Mohon tunggu...
Mbak Meida
Mbak Meida Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan Spiritual Rumah Tangga

Menyediakan layanan dan jasa konsultasi masalah rumah tangga.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

5 Jenis Pertengkaran Ini Dibutuhkan dalam Rumah Tangga

14 Desember 2020   13:58 Diperbarui: 14 Desember 2020   14:00 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah Anda dan pasangan sering berkonflik? Jika IYA, mungkin Anda bertanya-tanya apakah hubungan kalian ini sehat atau tidak.

Karena seringkali, orang menganggap pertengkaran dalam sebuah hubungan itu adalah sesuatu yang tidak baik.

Tapi, tunggu dulu! Anda tidak boleh skeptis dan merasa bahwa hubungan yang selalu diisi dengan konflik adalah ciri hubungan yang gagal serta tidak romantis.

Karena berdasarkan pengalaman saya mengatasi ratusan masalah rumah tangga setiap hari, konflik dalam rumah tangga itu dibutuhkan untuk meningkatkan kedewasaan, kebijaksaan dan keharmonisan.

Tentu saja, tidak semua jenis konflik bisa mendatangkan hal positif dalam rumah tangga Anda. Ada beberapa jenis konflik yang baik untuk rumah tangga Anda, antara lain;

Yang Pertama, Konflik yang Sehat Selalu Berakhir dengan Adil

Pertarungan yang adil adalah saat Anda berdua fokus pada masalah yang sedang dihadapi.

Bukan mengungkit segala hal yang membuat Anda marah selama hubungan berlangsung.

Pertarungan yang adil juga terlihat dari cara Anda menanggapi pasangan. Apakah Anda selalu ingin menang sendiri atau fokus mencari solusi?

Yang Kedua, Perkelahian yang Sehat adalah Perkelahian yang Diselesaikan Saat itu Juga

Pastikan untuk menyelesaikan pertengkaran saat itu terjadi. Jika ini Anda lakukan, artinya Anda menyelesaikan masalah hingga mendapat solusi dan kalian dapat membangun kembali hubungan harmonis.

Sayangnya, banyak diantara kita yang menganggap sepele semua masalah. Kita tumpuk terus semua masalah hingga akhirnya kita tidak kuat menyimpannya.

Suatu saat, masalah dan uneg-uneg yang ditumpuk itu akan meledak seperti bom waktu. Kadang di tempat konsultasi saya banyak yang seperti ini.

"Mbak Meida, hanya karena masalah sepele istri saya marah banget sampai pulang ke rumah orangtuanya dan minta cerai."

Tidak mungkin seseorang karena masalah sepele langsung pergi begitu saja. Kasus seperti ini, saya berani pastikan mereka suka menyimpan uneg-unegnya.

Ada perkataan atau sikap pasangan yang tidak disukai, tapi tidak diungkapkan. Ada masalah tidak diselesaikan, tapi terus ditumpuk. Ya sudah, tinggal tunggu waktu untuk meledak.

Jadi akan lebih baik jika Anda dan pasangan tidak menumpuk dan menyimpan sendiri masalah Anda. Anda bisa mengkonsultasikan masalah Anda pada psikolog, psikiater, konsultan rumah tangga atau guru spiritual yang Anda percaya.

Yang Ketiga, Kuantitas lebih sedikit dan Kualitas Lebih Baik

Tidak ada jumlah ideal terkait pertengkaran. Lebih sering bertengkar atau jarang bertengkar, itu bukan fokus utamanya.

Tapi, kualitas pertengkaran Anda yang memberi petunjuk seberapa sehat pertengkaran yang terjadi.

Sebagai contoh, kalian berkonflik mengenai satu masalah pada satu waktu. Kalian mencari solusi, kalian berjuang secara adil, tidak ada yang ingin menang sendiri.

Dan, kalian menyelesaikan masalah dengan solusi atau kesepakatan bersama.

Yang Keempat, Membahas Satu Masalah dalam Satu Waktu

Ketika kalian berkonflik, kalian tidak membawa masa lalu. Ini seringkali terjadi pada wanita.

Jadi, wanita itu ahli sejarah. Kejadian 7 atau 11 tahun lalu, masih diingat. Bukan sekedar ingat kejadiannya, kita bahkan ingat pakai baju apa, sewaktu itu jam berapa, lagi makan apa. Sampai sedetil itu wanita.

Nah, konflik yang terjadi pada hubungan yang sehat adalah mampu memanage emosi untuk tidak lepas kontrol.

Yang Kelima, Perkelahian yang Sehat Tidak Pernah Disertai Kekerasan

Perkelahian yang disertai kekerasan atau ancaman kekerasan, saya bisa pastikan hubungannya tidak sehat.

Bahkan jika orang yang melakukan kekerasan itu meminta maaf dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi, itu tetap saja kekerasan dan sikap yang keliru.

Saya selalu iba dengan wanita yang mengalami kekerasan seperti ini. Dan, saya berharap Anda berani speak up agar bisa segera mendapatkan pertolongan.

Sekarang, Anda sudah tahu bagaimana ciri-ciri konflik yang sehat bagi hubungan kalian. Anda bisa melakukan introspeksi hubungan untuk mengetahui apakah selama ini konflik ini mendewasakan dan membuat kalian makin bijaksana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun