Mohon tunggu...
max djoyo
max djoyo Mohon Tunggu... -

ayo berbagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bermain UNO Ternyata Berpolitik

29 Mei 2014   13:03 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:59 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tulisan ini hanyalah sebuah catatan kecil, ketika saya pertama kali dikenalkan dengan permainan kartu UNO oleh teman-teman.

Belum lama saya mengenal kartu UNO. Tetapi ketika memainkannya pertama kali dengan teman-teman, saya meresakan bahwa permainan ini cukup menarik untuk mengisi waktu luang kita. Mungkin sebagian masyarakat kita menganggap bermain kartu adalah sesuatu yang negatif, padahal itu salah sepenuhnya. Bermain kartu banyak memiliki manfaat, disini strategi, komunikasi dan logika dilatih, yang secara tidak langsung juga melatih otak kiri dan kanan kita.

Bermain kartu memang “negatif” jika permainan itu dimanfaatkan untuk “berjudi” yang menggunakan uang atau apapun itu sebagai taruhan.

Permainan kartu merupakan sebuah permainan yang simple, tak membutuhkan listrik dan harga kartunya pun sangat murah. Semua usia bisa menikmati permainan kartu ini. Sebagaimana yang kita ketahui ada beragam permainan kartu yang berkembang di masyarakat, yang populer tentu saja adalah “kartu remi”, kemudian ada “kartu domino”, “kartu UNO” dan sebagainya.

Ada yang belum tahu kartu UNO?

UNO berasal dari bahasa Spanyol dan Italia yang artinya “satu”. Memang dalam permainan ini ketika ada pemain yang kartunya tinggal satu maka dia harus berteriak “UNO”. Jika pemain tersebut lupa mengucapkannya atau keduluan pemain lain (lawan) dalam mengucapkan “UNO” maka pemain yang kartunya tersisa satu tersebut terkena penalty, yakni mengambil lagi dua kartu. Pemenang dari permainan ini adalah pemain yang kartunya habis terlebih dahulu. (mengenai cara permainannya tanya ke google).

Permainan dengan kartu UNO ini ternyata sudah sangat lama. Menurut data yang ada, permainan ini sudah dikembangkan sejak tahun 1971 oleh Merle Robbins. Saat ini UNO merupakan salah satu dari produk Mattel (nama sebuah perusahaan).

Kartu UNO ini terdiri dari 108 kartu (ada juga versi dengan jumlah 112 kartu). Kartunya terdiri dari 5 warna, yakni merah, biru, hijau, kuning dan hitam (kartu wild). Permainan ini bisa dimainkan oleh 2 orang hingga 10 orang, sebagaimana yang tertulis di bungkus luar.

Bermain Politik

Ketika pertama kali memainkannya dan melihat bagaimana teman-teman saya memainkan kartu ini terbersit dalam pikiran saya bahwa permainan ini seperti semacam permainan politik. Dalam dunia politik ada semacam slogan yang berbunyi “ tidak ada teman abadi dalam perpolitikan, yang ada hanyalah kepentingan abadi”. Anda tentunya boleh setuju atau tidak dengan pernyataan tersebut, tetapi fakta di lapangan menunjukkan hal tersebut.

Nah, dalam bermain UNO sebenarnya setiap pemain dengan pemain lainnya adalah lawan. Satu sama lain saling mengadu strategi untuk memenangkan permainan, yakni dengan menghabiskan kartu yang dimilikinya terlebih dahulu. Dan yang jelas hanya ada satu pemenang dalam permainan ini. Sekali lagi semua pemain adalah lawan tidak ada kawan disini, karena tidak ada dua pemenang.

Proses dalam permainan ini sangat menarik. Setelah kartu dibagikan, kami saling berkomunikasi, bertransaksi, beradu strategi, dan sekali lagi semua hal yang dilakukan adalah untuk kepentingan pribadi. Tetapi, ketika ada seorang pemain yang kartunya tersisa satu dan telah mengucapkan “UNO” maka seluruh peserta lain secara tiba-tiba akan menjadi kawan untuk bersama-sama menjegal si pemain (yang kartunya tinggal satu) agar dia tidak bisa memenangkan permainan ini. Beragam taktik diterapkan, terkadang kami berdiskusi cukup lama untuk menggagalkan usaha kemenangan pemain yang sudah uno.

Setelah pemain tadi gagal menang, karena dia belum bisa mengahiri permainan boleh jadi karena diberikan kartu 2+ atau kartu wild, maka otomatis perkawanan instan yang dibentuk dengan “kesamaan tujuan” tersebut bubar dan yang ada hanyalah “keinginan pribadi” untuk menang.

Yah, begitulah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun