Alasannya?
Menurut teman kami yang sudah lama tinggal di Tokyo ini; orang Jepang cenderung tidak suka menarik perhatian orang lain dengan berbicara keras-keras. Juga mereka merasa rikuh mengganggu orang lain dengan menimbulkan kebisingan. Untuk orang Jepang itu adalah suatu bentuk adat sopan santun dan etiket.
“Anak-anak balita juga sudah harus menerima bujukan pelan (atau keras) dari orang tua mereka kalau ribut atau menangis di kereta.” Teman kami menambahkan sambil berbisik.
Oh begitu …. Kami mengangguk-angguk. Tidak berani merespons nyaring.
“Enggak tahu kenapa, kalau anakku rewel, sorotan mata tajam langsung mengarah ke aku atau suami. Kebanyakan orang Jepang menganggap kalau anak rewel, orang tua harus bertanggung jawab jangan sampai mereka mengganggu sekeliling.”
Mendengar perkataan teman kami ini, aku jadi berpikir: repot juga para orang tua di Tokyo.
Di satu sisi, mereka harus memikirkan, keluar rumah harus jam berapa, ini? sebisanya menghindari jam-jam sibuk. Dan juga, mungkin mereka selalu khawatir si anak tiba-tiba rewel.
Tetapi di sisi lain, anak-anak mereka ini terdidik tata krama dari kecil sehingga tertanam sampai beranjak remaja dan dewasa.
Kami kembali berdiam-diaman, sibuk dengan pikiran masing-masing selama perjalanan dalam kereta.
Tiba-tiba.
“Shhh Abby. Shhh …, ini lihat HP, yuk! ada Doraemon, nih. Shhh … anak pintar,” terdengar teman kami sibuk membujuk anaknya.