Mohon tunggu...
Maulidia Balqis
Maulidia Balqis Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Hallo!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi Buruk yang panjang

13 November 2020   05:30 Diperbarui: 13 November 2020   05:54 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi buta di bulan Oktober tahun 2012,ketika aku dan kedua saudara laki-laki ku masih memejamkan mata.Sayup ku dengar suara ibuku yang risau memanggil ayahku,berusaha membangunkannya.Karena rasa penasaran yang membuncah atas apa yang sedang terjadi,sekuat tenaga aku pun membuka mataku dan bertanya kepada ibu."Apa yang terjadi dengan Ayah bu?." Dengan pandangan yang tak lepas dari Ayah,ibu menjawab."Ibu tidak tahu nak,tadi ketika ibu hendak pergi ke toilet tiba-tiba ayah tidak bisa menggerakkan tubuhnya yang sebelah kiri dan tidak bisa berbicara.Ibu sangat menghawatirkan ayah,jadi ibu mencoba untuk membangunkannya." Aku yang mendangar penuturan ibu hanya diam lalu duduk bersama kedua saudara laki-lakiku yang ternyata terbangun juga.Waktu itu aku masih berusia sembilan tahun dan belum belajar mengenai biologi,jadi aku tidak tahu jika pada saat itu ayah tengah diserang stroke ringan.


Tak lama kemudian,rumahku ramai kedatangan saudara ibuku padahal saat itu matahari pun belum menampakkan sinarnya.Ntah apa yang dibicarakan oleh orang-orang dewasa yang ada di rumah,aku tak mengerti dan tak mengambil pusing dengan hal itu.Ternyata tanpa aku ketahui,ibu berbincang dengan adik perempuan ayah melalui telepon,adik perempuan ayah menyuruh ibu untuk segera membawa ayah ke rumah sakit karena katanya apa yang tengah dialami oleh ayah adalah hal yang cukup serius.Pada waktu itu pula ibu langsung membawa ayah ke salah satu rumah sakit besar di tengah kota kembang.


Hari demi hari kulewati bersama kedua saudara laki-lakiku di rumah nenek dengan beraktifitas seperti biasanya.Tanpa terasa, sudah sebulan lamanya ayah menjalani rawat inap di rumah sakit bersama ibu yang selalu mendampingi nya.Hingga satu waktu,adik ayah datang menjenguk dan meminta agar ayah dipindahkan ke rumah sakit di Bogor untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik karena memang fasilitas rumah sakit di Bogor lebih memadai.Selain itu,Bogor adalah kota ayah dilahirkan dan semua adik-adiknya bertempat tinggal disana,hal tersebut memudahkan adik-adiknya untuk ikut merawat ayah.


Waktu terasa cepat berlalu bagaikan kilat yang menyambar.Satu lagi telah berlalu dengan aku yang bersama kedua saudara laki-lakiku di rumah nenek dan ibu yang merawat ayah di salah satu rumah sakit di Bogor.Tak pernah lupa,ibu selalu mengabari kami tentang keadaan ayah disana, terakhir kali ibu menghubungi kami,ibu mengatakan bahwa ayah sudah lebih baik dan mungkin sebentar lagi bisa pulang.Lega sekali aku mendengar kabar tersebut,rasanya seperti terdapat banyak kupu-kupu yang berterbangan di perutku.Tak sabar aku menunggu kepulangan ayah dan ibu di rumah,melepas kerinduan yang telah menjadi candu selama dua bulan terakhir.
Hari yang indah pada suatu pagi di bulan Desember.Kumulai hari dengan penuh keceriaan dengan tas orange favoritku yang ku gendong di pundak.Kala itu aku tengah menghadapi ujian akhir semester di sekolah,aku menghadapinya dengan penuh semangat karena setelah itu libur akan tiba.Aku bergegas berangkat kesekolah bersama kakakku, sedangkan adikku diantarkan nenek karena masih duduk di bangku TK.Ketika sampai disekolah bel sudah berbunyi mengharuskan ku untuk masuk ke kelas,berpisah dengan kakakku yang saat itu berada ditingkat akhir.Ibu guru memberikan soal untuk mata pelajaran Matematika,aku mengisi satu persatu soal-soal yang diberikan dengan santai karena menurutku Matematika adalah ilmu yang menyenangkan.
Tersisa Beberapa soal yang harus ku jawab.Tiba-tiba saja kakakku muncul dari balik daun pintu memanggil namaku setelah sebelumnya meminta ijin kepada ibu guru.Bingung,itu yang aku rasakan pada saat itu."Ada apa kak?aku tinggal mengisi 4 nomor terakhir nih." Ku tanyakan langsung kepada kakakku karena takut ibu guru marah.Kakaku pun menjawab."Kakak juga gatau ada apa dek,tapi paman menjemput kita untuk berangkat ke Bogor sekarang." Terheran-heran aku mendengar penuturan kakakku,bagaimana bisa kami meninggalkan sekolah sebelum menyelesaikan ujian,ku tanyakan kembali kepada kakakku." Loh,terus ini ujian nya gimana dong?nanggung banget tinggal 4 soal lagi kak!." Kakakku sudah terlihat menahan kesal karena aku yang ngeyel dan malah banyak bertanya, akhirnya dia angkat bicara."Kakak udah ijin dek tadi sama ibu guru,katanya boleh kadi sekarang beresin semua barang kamu dan kita pulang sekarang, kasian paman dari tadi sudah menunggu kita." Tanpa menyanggah lagi aku pun mengikuti saja apa yang diperintahkan oleh kakakku.Ketika sampai dirumah ternyata nenek dan adikku sudah menunggu,aku dan kakakku mengganti seragam yang kami kenakan terlebih dahulu agar terlihat lebih sopan. Tanpa berlama-lama lagi kami  langsung berangkat menuju rumah sakit tempat ayah di rawat dengan diantarkan oleh kenalan nenek.


