Pendahuluan
Dalam era digital yang serba cepat, pelaku UMKM dituntut memanfaatkan data untuk menyusun strategi pemasaran yang efektif. Salah satu alat yang kian populer di kalangan UMKM adalah Google Trends, karena dapat mengukur minat masyarakat terhadap suatu kata kunci berdasarkan volume pencarian. Studi ini membandingkan dua makanan khas Magelang---Mangut dan Kupat Tahu---menggunakan analisis Google Trends, dengan harapan membantu pelaku UMKM memahami pola musiman dan preferensi regional konsumen sebelum merancang kampanye pemasaran digital.
Mangut adalah gulai santan khas Magelang yang berkuah lebih encer dan berasa pedas. Olahan ini umumnya menggunakan ikan air tawar---seperti ikan patin atau nila---yang diasapi lebih dahulu hingga harum. Bumbunya sederhana, terdiri atas bawang merah, bawang putih, cabai rawit, cabai merah besar, kunyit, jahe, dan kemiri, yang ditumis hingga harum, kemudian dimasak bersama santan cair. Hidangan ini sering disajikan pada acara keluarga untuk menambah kehangatan suasana pertemuan.
Kupat Tahu terdiri atas ketupat (beras kukus dalam anyaman janur), irisan kol, tauge segar, dan potongan tahu goreng, yang disiram dengan saus kacang kental dan kecap manis. Saus kacang khas Magelang dibuat dari kacang tanah panggang yang dihaluskan, gula merah, bawang putih, cabai, dan air asam jawa, sehingga tercipta perpaduan rasa manis, gurih, dan pedas yang seimbang. Sejak tahun 1950-an, kuliner ini populer di warung-warung sekitar Alun-Alun dan Pasar Rejowinangun, biasanya dinikmati bersama kerupuk dan sambal terasi untuk menambah tekstur dan cita rasa.
Pemanfaatan Google Trends selaras dengan temuan Khairunisa dan Misidawati (2024), yang menunjukkan bahwa pemasaran digital---terutama melalui media sosial---signifikan meningkatkan penjualan produk UMKM di Indonesia dengan menjalin komunikasi langsung bersama pelanggan. Oleh karena itu, artikel ini akan menguraikan perbandingan popularitas Mangut dan Kupat Tahu serta mengidentifikasi waktu strategis bagi pelaku UMKM kuliner untuk mengoptimalkan kampanye pemasaran digital.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif untuk membandingkan popularitas dua kuliner khas Magelang---Mangut dan Kupat Tahu---dengan memanfaatkan data Google Trends. Data diunduh dalam format Excel untuk periode 19 Mei 2024--18 Mei 2025, menggunakan kata kunci "Mangut" dan "Kupat tahu" pada kategori "Semua Kategori" di wilayah Indonesia. Setiap baris merepresentasikan rentang minggu dan memuat nilai indeks 0--100 yang mencerminkan popularitas relatif masing-masing kata kunci. Selain itu, tersedia data "interest by region" untuk periode 21 Mei 2024--21 Mei 2025, yang menunjukkan sebaran minat pencarian di setiap provinsi.
Pada tahap pra-pemrosesan, rentang minggu di kolom tanggal dikonversi ke format tahun--bulan--hari guna memudahkan analisis temporal. Persentase pada data regional, semula bertanda "%", diubah menjadi angka desimal agar dapat dibandingkan secara kuantitatif. Nilai indeks pencarian dikonversi menjadi tipe numerik untuk mempermudah perhitungan rata-rata, nilai maksimum, dan tren mingguan maupun bulanan. Data wilayah kemudian diurutkan berdasarkan persentase pencarian Mangut dan Kupat Tahu untuk menghasilkan gambaran spasial yang komprehensif. Metodologi ini mengadopsi prosedur dalam jurnal Perkembangan Minat Masyarakat pada Produk Halal dan Label Halal di Indonesia: Google Trends Analysis, yang menegaskan kredibilitas Google Trends sebagai alat ukur perubahan minat masyarakat secara temporal maupun spasial.
Analisis kuantitatif dimulai dengan perhitungan rata-rata indeks pencarian setiap kata kunci selama satu tahun. Hasilnya, Mangut memiliki rata-rata indeks 49,9, sedangkan Kupat Tahu 39,3, yang menunjukkan bahwa Mangut lebih banyak dicari sepanjang periode tersebut. Puncak popularitas juga diidentifikasi: Mangut mencapai indeks maksimum 65 pada minggu ke-35 (minggu 22 Desember 2024), sedangkan Kupat Tahu mencapai indeks 100 pada minggu ke-44 (minggu 30 Maret 2025). Untuk analisis musiman, data dipecah per bulan sehingga tampak bahwa minat pencarian Mangut meningkat signifikan mulai akhir November 2024, memuncak pada Desember 2024, menurun pada Januari--Februari 2025, lalu sedikit naik kembali pada Maret 2025 sebelum stabil pada April--Mei 2025. Sebaliknya, Kupat Tahu relatif stabil hingga Februari 2025, melonjak tajam pada Maret 2025, dan menurun bertahap pada April--Mei 2025.
Analisis spasial dilakukan dengan mengurutkan provinsi berdasarkan persentase pencarian Mangut dan Kupat Tahu selama periode tersebut. Hasilnya, Sulawesi Tenggara, Papua, Kepulauan Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur mendominasi pencarian Mangut---dengan persentase mendekati 100%---yang berarti di provinsi-provinsi ini pengguna lebih sering mencari Mangut. Sementara itu, Kupat Tahu paling banyak dicari di Jawa Barat (73%), diikuti Riau (56%), DKI Jakarta (47%), Sumatera Barat (45%), dan Banten (45%), menandakan preferensi regional yang berbeda. Temuan spasial ini menjadi dasar rekomendasi waktu dan wilayah promosi yang lebih tepat bagi pelaku UMKM kuliner di Magelang.
