Mohon tunggu...
Dwik Sukmawati
Dwik Sukmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa prodi IQT(Ilmu Al quran dan Tafsir) STAI Al Anwar Sarang Rembang

aktif sosmed dan fokus pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kehidupan Orang Kaya dalam Balutan Label Miskin

2 Mei 2024   12:52 Diperbarui: 2 Mei 2024   13:28 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di kelurahan Lebak, desa Sumurgung, kecamatan Montong, kabupaten Tuban, terdapat salah satu warga kaya yang menyembunyikan kekayaannya di balik citra miskin. Mereka sering meminta bantuan sosial tanpa mengakui kemampuan finansial mereka yang sebenarnya. Dengan memasang label atau tanda miskin di rumah mereka, mereka seringkali menerima uang dan bantuan sembako, meskipun sebenarnya sudah mampu secara finansial. Hal ini menimbulkan ketidakadilan dalam distribusi bantuan sosial, di mana mereka yang lebih membutuhkan menjadi terabaikan.

Ketika kita membayangkan kehidupan orang kaya, seringkali yang terlintas dalam pikiran adalah kemewahan dan kelimpahan. Namun, di balik fasad kekayaan tersebut, seringkali terselip kekosongan emosional yang tak terduga. Kehidupan orang kaya tidak selalu berjalan mulus, dan kekayaan materi tidak selalu setara dengan kebahagiaan batin. Bahkan, seringkali mereka masih merasa kekurangan meskipun telah memiliki segalanya.

Pada tahun 2022, berita tentang seorang milyader di kecamatan Jenu, kabupaten Tuban, menjadi viral. Warga yang terdampak oleh PT Pertamina menerima uang dalam jumlah besar, namun sayangnya, banyak dari mereka menghabiskan uang tersebut dengan cepat. Keluarga-keluarga ini, yang sebelumnya menerima bantuan sosial seperti program sembako (BPNT) atau PKH, menjadi salah satu contoh dari kesenjangan yang terjadi dalam distribusi bantuan sosial.

Meskipun seharusnya mereka sudah tidak lagi memenuhi syarat untuk menerima bantuan sosial, namun perilaku mereka yang terus meminta bantuan membuat ketidakadilan semakin terasa. Bahkan, ada yang dengan sengaja menyembunyikan kekayaan mereka dengan menunjukkan rumah yang masih terlihat sederhana bahkan pas pas an pula, sementara sebenarnya mereka telah membangun rumah mewah dan memiliki tanah yang luas.

Reaksi para tetangga yang merasa terpinggirkan oleh distribusi bantuan sosial yang tidak merata tidaklah mengherankan. Namun, untuk mengatasi masalah ini, diperlukan tindakan nyata dari pemerintah. Perlu ada penyempurnaan dalam sistem pengumpulan data seperti DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial) agar program-program bansos dapat tepat sasaran dan tidak disalahgunakan oleh mereka yang sebenarnya tidak membutuhkannya.

Dengan demikian, melalui pembenahan sistem dan kesadaran akan tanggung jawab sosial, diharapkan distribusi bantuan sosial dapat menjadi lebih adil dan berdampak nyata bagi mereka yang membutuhkannya.

Pemahaman Lebih Dalam tentang Kehidupan Orang Kaya

Penting untuk memahami bahwa kehidupan orang kaya tidak selalu seindah yang terlihat dari luar. Meskipun mereka memiliki kemampuan finansial yang besar, seringkali mereka juga mengalami tekanan dan tantangan yang tidak kalah beratnya. Kekayaan materi tidak selalu mampu mengatasi masalah emosional, dan banyak orang kaya yang merasa kesepian atau tidak puas meskipun memiliki segalanya.

Selain itu, ada fenomena yang dikenal sebagai "efek treadmill kekayaan", di mana seseorang terus-menerus mengejar lebih banyak kekayaan dan konsumsi, namun tetap merasa tidak puas. Hal ini bisa mengakibatkan siklus keinginan yang tidak pernah berhenti, bahkan ketika mereka telah mencapai tingkat kekayaan yang luar biasa.

Dampak Negatif dari Menerima Bantuan Sosial yang Tidak Dibutuhkan

Salah satu masalah utama yang timbul dari menerima bantuan sosial yang sebenarnya tidak dibutuhkan adalah adanya penyalahgunaan sistem. Ketika orang yang sebenarnya mampu terus menerima bantuan, hal ini mengakibatkan kurangnya sumber daya yang tersedia untuk mereka yang benar-benar membutuhkannya. Hal ini juga dapat menciptakan ketidakadilan sosial dan menimbulkan ketegangan di antara masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun