Isu pengadaan robot oleh Kepolisian Republik Indonesia (Polri) telah menjadi sorotan publik yang intens. Di satu sisi, langkah ini dipandang sebagai upaya modernisasi institusi penegak hukum.
Namun, di sisi lain muncul pertanyaan krusial: "seberapa mendesak dan efektifkah investasi triliunan rupiah pada teknologi canggih ini jika dibandingkan dengan alokasi anggaran pada sektor vital lainnya, seperti pendidikan?" Perdebatan ini bukan sekadar tentang teknologi, melainkan tentang prioritas anggaran nasional yang strategis.
Kompas.com 1 Juli 2025 memuat berita bahwa harga satu unit Robot Anjing Polri bisa mencapai Rp 3 miliar, R Dhannisaka -Presiden Director PT EZRA ROBOTICS Teknologi- menyampaikan bahwa harga robot ini akan meningkat sesuai dengan tambahan fitur yang diinginkan Polri.
Robot yang dibelanja dengan anggaran yang begitu besar diharapkan dapat membantu dalam tugas rutin atau pemantauan area publik. Namun, apakah kecanggihan ini benar-benar menjadi solusi mendesak bagi persoalan keamanan dan ketertiban masyarakat di seluruh pelosok Indonesia, mengingat tantangan fundamental yang masih ada?
Modernisasi memang penting untuk Polri agar tetap relevan dengan perkembangan zaman. Namun, kita juga harus menyadari bahwa pembangunan kapasitas sumber daya manusia tetap menjadi prioritas utama. Teknologi adalah alat, bukan tujuan akhir. Pernyataan diplomatis ini, secara implisit mengakui adanya kebutuhan yang lebih mendasar yang harus dipenuhi sebelum teknologi mutakhir.
Mari kita bandingkan dengan sektor pendidikan. Bayangkan jika sebagian dari dana yang dialokasikan untuk pembelian robot patroli itu dialihkan ke sektor ini. Dana tersebut bisa digunakan untuk merevitalisasi gedung-gedung sekolah yang memprihatinkan di daerah terpencil, menyediakan literatur dan fasilitas belajar-mengajar yang memadai, memberikan pelatihan berkelanjutan bagi para guru dan menggelontorkan dana beasiswa bagi anak-anak yang membutuhkan.
Dampaknya akan sangat signifikan, jutaan anak Indonesia akan mendapatkan akses pendidikan yang lebih berkualitas, guru-guru akan lebih termotivasi, dan pada akhirnya, sumber daya manusia kita akan lebih siap menghadapi tantangan masa depan, bahkan dalam menciptakan teknologi itu sendiri di kemudian hari.
Investasi pada pendidikan bukan hanya tentang mencetak individu cerdas, melainkan tentang membangun fondasi masyarakat yang kuat dan berdaya. Dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, masyarakat akan lebih kritis, inovatif, dan mampu menciptakan solusi untuk berbagai permasalahan sosial dan ekonomi.
Tentu saja, bukan berarti kita harus menolak kemajuan teknologi. Robot memiliki potensinya dan akan terus berkembang. Namun, pertanyaan krusialnya adalah soal prioritas dan urgensi di tengah keterbatasan anggaran negara. Ketika masih banyak sekolah di pelosok negeri yang kekurangan infrastruktur layak, ketika banyak siswa masih kesulitan mengakses buku pelajaran, ketika guru masih membutuhkan pengembangan profesional, dan anak-anak putus sekolah karena kekurangan biaya, maka alokasi anggaran harusnya condong ke arah yang memberikan dampak fundamental dan jangka panjang bagi seluruh rakyat Indonesia.
Polri memiliki peran vital. Namun, keseimbangan antara modernisasi teknologi dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, termasuk di sektor pendidikan, adalah kunci pembangunan nasional yang berkelanjutan.