paradigma dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti kerangka berpikir. Namun, istilah ini pertama kali digagaskan oleh Samuel Kuhn, fisikawan asal Amerika dalam bukunya The Stucture of Scientific Revolution (1962). 

Menurut Kuhn, paradigma adalah cara untuk mengetahui realitas sosial yang disusun oleh mode of thought atau mode of inquiry yang memiliki arti cara berpikir yang didasar oleh pengalaman, kepercayaan, pembelajaran dan alasan. Konstruksi dari mode of thought inilah yang nantinya akan menghasilkan mode of knowing atau pengetahuan.

Paradigma sendiri ada untuk menjawab berbagai pertanyaan dalam pengetahuan, misalnya, apa yang harus dipelajari dalam suatu bidang keilmuan, pertanyaan seperti apa yang harus dan pantas diajukan, bagaimana pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan, juga aturan-aturan yang menjadi acuan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan.

Dalam perkembangannya, paradigma suatu ilmu pengetahuan tidak bersifat kumulatif atau menambahkan yang sudah ada, melainkan paradigma berkembang secara horizontal, di mana dalam suatu bidang keilmuan, adanya paradigma yang mendominasi. 

Hal ini disebabkan oleh pemikiran para ilmuwan yang bermacam-macam. Tentu saja para ilmuwan memiliki cara berpikir dan sudut pandang yang berbeda-beda terhadap suatu fenomena bidang keilmuan. Hal ini yang menjadikan paradigma sebagai unit terluas dari ilmu pengetahuan yang menjadi dinding pembeda antara hasil temuan teori para ilmuwan.

Adapun faktor yang menyebabkan adanya perbedaan dalam paradigma adalah akibat perkembangan pemikiran filsafat yang menjadi dasar dari setiap ilmu. Saat mempelajari berbagai kajian tentang sosiologi, kita pun kerap menemukan berbagai macam perbedaan baik definisi maupun teori yang dikemukakan oleh berbagai ilmuwan ataupun filsuf. 


Perbedaan dasar pemikiran dalam suatu ilmu yang akhirnya mengakibatkan adanya perbedaan teori-teori yang dikembangkan oleh komunitas ilmuwan yang berbeda-beda. Hal ini pula yang menjadikan setiap komunitas ilmuwan memiliki metodenya sendiri dalam memahami dan menjelaskan teori dan pemahamannya tersebut.

George Ritzer adalah seorang filsuf asal Amerika sekaligus tokoh penting dalam perkembangan Sosiologi. Ada tiga paradigma dalam Sosiologi menurut George Ritzer:

1. Paradigma Fakta Sosial

Paradigma fakta sosial dirumuskan oleh Emile Durkheim yang berpendapat bahwa pemikiran Comte dan Spencer menyatukan sosiologi pada filsafat. Maka dari itu, Durkheim memisahkan objek kajian sosiologi dan filsafat dengan merumuskan konsep fakta sosial. 

Menurut Durkheim, Fakta sosial terdiri dari struktur dan institusi sosial yang bersifat memaksa dan berada di luar individu, misalnya seperti nilai dan norma dalam masyarakat. Fakta sosial juga berkaitan dengan hal materi (sesuatu yang dapat dilihat, diamati, dan dipahami) dan juga non-materi (seperti fenomena sosial atau reaksi manusia). Paradigma fakta sosial didukung oleh teori fungsionalisme struktural, teori konflik, dan sosiologi makro.
2. Paradigma Definisi Sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun