Bali, sebuah pulau yang sangat dikenal serta menjadi destinasi idaman bagi siapa saja termasuk saya dan Alwan, adik saya. Kami berdua akan mencoba pergi ke Bali dan menjelajahnya dengan cara seirit – iritnya berhubung kami berdua tidak memiliki budget yang cukup banyak, maklum saja waktu itu status kepegawaian saya masih kontrak jadi mesti hemat.
Saya akan mencoba menuliskan memori – memori pada saat kami menjelajah Bali, dan karena banyak destinasi yang dituju maka tulisan akan dibuat bersambung, selamat menyimak sahabat Kompasianer.
Perjalanan Surabaya – Denpasar
Setelah menunaikan ibadah shalat maghrib kami berdua bergegas menuju Terminal Bratang, dari Jalan Arif Rahman Hakim kami naik angkot S jurusan Keputih – Terminal Bratang dengan ongkos Rp 3000
Setelah sampai di Terminal Bratang kami naik bus tujuan Terminal Purabaya dengan ongkos Rp 4000. Akhirnya kami sampai di Terminal Purabaya jam 19.30, jam segitu sudah tidak ada bus yang ke Bali, sekalinya ada hanya bus bumel dengan tarif yang tidak masuk akal (harga calo).
Kami mencari bus tujuan Banyuwangi dan kebetulan sudah ada bus AC ekonomi tujuan Banyuwangi sedang menunggu penumpang, kami segera naik bus tersebut. Jam 21.00 bus baru keluar dari Terminal Purabaya, kemudian disaat kami asik tertidur kami dibangunkan oleh kondektur yang berteriak “habis, habis, habis”
Kami pun turun menyangka kami sudah sampai Terminal Banyuwangi ternyata tidak, kami baru sampai di Terminal Bayuangga, Probolinggo. Dan ternyata baru saya ketahui bahwa jika sudah malam dari Terminal Purabaya tidak ada bus yang langsung ke Banyuwangi.
Akhirnya kami harus melanjutkan dengan bus lain, 1 jam menunggu di Terminal Bayuangga datanglah bus tujuan Situbondo, kami segera naik bus tersebut berebutan dengan penumpang lainnya tapi beruntung bagi kami yang masih mendapatkan tempat duduk, saya membayar ongkos Rp 17000 per orangnya setelah itu kami tidur kembali lalu jam 04.00 kami terbangun kembali karena bus sudah sampai di Terminal Situbondo.
Dari Terminal Situbondo kami lanjut lagi naik bus tujuan Banyuwangi, dengan ongkos Rp 17000. Jam 07.30 akhirnya kami sampai di Terminal Ketapang, Banyuwangi. Dari sini Pelabuhan Ketapang masih lumayan jaraknya jadi kami naik angkot menuju ke pelabuhan, sampai di pelabuhan kami kena ongkos getok, kami diharuskan membayar Rp 10000 per orang, padahal tidak seharusnya kami membayar segitu.
Sampai di Pelabuhan Ketapang, kami langsung menuju loket pejualan tiket ferry, harganya cukup murah, hanya Rp 6500 saja untuk mengarungi Selat Bali ini. Kami segera masuk ke kapal, duduk manis di tempat penumpang lalu setelah kapal terisi penuh kami pun berlayar menuju Pulau Bali.
[caption id="attachment_371287" align="aligncenter" width="560" caption="Pelabuhan Ketapang"][/caption]
[caption id="attachment_371289" align="aligncenter" width="560" caption="Kapal Ferry di Pelabuhan Ketapang"]
Sampai di Pulau Bali
Akhirnya sampai juga kami di Pelabuhan Gilimanuk, kami telah berhasil melangkahkan kaki di Pulau ini, kami segera keluar dari pelabuhan menuju Terminal Gilimanuk dimana mikro bis tujuan Singaraja atau Denpasar menunggu penumpang.
Ketika sampai terminal sudah ada beberapa mikro bis yang berjejer menyesuaikan tujuannya, kami langsung menuju mikro bis tujuan Denpasar tepatnya Terminal Ubung. Tepat jam 09.00 mikro bis ini pun berangkat menuju Denpasar, di sela – sela perjalanan saya mencoba ngetweet ke akun Twitter @BPIRegionalBali, beruntung, dengan cepatnya twit saya dibalas, lalu sang admin memberikan kontak anggota BPI Regional Bali serta alamat basecamp-nya.
4 jam perjalanan dari Terminal Gilimanuk, sampailah kami di Terminal Ubung, kami langsung dikerubungi oleh sopir angkot maupun tukang ojek yang menawarkan jasanya. Berkat saran admin akun BPIRegionalBali kami lebih memilih ojek, dengan ongkos Rp 30000 dari Terminal Ubung sampai basecamp BPI Regional Bali di Jalan Batas Dukuh Asri, Gang Curik No. 8
Sampai di Basecamp BPI Regional Bali, kami langsung disambut oleh mereka, lalu mereka mempersilahkan kami untuk beristirahat atau mandi. Sungguh hangat sekali sambutan mereka.
Sore harinya, atas bantuan anak - anak BPI Regional Bali kami mendapatkan motor untuk disewa, setelah mendapatkan motor kami langsung menuju Pantai Kuta yang tidak jauh dari sini. Setelah 30 menit muter – muter (karena nyasar) kami sampai di Pantai Kuta, memarkirkan motor di depan Hard Rock Café yang memiliki papan selancar raksasa yang biasa dijadikan objek untuk foto – foto bagi turis.
Kami segera masuk ke wilayah pantai yang memiliki pasir putih nan lembut itu, duduk – duduk menikmati sore hingga semburat cahaya kemerahan di arah barat semakin menambah asik suasana di Pantai Kuta, perlahan – lahan matahari pun tenggelam dan digantikan oleh rembulan bulat yang menggantung di langit Bali yang cerah.
[caption id="attachment_371291" align="aligncenter" width="560" caption="Sunset di Pantai Kuta"]
[caption id="attachment_371294" align="aligncenter" width="560" caption="Sore di Pantai Kuta"]
[caption id="attachment_371300" align="aligncenter" width="462" caption="Penulis dan adik di Pantai Kuta"]
Kami pun kembali ke basecamp untuk beristirahat karena keesokan harinya kami akan menuju Danau Bedugul, Danau Batur dan diakhiri dengan Tanah Lot, mampukah kami?
Perjalanan ini dilakukan pada tanggal 17 – 18 Oktober 2013
Temukan indahnya Indonesia di http://www.indonesia.travel/wonderfulindonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H