Setelah 4 jam menempuh perjalanan, akhirnya kami sampai dan bergegas menuju ruangan ayah.Rasanya sudah ingin sekali melihat wajah hangat ayah yang selalu menyapa penglihatanku.Tapi ketika aku mengharapkan hal tersebut,yang kudapati adalah muka pucat pasi ayah yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.Perasaanku kala itu campur aduk,antara bahagia akhirnya bisa bertemu kembali bersama ayah dan ibu setelah dua bulan lamanya tak bertemu dan perasaan sedih melihat keadaan ayah yang ternyata semakin parah.Setelah selesai melihat ayah,aku dan kedua saudaraku bermain bersama saudara yang lain,rindu juga dengan mereka karena memang jarang sekali bertemu.Kami sangat menikmati waktu bersama, memecahkan celengan rindu yang sudah kutabung selama setahun."Imam,Maudi,Agus!sini cepet masuk,ayah kalian pengen ketemu." Suara lantang dan tegas yang berasal dari salah satu adik perempuan ayah berhasil mengalihkan perhatian kami yang sedang asik bermain di lobby rumah sakit."Iya tante." Sahutku menanggapi ucapannya dan berlari bersama kedua saudaraku untuk kembali menemui ayah.

Aku tidak mengerti sedang dalam keadaan apa aku saat itu,semua orang terlihat khawatir,mereka menatap aku dan kedua saudaraku dengan tatapan iba.Dalam hati aku terus merapalkan segala doa yang kubisa berharap tidak terjadi  apapun dengan ayahku karena perasaanku sangat tidak enak.Ku lihat kakakku yang mencoba dewasa dan adikku yang masih kecil dan belum mengerti apa-apa dengan harap mendapatkan jawaban namun tetap nihil.Tanganku gemetar menyentuh tangan ayah yang sudah sedingin es dan itu membuat perasaanku kian tak menentu.Ku pandangi wajahnya,ku kecup pipinya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang oernah ku buat karena aku sudah pasrah dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.Hal serupa dilakukan oleh kakakku sedangakan adikku bersama ibu yang pasti paling merasa sedih.Dokter pun datang diikuti oleh beberapa orang suster dan memberikan alat bantu pernapasan,mengecek kondisi ayah selama beberapa lama hingga kemudian dokter berkata."Bu,mohon maaf bapak sudah tidak ada.Bapak mengalami pecah pembuluh darah yang terdapat di otak." Satu kalimat terucap dari mulut dokter yang sontak membuat semua orang yang berada di ruangan rawat ayah menangis tersendu sendu.Aku yang waktu itu masih bingung berusaha mencerna keadaan dan ketika aku telah nyenyadari apa yang terjadi pada ayah, beragam penyesalan pun bermunculan di dalam kepala tapi hal tersebut sudah tidak berguna lagi bagaikan sakit menimpa, sesal terlambat.Rasanya seperti ditusuk beribu duri tepat pada ulu hati,tidak ada yang berdarah tapi aku merasakan sakit yang teramat sangat.Setelah beberapa jam akhirnya kita semua bisa tenang dan mencoba mengikhlaskan apa yang telah digariskan oleh Allah.


Semua orang sibuk menyiapkan pemakaman ayah,terlebih ibu yang terlihat paling lelah.Orang-orang datang dan pergi silih berganti untuk memberikan penghormatan terakhir pada ayah.Dan tak lama dari itu,ayah pun di makam kan di sebuah pemakaman umum di dekat rumah masa kecil ayah.Di hari ke dua setelah kepergian ayah untuk selama-lamanya,aku dan kedua saudaraku pulang kembali ke Bandung bersama nenek yang selalu mendampingi kami dalam melewati semua proses kehilangan yang kami hadapi.Keadaan saat itu mengharusan kami untuk seger pulang karena kami harus kembali sekolah,sedangakan ibu baru pulang satu minggu setelahnya karena mengurus pengajian untuk mendoakan ayah.Kami menjalani hari seperti biasanya namun dengan sesuatu yang berbeda,hampa rasanya seperti ada bagian yang tak sempurna. Aku dan kakakku mengikuti ujian susulan mengejar ujian yang belum sempat kami ikuti.Beberapa hari kemudian kami sudah dapat  menikmati libur tengah semester yang menyenangkan setelah sebelumnya menjalani hari-hari yang pahit bagaikan mimpi buruk yang panjang tanpa bisa dihentikan.

Nama : Maulidia Balqis

Kelas : XII MIPA 1

Absen : 20

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun