Mohon tunggu...
Maya Puspita Handayani
Maya Puspita Handayani Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Program Studi Antropologi Budaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Parenting VOC Pada Anak Dalam Prespektif Antropologi Pendidikan

24 Juni 2025   12:58 Diperbarui: 24 Juni 2025   12:56 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ramai dibahas di media sosial gaya asuh orang tua kepada anak, yaitu parenting VOC. Apa itu parenting VOC? Sesuai dengan namanya, Parenting VOC ini mengacu pada cara pengasuhan VOC (Perusahaan Hindia Timur Belanda) yang berkuasa waktu penjajahan Belanda dengan otoriter dan cenderung keras. Istilah ini sering digunakan untuk gaya asuh orang tua pada anak dengan otoriter dan menerapkan kedisiplinan pada anak. Adanya parenting VOC, sudah banyak orang tua yang menggunakan metode ini yang dianggap dapat membentuk anak-anak yang tangguh dan disiplin. Dengan metode ini, anak dituntut untuk taat pada aturan yang dibuat oleh orang tua mereka. Tak jarang, ketika anak membuat kesalahan atau melanggar aturan, orang tua akan memberikan hukuman pada mereka.

Dalam dunia yang semakin kompetitif dan penuh dengan tantangan, dengan adanya Parenting VOC ini dapat digunakan sebagai strategi untuk pembentukan pendidikan dikait karakter pada anak. Parenting VOC mengajarkan karakter anak melalui aturan dan kedisiplinan. Anak menjadi belajar disiplin dan bertanggung jawab akan dirinya sendiri. Anak belajar melalui aktivitas konkret, antara lain : berangkat sekolah tepat waktu, mengemasi mainan setelah digunakan, makan dan minum sendiri, dan aktivitas lainnya. Gaya asuh Parenting VOC ini bukan hanya merujuk pada kekerasan saja, tetapi bertujuan untuk membekali anak dengan karakter dan keterampilan untuk kehidupan mereka.

Anak usia dini sangat membutuhkan bimbingan dari orang dewasa, baik dari guru maupun orang tua. Anak usia dini memiliki sifat yang spontan, baik dalam melakukan aktivitas maupun saat berinteraksi dengan orang lain (Mulianah dan Sandy, 2017). Anak-anak masih belum bisa membedakan perilaku baik dan buruk, yang bisa diterima oleh orang sekitar. Oleh karena itu, peran orang dewasa dalam mendidik anak tidak hanya pengajaran secara formal, namun juga pendidikan dalam konteks budaya dan sosial anak (Rena Elia dkk., 2023) . Dalam perspektif antropologi pendidikan, mempelajari tentang bagaimana proses praktik pendidikan ditinjau menurut pandangan budaya masyarakat setempat (Rena Elia dkk., 2023)

Antropologi Pendidikan memandang bahwa pendidikan adalah suatu bagian dari proses pewarisan budaya, baik dengan formal maupun informal. Dengan kata lain, karakter pada anak dibentuk oleh sistem nilai yang hidup di masyarakat. Dalam konteks ini, pendidikan tidak hanya merujuk pada pendidikan formal yang berada di ruang kelas, namun pendidikan bisa melalui lingkungan keluarga dan komunitas tempat anak tumbuh. Pendekatan antropologis dalam pendidikan ini menekankan pada latar belakang sosial-budaya anak.

Parenting VOC menjadi salah satu pendidikan informal yang mencerminkan warisan budaya lokal. Anak dibimbing bukan hanya memahami konsep baik dan buruk, melainkan mereka juga memahami kedisiplinan dan tanggung jawab terhadap diri sebagai bekal mereka hidup di masyarakat.  Dalam antropologi pendidikan, hal ini adalah bagian dari pendidikan budaya yang dinamis dengan realitas sosial, namun juga memerlukan ruang refleksi agar tidak kehilangan nilai-nilai kemanusiaan.

Referensi :
Elia, Rena, and Irda Murni. "Implikasi Antropologi dalam Sistem Pendidikan di Indonesia." Didaktik: Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang 9.2 (2023): 1715-1722.
Khaironi, Mulianah, and Sandy Ramdhani. "Pendidikan karakter anak usia dini." Jurnal Golden Age 1.02 (2017): 82-89.
Mengenal Parenting VOC yang Viral di TikTok dan Dampaknya bagi anak

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun