Mohon tunggu...
Mbak Avy
Mbak Avy Mohon Tunggu... Penulis - Mom of 3

Kompasianer Surabaya | Alumni Danone Blogger Academy 3 | Jurnalis hariansurabaya.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Kenangan Bersama Nenek yang Muncul di Setiap Ramadhan

29 Mei 2018   23:04 Diperbarui: 30 Mei 2018   02:57 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok ibu menggantikan peran nenek yang tidak pernah lelah meneruskan ajaran agama dengan ketat (dok.pri)

Saya mempunyai kenangan di masa kecil yang selalu terpatri dalam ingatan, sehingga melekat sampai sekarang. Memori itu otomatis selalu muncul terutama pada saat bulan Ramadhan yaitu didikan yang sangat keras dari nenek (orang tua ibu). Bagi saya, bulan ramadhan adalah bulan penggemblengan. 

Jadi sejak usia 6 tahun (waktu itu saya kelas 1 SD), setiap menginjak bulan Ramadhan selalu diungsikan ke Kediri di rumah nenek dan kakek dari ibu. Selama sebulan penuh selama Ramadhan, saya dan 2 orang kakak tinggal bersama mereka. Baru menjelang lebaran kurang sehari, ibu dan ayah datang sekalian untuk berlebaran di Kediri kampung halamannya.

Kakek dan nenek tinggal di sebuah gang namanya Jamsaren di kota  Kediri yang terkenal dengan banyak pondok pesantrennya. Jadi otomatis lingkungan kampung sekitarnya jadi ikut terbawa aroma kekhusukan dari Pendidikan pondok pesantren itu. Terutama di bulan Ramadhan. Setiap saat selalu ada kegiatan ibadah terutama lantunan suara orang mengaji di setiap sudut desa. Karena hampir di setiap gang disekitarnya, ada masjid atau surau (saya menyebutnya langgar, yaitu masjid kecil).

Sayapun ingat sekali akan didikan nenek yang begitu keras dalam hal agama. Di mulai dari pagi, jam 2 saya dan kakak sudah dibangungkan untuk sahur. Padahal Imsak masih cukup lama. Sedangkan makan sahur hanya membutuhkan waktu setengah jam saja. Setelah sahur kami harus mengaji Al Quran sampai menjelang subuh. Yang mengajari nenek sendiri. Padahal mata sudah mau lengket, bahkan kadang tidak bisa konsentrasi. Suara nenek akan makin keras kalau saya salah mengucapkan lafal Al Quran. Dan itu harus di ulang berkali-kali. Meskipun tidak pernah ada cubitan atau pukulan, tapi suara nenek sudah cukup bikin keder hahahaha :)

Selanjutnya kami harus menunaikan sholat subuh di masjid. Memang temannya banyak, karena memang sholat subuh menjadi kewajiban dari anak sampai remaja yang tinggal di sekitar gang Jamsaren. Kemudian dilanjutkan dengan kuliah subuh sampai jam 6. Sampai di rumahpun belum bisa tidur, karena harus ikut nenek di pasar buat belanja kebutuhan buka dan sahur. Untung tidak ada kewajiban masak, karena semuanya di atasi nenek yang memang terkenal jago banget memasak. Baru sepulang dari pasar bisa merem sebentar. Itupun dibatasi hanya sampai jam 11, karena harus sholat dhuhur di langgar.

Setelah sholat dhuhur baru agak dibebaskan untuk bermain dengan teman-teman atau kegiatan apa saja, asalkan waktu sholat harus pulang.  Hukumnya wajib sholat berjamaah di rumah, karena letaknya persis di samping rumah ada langgar (surau) dengan nama Al Amin yang kebetulan adalah tanah wakaf dari ayah. Jadi kalau mau sholat harus setor muka ke nenek.

Menjelang maghrib sudah disibukkan dengan aneka macam penganan  yang hendak di santap. Lanjut sholat maghrib dan persiapan tarwih. Dengan jumlah rakaat terbanyak yang pernah saya ikuti yaitu 21 rakaat, selama sebulan lo. Dengan nenek di samping, nggak mungkin lah saya kabur hahahaha :D

Habis tarawih dilanjutkan tadarusan. Dan yang ikut banyak banget, terutama remaja-remaja. Biasanya selesai sampai larut malam. Yang bikin kita kerasan karena ada jajajan serta minuman yang banyak dan beraneka ragam. Jadi nggak berasa walaupun selesai sampai jam 11. Biasanya langsung tidur, karena jam 2 sudah harus siap dibangunkan nenek.

Begitulah jadwal setiap hari selama sebulan menjalani puasa di Kediri. Meski awalnya berat, tapi lama-lama jadi terbiasa. Dan saya jadi bisa merasakan manfaatnya sampai sekarang. Betapa didikan keras dari nenek sangat bermanfaat, sehingga saya mulai terbiasa melakukannya. Seperti :

  • Belajar Al Quran secara benar mulai dari membaca dan cara pengucapannya
  • Menunaikan sholat  tepat waktu
  • Memperbanyak sholat sunnah
  • Menggunakan waktu secara maksimal dan bermanfaat.

Meskipun sudah lebih dari 30 tahun nenek sudah berpulang, tapi kenangan itu tidak pernah hilang dari ingatan. Apalagi ketika menjelang Ramadhan. Padahal dulu selalu mengeluh dan sakit hati kalau didikan nenek terasa seperti mengekang. Sekarang justru merindukan saat-saat seperti itu.

Kalau pengen ketemu rasanya tidak mungkin. Apalagi merasakan masakan nenek yang super duper enak banget. Jadi semua kerinduan itu saya wujudkan dalam bentuk doa. Semoga almarhumah nenek dan almarhum kakek sudah mendapat kavling di surga. Karena jasanya dalam menanamkan kecintaan terhadap Al Quran dan mendidik untuk selalu tepat waktu dalam melaksanakan sholat 5 waktu kepada kami cucu-cucunya. Aamiin....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun