Penjaga Bunga tersenyum. Ia mencari bunga mana yang diinginkan pembeli. Dengan rasa takut dan gemetar, pembeli itu menginginkan bunga yang paling disukai---bertangkai kokoh, berdaun segar, bermahkota cantik, dan berkelopak indah.
Pembeli kemudian, menyentuh bunga itu dengan tangannya yang kotor. Segera Penjaga Bunga menghentikan. Kemudian memegang, menyentuh, dan membelai bunga cantik itu dengan cinta.Tak ingin melihat bunga kesukaannya terluka, katanya.
Apalah daya Penjaga Bunga terhadap bunga itu. Sudah saatnya, bunga itu menjadi milik orang lain. Masanya membantu bunga itu tumbuh dengan subur dan indah telah habis. Barulah, bunga itu diserahkan kepada pembeli. Ya, yang menyukai bunga itu.
Harapnya, pembeli itu mampu menjaga dan merawat bunga dengan baik. Menjaga dari tangan kotor. Merawat untuk tetap indah pada mestinya. Lewat napas tak tega, terlepaslah bunga kesukaannya itu di tangan orang lain. Orang yang akan melanjutkan kiprahnya.
"Bunga bagiku adalah mahkota. Iya tak bisa tumbuh sendiri. Harus ada yang menjaga, merawat dengan cinta paling tulus," tutur Si Penjaga Bunga pada Pembeli.
Pembeli, kemudian mengangguk dan mengalirkan ketertarikan tulusnya. Tak lama, ia pergi membawa bunga itu dengan tenang. Si Penjaga Bunga mengantarkan dengan napas tega.
*Bunga adalah anak.