Pembahasan
Hasil analisis rata-rata indeks pencarian menunjukkan bahwa Mangut (49,9) secara konsisten lebih banyak ditelusuri dibanding Kupat Tahu (39,3) di Indonesia selama periode 19 Mei 2024--18 Mei 2025. Selisih rata-rata sekitar 10,6 poin ini menegaskan bahwa meskipun kedua kuliner sama-sama diminati, Mangut memiliki daya tarik komunitas daring yang sedikit lebih tinggi.
Pada minggu ke-35 (22 Desember 2024), Mangut mencapai puncak indeks 65, bertepatan dengan masa liburan akhir tahun ketika masyarakat mencari hidangan berkuah pedas untuk memeriahkan acara keluarga. Sebaliknya, Kupat Tahu memuncak pada minggu ke-44 (30 Maret 2025) dengan indeks 100, yang berbarengan dengan transisi musim kemarau ke penghujan di Jawa Tengah dan DIY serta akhir pekan liburan sekolah. Pada periode ini, hidangan berkuah kacang seperti Kupat Tahu populer karena menawarkan rasa manis-gurih yang menghangatkan saat cuaca mulai dingin.
Dari perspektif musiman, Mangut menunjukkan peningkatan signifikan sejak akhir November 2024, mencapai puncaknya pada Desember 2024, kemudian menurun pada Januari--Februari 2025. Terdapat lonjakan kecil pada Maret 2025---kemungkinan terkait libur panjang---meski tidak melebihi puncak Desember. Pada April--Mei 2025, indeks pencarian Mangut stabil di kisaran 40--50, menandakan minat masyarakat tetap terjaga meski jauh dari momentum liburan akhir tahun. Sebaliknya, Kupat Tahu relatif stabil pada indeks 30--40 hingga Februari 2025, melonjak tajam pada Maret, lalu menurun bertahap pada April--Mei 2025. Pola ini menegaskan peran penting faktor musiman---liburan akhir tahun untuk Mangut dan musim penghujan bagi Kupat Tahu---dalam memengaruhi perilaku pencarian.
Berdasarkan pola temporal dan spasial tersebut, UMKM penyedia Mangut dapat memfokuskan kampanye digital pada akhir November hingga pertengahan Desember. Contoh konten yang direkomendasikan: "Resep Mangut Magelang untuk Natal dan Tahun Baru", dipromosikan lewat iklan berbayar di media sosial yang menargetkan provinsi Sulawesi Tenggara, Papua, Bangka Belitung, NTB, dan NTT. Sementara itu, UMKM Kupat Tahu disarankan menyiapkan konten "Kupat Tahu Hangat untuk Musim Penghujan" menjelang akhir Februari hingga Maret, serta menggandeng influencer lokal dan iklan berbayar untuk menjangkau Jawa Barat, Riau, DKI Jakarta, Sumatera Barat, dan Banten. Dengan demikian, strategi pemasaran akan lebih efektif karena telah disesuaikan dengan waktu dan wilayah berdasarkan data tren pencarian.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data Google Trends periode 19 Mei 2024--18 Mei 2025 dan tinjauan pustaka terkait, dapat disimpulkan bahwa Mangut secara umum lebih dominan di mata pengguna internet Indonesia dengan rata-rata indeks pencarian 49,9 dibanding Kupat Tahu yang sebesar 39,3. Puncak popularitas Mangut terjadi pada minggu ke-35 (22 Desember 2024), bersamaan dengan liburan akhir tahun, yang menggarisbawahi peran momen liburan dalam meningkatkan minat terhadap hidangan berkuah pedas. Sebaliknya, Kupat Tahu mencapai puncaknya pada minggu ke-44 (30 Maret 2025), bertepatan dengan transisi musim kemarau ke penghujan serta libur panjang akhir Maret, menunjukkan bahwa faktor cuaca dan liburan turut memengaruhi perilaku pencarian. Distribusi spasial juga memperlihatkan kontras yang jelas: Mangut lebih banyak dicari di provinsi-provinsi Indonesia Timur, sedangkan Kupat Tahu mendominasi pencarian di wilayah Jawa dan Sumatera. Meskipun Google Trends hanya menyediakan nilai indeks relatif tanpa menjelaskan motivasi pencarian, temuan ini tetap menjadi landasan penting bagi pelaku UMKM kuliner di Magelang untuk merancang kampanye pemasaran digital yang lebih terarah dan efektif. Ke depan, penelitian ini dapat dikembangkan dengan mengadakan survei lapangan guna menggali motivasi dan preferensi konsumen secara langsung, serta melakukan analisis sentimen di media sosial untuk memahami persepsi publik terhadap Mangut dan Kupat Tahu. Perluasan cakupan kata kunci---misalnya membandingkan "Mangut Magelang" dengan "Kupat Tahu Magelang"---juga akan membantu membedakan antara pencarian resep dan pencarian lokasi. Selain itu, verifikasi korelasi antara tren pencarian dan volume penjualan aktual di lapangan akan memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai efektivitas kampanye pemasaran yang dirancang berdasarkan data tren pencarian. Dengan demikian, studi ini tidak hanya menambah khazanah literatur pemasaran digital, tetapi juga membuka peluang bagi riset lebih mendalam di masa mendatang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI