Mohon tunggu...
Imealdha Permatasari
Imealdha Permatasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Edwin McCarthy Lemert, Mengenal Teori Labelling

9 November 2023   11:20 Diperbarui: 9 November 2023   11:46 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada saat kita bertemu segerombolan anak/remaja/orang di pinggir jalan dengan pakaian nyektrik, rambut warna-warni pasti kita langsung berpendapat bahwa mereka adalah anak punk, yang dimana kita pasti langsung berpikir  bahwa anak punk ini tidak baik, brandalan, nakal, bau, serta pikiran lainnya yang berkonotasi negatif. 

Padahal kenyataan tidak semua anak punk seperti itu, masih ada anak punk yang berperilaku baik dan malah membantu masyarakat di sekitarnya. Pikiran kita atau bisa disebut stigma kita terhadap anak punk tersebut merupakan suatu konsep dari “Teori Labeling”. Dimana labeling sendiri bisa diartikan sebagai julukan, etiket, atau predikat yang menunjukkan identitas atau karakteristik seseorang yang seringkali berkonotasi negatif yang kemudian dapat mempengaruhi seseorang terhadap perilaku dan citra dari orang tersebut .

Teori labeling ini pertama kali diutarakan oleh Edwin McCarthy Lemert. Lemert lahir di Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat dan merupakan seorang profesor sosiologi di University of California. Lemert mengkhususkan dirinya dalam sosiologi dan antropologi. Selain itu, dia juga mempelajari kecanduan narkoba, patologi sosial, dan pengalaman stigmatisasi penyakit serta menulis beberapa buku dan artikel mengenai penyimpangan dan masalah sosial. Salah satu karyanya yang terkenal yaitu mengenai dasar sosial penyimpangan..

Teori labelling, menurut Edwin McCarthy Lemert, menjelaskan bagaimana masyarakat memberikan sebuah label atau cap kepada seseorang. Sebuah label ini berupa julukan, etiket, stigma, atau stereotip yang memperlihatkan bahwa seseorang atau kelompok tersebut memiliki karakteristik, perilaku, atau atribut tertentu yang dianggap negatif, abnormal, atau tidak sesuai dengan norma sosial yang kita miliki, yang disebut juga dengan menyimpang. Teori labelling juga sebuah teori sosiologis yang berfokus pada bagaimana pemberian label atau cap oleh masyarakat dapat mempengaruhi identitas dan perilaku seseorang atau sekelompok orang. Teori ini berasal dari perspektif interaksionisme simbolik, yang menganggap bahwa makna sosial terbentuk melalui interaksi dan komunikasi antara individu dengan menggunakan bahasa dan simbol. 

Menurut Lemert, ada dua jenis penyimpangan yang terkait dengan teori labelling yaitu, penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder.

Penyimpangan primer adalah perilaku yang menyimpang dari norma sosial, tetapi belum mendapat reaksi negatif dari masyarakat. Contohnya adalah orang yang mencuri karena kebutuhan, orang yang berbohong karena takut, atau orang yang mengonsumsi narkoba karena penasaran. Penyimpangan primer biasanya bersifat sementara, tidak ter organisir, dan tidak berdampak signifikan bagi identitas dan perilaku seseorang, citra yang positif dapat dipertahankan sebagaimana peran seseorang dalam masyarakat.

Penyimpangan sekunder adalah perilaku yang menyimpang dari norma sosial, dan sudah mendapat reaksi negatif dari masyarakat, sehingga orang yang melakukan perilaku tersebut diberi label atau cap sebagai menyimpang. Contohnya adalah orang yang dicap sebagai pencuri, pembohong, atau pecandu narkoba oleh masyarakat. Penyimpangan sekunder biasanya bersifat permanen, terorganisir, dan berdampak signifikan bagi identitas dan perilaku seseorang. Orang yang diberi label sebagai penyimpang akan cenderung menerima dan menerapkan label tersebut, dan kemudian berperilaku sesuai dengan label tersebut. Hal ini lah yang disebut sebagai self-fulfilling prophecy.

Ada pun dampak yang dapat kita terima bila terkena teori labelling, sebagai berikut:

Dampak terhadap mental. Labeling negatif dapat menyebabkan orang yang diberi label merasa kehilangan kepercayaan diri, merasa selalu dipandang sebelah mata, selalu berpikir negatif, dan lain sebagainya. Labeling juga dapat menimbulkan stigma dan diskriminasi (bullying), serta membatasi peluang dan partisipasi sosial bagi orang atau kelompok yang diberi label.

Dampak terhadap perilaku. Labeling negatif dapat menyebabkan orang yang diberi label semakin menyimpang secara terus menerus, karena mereka merasa tidak ada harapan atau jalan keluar dari label yang diberikan.

Dampak terhadap pendidikan. Labeling negatif dapat berpengaruh pada prestasi belajar, motivasi dalam belajar, konsep diri, dan minat belajar peserta didik. Labeling dapat membuat peserta didik merasa tidak mampu, tidak berbakat, tidak berpotensi, atau tidak berminat untuk belajar. Labeling juga dapat mempengaruhi hubungan antara peserta didik dengan guru, teman, dan orang tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun