Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Tiket Gratis, Jangan Payah Dong!

17 Februari 2014   19:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:44 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meletusnya Gunung Kelud di Kediri Jawa Timur ternyata bukan saja menimbulkan duka mendalam bagi warga masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Sebagian bandara udara di Pulau Jawa tak terkecuali Bandara Udara Juanda Surabaya juga sempat ditutup karena abu vulkanik (ash vulcanic) Gunung Kelud mengganggu landasan pacu, jarak pandang dan baling-baling pesawat.

Paska meletusnya Gunung Kelud hujan abu terjadi di mana-mana bahkan diterbangkan angin sampai ke Yogyakarta dan Bandung. Di tempat tinggal saya di pinggiran Gresik-Jawa Timur juga tidak luput dari semburan abu vulkanik Gunung Kelud yang dahsyat itu.

Saat bangun pagi di hari Jum’at (14 Februari 2014) terlihat abu menumpuk di halaman rumah juga di dedaunan tanaman hias saya. Rupanya semalam (13 Februari 2014 jam 08.30 PM) Gunung Kelud sedang batuk-batuk. Dan batuknya kali ini tergolong sangat berat. Hingga letusannya bersuara keras dan semburan abunya mencapai Jawa Barat.

[caption id="attachment_323110" align="aligncenter" width="640" caption="Sisi lain dari Bandara Internasional Juanda Surabaya"][/caption] Teman sesama traveler dari Aceh yang sedang memantau berita di TV yang juga mendapat hadiah jalan-jalan ke Kuala Lumpur, Malaysia sempat berkirim pesan singkat kepada saya. “Gunung Kelud meletus Pak,gimana keadaan Jatim, Jadi nggak berangkat ke Jakarta” begitu pesannya lewat HP. Siangnya seusai sholat Jum’at saya menelpon salah seorang panitia. Saya meminta masukan bagaimana langkah selanjutnya. Panitia berjanji menghubungi saya beberapa saat kemudian.

[caption id="attachment_323109" align="aligncenter" width="640" caption="Calon penumpang pesawat yang terkadang juga terkatung-katung beberapa hari di Bandara Juanda"][/caption] Perasaan khawatir semakin menghantui saya, berita di TV dan internet menyebutkan kalau Bandara Juanda ditutup hari Jum’atsampai waktu yang belum ditentukan. Padahal lewat Bandara Juandalah saya akan terbang ke Jakarta besuk pagi tanggal 16 Februari 2014 itu. Saya dengar sebagian besar maskapai di Juanda membatalkan semua penerbangannya.

Anehnya Lion Air sebagai maskapai yang akan menerbangkan saya ke Jakarta Minggu pagi itu justru tidak memberikan pengumuman lewat SMS atau telepon kepada saya. Mestinya ia memberitahu saya kalau maskapainya tidak bisa melakukan penerbangan akibat bencana Gunung Kelud. Malahan saya yang proaktif mencari alternatif transportasi bus dan kereta jurusan Jakarta meski pada akhirnya juga tidak membuahkan hasil.

Malamnya seorang panitia menghubungi saya lewat HP. Ia mendengar kalau Bandara Juanda besuk pagi (16 Februari 2014) sudah dibuka kembali untuk penerbangan. Saya berulang kali menelpon customer service Bandara Juanda Surabaya di nomer (031) 2986200 dengan dibantu petugas yang berbeda-beda saya mendapatkan informasi terkini mengenai bandara paska meletusnya Gunung Kelud. Nyatanya Lion Air juga belum memberikan konfirmasi kepada pihak Bandara Juanda apakah ia ready atau tidak melakukan penerbangan di tanggal 16 Februari 2014.

Lagi-lagi panitia menghubungi saya lewat HP agar saya berangkat saja ke Bandara Juanda sesuai jadual penerbangan tanggal 16 Februari 2014 itu. Dengan diliputi perasaan pesimis akhirnya saya berangkat daningin memastikan keadaan yang sebenarnya. Dari Gresik dengan ditemani istri saya berangkat pukul 03.30 dini hari.

Sementara bila berjalan normal Lion Air akan menerbangkan saya pada pukul 06.00 pagi. Betapa terkejutnya saya ketika konfirmasi dengan Pak Wahyu ( HP nomer 081216178828) bagian ticketing Lion Air ternyata maskapai ini benar-benar tidak bisa melakukan penerbangan baik rute domestik maupun internasional.

Saya sempat menunjukkan E-ticket saya dengan nama yang keliru. Di lembar E-ticket yang dibeli panitia dari PT. Vayatour itu tertulis “Sidarta/Wawan Mr”.Lagi-lagi ini kekeliruan yang kedua kalinya yang saya alami setelah penulisan “Mawan Sudirta” di kantor kecamatan saat mengurus surat keterangan pengganti E-KTP.

[caption id="attachment_323112" align="aligncenter" width="604" caption="E-ticket dari panitia"][/caption] Menurut Pak Wahyu pihaknya sudah broadcast (mengumumkan) ke semua calon penumpang dan agen-agen travel penjualan tiket termasuk ke PT. Vayatour Jakarta tempat saya memperoleh tiket pesawat gratis itu. Maskapai Lion Air sudah memberitahukan perihal pembatalan penerbangan maskapainya terkait bencana Gunung Kelud. Kata Pak Wahyu “Menurut data komputer, pihak kami sudah menghubungi Bapak di nomer 08567828080”. Saya bantah “Itu bukan nomer saya Mas”.

Daripada debat kusir, pikir saya dalam hati mungkin Lion Air sudah menghubungi PT. Vayatour di nomer itu, hanya saja PT. Vayatour tidak menyampaikan pesan pembatalan penerbangan Lion Air itu kepada saya. Paling tidak dengan pemberitahuan lebih dini tentang pembatalan penerbangan membuat saya lebih proaktif mencari alternatif transportasi ke Jakarta meski pada akhirnya semuanya batal.

Saya mencoba mencari penerbangan lain yang kira-kira ready di hari itu. Sriwijaya Air memang sudah ready namun tidak ada kursi yang tersisa alias sudah full. Kami menunggu perkembangan bandara sampai menjelang siang. Sang istri dengan sabar meski dirasuki perasaan kecewa berat tetap memotivasi saya. Sampai siangpun tetap tidak ada penerbangan. Akhirnya kami kembali ke Gresik dengan perasaan gontai dan pastinya sedih.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun