Mohon tunggu...
Abdul Azis Al Maulana
Abdul Azis Al Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Mataram

Jika kau bukan anak raja, bukan orang terpandang, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nominalisasi

10 Januari 2021   16:12 Diperbarui: 10 Januari 2021   18:18 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika kita meruntut fakta, hal yang paling mudah untuk dijalani di dunia ini adalah terus hidup, bergerak setiap hari, membiarkan jantung kita memompa darah dan membiarkan paru-paru kita mengambil oksigen secukupnya dan mengeluarkannya dalam bentuk yang berbeda.

Hidup, adalah sebuah kata awal untuk memulai kehidupan kita yang bisa jadi sederhana, rumit, ataupun membosankan. Dan, mati, mati adalah sebuah kata akhir dari kehidupan, tempat dimana semua yang kita lakukan dari lahir mulai bergerak seperti layar raksasa, satu persatu, mozaik demi mozaik dan pada akhirnya menjadi gelap gulita untuk selamanya.

Hidup begitu mudah, hanya mengandalkan bernafas yang tidak berbayar. Namun mungkin hal itulah yang membuat hidup kita tidak berharga, sebab segala sesuatunya tidak berbayar. Gratis.

Manusia adalah makhluk yang materialistis dan selalu menganggap sesuatu berharga bila bisa dinominalkan. Orang yang memiliki rekening sebanyak 1 Milyar kita anggap kaya, dan orang yang memiliki 20 ribu rupiah didalam dompetnya kita katakan miskin. Padahal, sadar atau tidak, perbedaannya hanyalah terdapat pada angka, dan bila semua diangkakan, maka yang paling berharga adalah waktu.

Akan tetapi, waktu pun bahkan tidak berbayar.

Hidup begitu mudah kita jalani, andai saja semua nominal-nominal itu kita singkirkan dan kita enyahkan, lalu focus terhadap apa yang benar-benar penting dalam hidup kita, tentu hidup kita tidak akan memiliki beban dan angka kematian karena depresi bisa ditekan.

Namun sayangnya, semudah-mudahnya apapun, akan berat bagi mereka yang merasa terbebani oleh cobaan yang mereka hadapi. Sebab bila hidup adalah hal yang mudah, WHO tidak akan mau mengatakan bahwa setiap 40 detik, satu orang di dunia ini memutuskan untuk bunuh diri.

Dan terkadang aku memikirkan hal ini, bertanya dalam relung otakku;  ada apa sebenarnya?

Apa nyawa tidak berharga karena nyawa tidak dinominalkan? Apa nyawa harus diperjualbelikan di pasar online dengan harga selangit agar orang mengetahui kalau mereka berharga? Kenapa hidup kita harus dijejali angka yang bahkan kita tahu bahwa angka-angka tersebut tidak berguna.

Kenapa, kenapa, kenapa? Pun ketika anda membaca artikel ini, diluar sana bisa jadi ada yang sedang melompat dari gedung yang tinggi, atau mungkin menggantung diri mereka di ruang tamu agar orang tahu bahwa mereka telah pergi.

Terkadang, nominal pun harus disingkirkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun