Mohon tunggu...
Abdul Azis Al Maulana
Abdul Azis Al Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Mataram

Jika kau bukan anak raja, bukan orang terpandang, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hollywings: Antara Nista dan Desakralisasi Agama

11 Juli 2022   08:24 Diperbarui: 11 Juli 2022   08:26 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahkan kita sama-sama mengetahui bagaimana penistaan atas nama nabi Muhammad telah menjadikan beberapa orang harus meninggal dengan cara yang mengenaskan. Bahkan sampai kasusnya merupakan kasus pemenggalan yang membuat konflik antarnegara.

Akan tetapi muncullah kemudian sebuah berita yang tidak mengenakkan dan datang dari sebuah tempat clubhouse yang terkenal. Hollywings, yang mengajak orang dengan nama Muhammad dan Maria untuk datang ke clubhouse tersebut dengan miras yang lebih murah daripada biasanya. Mengetahui ada nama junjungan Muhammad dan Maria yang merupakan nama yang sakral dalam kedua belah agama, konflik baru pun tercipta.

Dalam hal ini sebenarnya Hollywings telah bisa dikatakan bersalah, kendati bung Felix mengatakan bahwasanya pihak Hollywings menyematkan nama Maria yang ada dalam Kristen untuk menyembunyikan diri dari penistaan agama.

Namun saya tidak sependapat, karena bagaimanapun kita sependapat bahwa nama Muhammad merupakan nama yang paling banyak digunakan di muka Bumi, terkhsususnya Indonesia, yang mana tujuan dari strategi marketing adalah untuk menjangkau orang sebanyak-banyaknya dengan harap mereka melakukan pembelian.

Namun jika memang pihak Hollywings menginginkan nama orang dengan paling banyak di Indonesia untuk dikonversikan menjadi pembeli. Lalu bagaimana dengan Maria? Bukankah Maria bukanlah nama yang paling banyak di Indonesia, melainkan Nur?

Dilansir dari IDN Times, dalam kurun waktu 100 tahun, nama Nur merupakan nama yang paling banyak digunakan di Indonesia, sementara nama Maria berada pada urutan ke 16. Sementara untuk menyanggah penggunaan nama Maria agar tidak terindikasi penistaan agama, pihak Hollywings mengatakan bahwasanya marketing tersebut mengacu kepada bagian administrasi (bagian tamu), yang mengatakan bahwasanya nama-nama tersebutlah yang paling banyak. Akan tetapi sampai saat ini, pihak Holywings tidak ada yang berani membuka suara selain melakukan klarifikasi dan permintaan maaf via media sosial.

Dan tentu, hal ini membuat kasusnya menjadi mengambang.


Apakah Hollywings Sedang Melakukan Desakralisasi Agama Secara Terselubung?

Mendekati akhir perdebatan, statement 'desakralisasi agama' merupakan hal yang memberikan insight bagi saya. Dan kendati menurut saya hal ini merupakan suatu hal yang terlalu menandakan paranoid, akan tetapi saya setuju.

Memang tidak ada tanda-tanda pasti bahwasanya pihak Hollywings melakukan hal tersebut, akan tetapi secara tidak langsung, mereka telah melakukannya.

Hal-hal besar terjadi karena pembiaran pada hal-hal yang kecil. Mereka yang diberikan izin untuk melakukan pelanggaran saat ini dan bebas dari hukuman akan datang dengan pelanggaran yang lebih besar karena paham bahwa mereka akan 'dimaafkan'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun