Mohon tunggu...
Abdul Azis Al Maulana
Abdul Azis Al Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Mataram

Jika kau bukan anak raja, bukan orang terpandang, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review KKN di Desa Penari Versi Uncut, Is It Worthy untuk Ditonton?

11 Mei 2022   18:02 Diperbarui: 14 Mei 2022   23:39 13080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengambilan gambar juga sangat baik dan menciptakan gambar yang sinematik estetik. Tidak gelap dan tidak terlalu terang, gambar yang didapat murni membuat kita terjun kedalam filmnya dan bisa merasakan bagaimana rasanya melaksanakan KKN di tengah hutan.

Bagaimana dengan Jumspcare nya? Seperti film-film horror, jumpscare-nya juga bagus dan kadang mengejutkan.

Ada beberapa jumpscare yang tidak bisa saya filter dan tebak, sementara yang lain bisa saya terka. Bahkan lelaki disamping saya sampai menutup mata dengan tangannya, entah karena filmnya menakutkan, atau mungkin memang dirinya memang penakut.

Jadi overall, filmnya memang bagus dan menarik untuk ditonton. Dan yang paling penting, tentu saja, mengambil pelajaran dari film tersebut.

Kritikan Saya Terhadap Film Tersebut  

Kendati pengambilan gambarannya cukup bagus, namun disini saya hanya berpendapat negatif mengenai peletakan kemenyan yang kadang ada di beberapa bagian film.

Saya tentu paham bahwasanya hal itu adalah informasi visual mengenai masyarakat Penari yang memang masih memiliki kepercayaan terhadap mistisme. Juga sekaligus sebagai pencipta atmosfer horror terhadap film.

Namun hal itulah yang membuat saya berpikir keras, apalagi karena saya hidup di desa yang tidak masuk kedalam hutan serta mistisme yang tersingkap. Saya dalam bioskop kemudian bertanya, apakah peletakan kemenyan memang sebanyak dan sesering itu?

Kemudian kritikan saya berikutnya adalah entah mengapa filmnya menjadi terkesan monoton. Dalam hal ini saya sedikit memahami bahwa hal itu bisa jadi karena ceritanya yang memang telah kita ketahui, dengan ending yang kita ketahui juga.

Apakah karena saya orangnya mudah bosan? Saya tidak tahu. Namun kembali lagi, ini hanya opini pribadi saya belaka, dan seperti sebuah film, biarkan ia diserap oleh penontonnya tanpa harus ada distorsi dari siapapun, termasuk saya.

Catatan Akhir

Terlepas dari pandangan negatif mengenai film ini, entah sebutan tutorial KKN di desa orang, film azab versi bioskop, bahkan ada juga yang mengatakan bahwasanya orang menonton film ini hanya untuk mencari adegan desahan Bima.

Menurut saya filmnya worthy saja untuk ditonton, Awi Suryadi hebat dalam membawakannya sebab ia mampu mengemasnya dengan cara yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun