Mohon tunggu...
Murti Ayu Wijayanti
Murti Ayu Wijayanti Mohon Tunggu... Dosen - l

A mother and educator

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Suami yang Tertukar

8 Oktober 2021   16:06 Diperbarui: 8 Oktober 2021   16:08 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Menikah itu menurunkan ekspektasi dan meninggikan toleransi

Sebelum menikah pasti para gadis membayangkan akan bertemu dengan suami yang bisa menjadi imam dalam keluarganya. Sang suami ini menjadi pemimpin segalanya di rumahnya. Ia menjadi pemimpin dalam beribadah, pemimpin dalam keuangan, ataupun pemimpin dalam mengambil semua keputusan.

Agaknya setelah beberapa saat dalam pernikahan, kemudian muncullah anomali-anomali. Si suami ini harus dibangunkan ketika shalat subuh. Ia akan melek sebentar kemudian tertidur lagi. Kemudian Anda dengan hati-hati membangunkannya lagi. Dalam hati terbersit pemikiran, "lahhhh...imam yang kek mana ini, duhhhh"

Berikutnya banyak hal terjadi yang menguras emosi. Handuk usai dipakai diletakkan begitu saja di sembarang tempat padahal sudah disediakan tempat untuk menjemur handuk. Baju di lemari acak-acakan cuma 10 menit dari saat Anda merapikannya setelah melewati  beberapa jam proses menyeterika. Kemudian janji pulang yang  selalu molor. 

Dalam pesannya, ia menulis sedang otw. Namun, 3 jam berikutnya baru sampai rumah, padahal perjalanan hanya butuh waktu 20 menit. Dan masih banyak lagi pastinya yang kalau dibuat daftar akan habis satu gulung kertas struk minimarket!

Kejadian-kejadian itu kemudian membuat Anda berpikir apakah suami Anda tertukar? Ah apa iya sih? Pertanyaan ini pasti berputar-putar di kepala Anda. Apa iya jodoh Anda tertukar?

Anda orang yang sangat rapi. Anda terbiasa dengan lantai sangat bersih dan licin hingga lalat pun terpeleset. Kemudian Anda adalah orang yang tepat waktu. Bahkan, Anda terbiasa datang ke suatu acara beberapa waktu sebelum acara dimulai. Baju-baju tertata rapi, lipatan pun dibuat seragam. 

Jadi, ketika kemudian Anda menikah dengan seseorang yang berkebalikan dengan Anda, bahkan mungkin jauh dari ekspektasi Anda? Apa yang akan terjadi?

Mari kita coba tuliskan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada Anda. Pertama, Anda mungkin akan merasa sangat kecewa karena tipe suami seperti itu jauh dari harapan Anda. 

Berikutnya Anda akan banyak memberi pelajaran (baca: omelan) mengenai bagaimana adat yang berlaku dalam rumah tangga Anda. Sedikit demi sedikit Anda akan berharap suami Anda melakukan apa yang Anda mau.

Nah sekarang, kira-kira, apakah suami Anda akan berubah? Tentunya karena suami Anda adalah orang yang baik, dia akan pelan-pelan merubah sikapnya. Ia akan menjadi suami yang baik hati dan rajin tentunya. 

Berikutnya akan tahan berapa lamakah itu? Bisa jadi ia memang akan merubah tabiatnya, atau malah akan kembali ke tabiat semula. Handuk sudah berserakan lagi, baju sudah berantakan lagi, waktu menjemput Anda pun jadi molor lagi.

Kalau sudah begitu, apa yang Anda lakukan?

Tentunya Anda harus kembali menyadari bahwa Anda dan suami adalah dua insan berbeda yang disatukan dalam pernikahan. Ketika menikah ia tidak serta merta menjadi seseorang sebagaimana impian Anda. Kemudian pertanyaan berikutnya adalah, jangan-jangan Anda malah bukan wanita impian suami Anda?!

Yang bisa dilakukan nampaknya menurunkan ego dan ekspektasi serta meninggikan toleransi. Kita nampaknya perlu menyadari bahwa tiap kita punya tabiat yang berbeda. Tabiat ini adalah hasil dari penanaman  nilai kehidupan yang ditanam dan dipupuk sedari kecil. 

Oleh karena itu, tidak elok rasanya ketika kita harus merubah tabiat-tabiat suami kita dengan serta merta. Berikutnya adalah meninggikan toleransi. Kita menghargai perbedaan sifat-sifat suami kita. Banyak pemakluman yang bisa kita buat selama itu tidak membahayakan kita.

Selanjutnya, yang perlu dikondisikan adalah cara kita memandang segala hal yang terjadi dalam keluarga kita. Kita selalu menjaga kebersihan karena kita meyakini akan nilai kesehatan dari kebersihan ini. 

Oleh karena itu, maka kita melakukannya dengan hati yang bahagia. Begitu juga dengan hal yang lainnya. Kita perlu pikirkan, nilai-nilai apa yang kita junjung ketika kita melakukan sesuatu.

Jadi, ketika suami kita lagi rada bener, kita bisa mengajaknya ke restoran, eh maksudnya bicara dari hati ke hati mengenai nilai-nilai yang perlu disepakati. Jangan-jangan suami kita memandang sesuatu berbeda dengan cara pandang kita! 

Kita melihat suatu hal sebagai sesuatu yang penting karena pengalaman kita, tetapi itu bukan sesuatu yang penting bagi suami kita. Maka, perlu kiranya berkomunikasi yang lebih intensif mengenai nilai-nilai atau keyakinan yang perlu dibangun dalam keluarga kita.

Jika kita merasa sudah melakukan banyak hal, sila dibuka-buka kembali album pernikahan kita. Pandangi wajah suami kita lekat-lekat. Diakah yang mengajak kita untuk mengarungi bahtera rumah tangga atau malah mungkin suami kita sebenarnya diculik alien kemudian dikloning jadi suami kita yang sekarang?!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun