Mohon tunggu...
Mbak Avy
Mbak Avy Mohon Tunggu... Penulis - Mom of 3

Kompasianer Surabaya | Alumni Danone Blogger Academy 3 | Jurnalis hariansurabaya.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan Masa Kecil di Pondok Pesantren Nenek

19 April 2021   05:54 Diperbarui: 19 April 2021   06:09 1254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Katam Al Qur'an adalah target dari nenek selama bulan Ramadan (dok.pri)

Biasanya setelah sholat Dhuhur dan membaca Al Qur'an, saya memilih tidur sebentar. Karena jam-jam segitu perut sudah mulai berteriak-teriak. Meskipun sebagian teman ada yang ngajak main, tapi saya memilih di rumah saja daripada batal puasanya karena sesuatu.

Makhlum kan masih anak-anak. Kadang kalau lagi bermain, ada saja yang mengajari untuk membatalkan puasa. Ada teman yang pura-pura main, tapi lari ke toko buat beli jajan. Ada juga yang ngumpet-ngumpet minum di rumah tempat kita bermain. Kalau ketahuan nenek, saya bisa dimarahi habis-habisan. Lagian rugi juga kalau bohong tapi tetap lapar hehehe.

Ketika adzan Ashar berkumandang, saya sudah berangkat menuju langgar lagi. Itulah enaknya rumah dekat langgar atau mushola. Sholat selalu berjamaah dan selalu tepat waktu.

Selesai sholat Ashar, saya bantuin kakak yang lagi bertugas memasak menu untuk buka puasa nanti. Biasanya bantu yang ringan-ringan saja. Kayak nyuci sayuran, motong ikan, atau beliin bumbu kalau masih ada yang kurang ke warung sebelah. Sesekali saya juga hunting makanan khas puasa di tetangga-tetangga yang jualan di sekitar rumah.  Biasanya yang saya cari itu es bligo, krupuk dengan bumbu gula merah pedas atau kue lapis dari bahan beras. Itu kudapan yang khas banget, yang hanya muncul di bulan puasa. Jadi bener-bener ngangeni.

10 menit menjelang maghrib, saya sudah duduk manis di rumah. Menunggu bedug dan menikmati menu puasa khas ndeso masakan nenek yang selalu bikin nagih kayak sambel goreng kacang teri atau pindang orak arik.

Dilanjutkan kemudian sholat Maghrib berjamaah di langgar Al Amin. Setelah maghriban, kembali baca Al Quran dan targetnya malam ini 1 juz sudah harus selesai. Dan itu juga sudah ultimatum dari nenek. Karena biasanya setelah sholat Isya dan Tarawih adalah waktunya Tadarusan. Paling lama selesai sampai jam 10 malam.

Begitulah setiap hari kegiatan rutin saya mengisi bulan Ramadan di rumah nenek yang sudah seperti pondok pesantren bagi saya dan kakak.

*

Kenangan suasana Ramadan di masa kecil itu sudah lebih dari 35 tahun yang lalu, tapi masih sangat melekat dalam ingatan saya sampai sekarang. Gimana tidak? Sejak kecil atau sejak mengenal puasa, saya dan kakak perempuan selalu menghabiskan sebulan penuh puasa Ramadan di rumah nenek di Kediri. Dan itu hukumnya WAJIB. Tentunya orang tua mempunyai tujuan yang baik, supaya saya dan kakak bisa belajar banyak ilmu agama. Sedangkan kalau bersama orang tua, mereka tidak ada waktu untuk mengajari sedetail itu. Disamping karena sibuk kerja, sibuk ngurusi adik-adik saya yang berjumlah 3 orang. Masih kecil-kecil lagi.

Puluhan tahun saya menghabiskan setiap momen Ramadan di kota kelahiran saya Kediri, bersama nenek yang hidup sendiri kalau saya tidak ada disana. Karena memang kakek sudah lama meninggal. Tapi ada kakak dari ibu yang tinggal tidak jauh dari nenek. Sehingga beliau -- almarhumah nenek tidak terlalu kesepian.

Meskipun dulu saya sering protes ke ibu, kenapa saya selalu dikirim ke Kediri kalau puasaan. Sesekali pingin berkumpul dengan ayah ibu dan saudara lain menikmati suasana Ramadan di Madiun. Pernah juga sih beberapa hari masih ikut puasa di Madiun sebelum dikirim ke Kediri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun