Jam tangan Vica sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat dua puluh lima menit, dan laki-laki itu belum saja datang, ia sangat khawatir jika Ibunya akan melaporkan polisi dengan alasan putri kesayangannya di culik ato semacamnya hanya karena tidak mengangkat telefon. Saat ia sudah memutuskan untuk pergi, datanglah seorang laki-laki dengan membawa 1 cangkir hangat di tangan kanannya, dan 1 gelas besar berisikan dengan cokelat yang dingin.
"Kau sudah mau pergi? Baru saja aku ingin memberikanmu secangkir kopi ini dan mengajak mu bicara sebentar, serta memberikan ponselmu yang lumayan mencolok ini."
Vica tertawa kecil dan melanjutkan "Oooh terima kasih, aku minta maaf kalau aku hendak pergi, kukira kau tidak datang hari ini sebab dari tadi sudah mencarimu di sekitar kafe ini." diikuti dengan nada rendah dan kasihan.
"Tidak apa, aku juga maaf karena tidak sadar kau sudah datang. Aku sudah mengantri selama 15 menit hanya untuk 2 minuman ini, karena entah kenapa hari ini kafe ini bisa ramai sekali. Ooo iya sebelum aku lupa lagi" Tanner mulai merogoh tasnya dan memberikan sesuatu pada Vica "Ini dia ponselmu, semalam ibumu menelpon dan aku sempat panik, jadi ku angkat dan ku bilang pada ibumu jika ponselmu tidak sengaja kubawa.
"Terus apa yang dia katakan?"
"Dia hanya bilang kalau ponsel mu sudah ku kembalikan, jangan lupa untuk menelponya lagi. Dia sempa saja ingin menelpon polisi saat terdengar suaraku dan bukan suaramu"
Vica langsung tertawa kecil kembali, diikuti dengan senyum senang "Haha, apa yang terjadi itu hampir sama dengan apa yang kupikirkan tadi, hanya saja bagian kau mengangkat panggilan dari ibuku sama sekali tidak terpikirkan"
"Omong-omong, apakah kau sibuk hari ini?"
Alis VIca mengangkat "Ada apa memangnya?"
"Aku sepertinya butuh teman hari ini, karena kelasku pada hari ini mendadak di batalkan karena dosen ku terdapat masalah keluarga yang lumayan darurat. Jadi gimana? Kau mau ikut?"
Alasan yang diberikan Tanner sangatlah lemah dan lumayan terlihat kebohongannya, ditambah raut wajahnya yang menunjukkan bahwa kata-kata itu sangat dipaksakan