Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sumpil, Kuliner Unik dari Cilacap!

1 Agustus 2015   13:10 Diperbarui: 15 Agustus 2015   11:01 1366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin di antara Anda ada yang punya pengalaman menarik seputar mencicipi makanan atau jajanan khas daerah tertentu. Kadang, makanan atau jajanan khas itu dari segi penampilan dan rasa sebenarnya biasa-biasa saja bahkan terlihat “ndesani” namun akan terasa lain bila dinikmati pada saat-saat tertentu seperti pada saat ada acara keluarga atau berkumpul bersama anggota keluarga besar saat Lebaran tiba.

Sumpil misalnya, kuliner ini sangat biasa bagi kebanyakan masyarakat Cilacap-Jawa Tengah. Tapi terlihat unik dan begitu spesial bagi saya yang berasal dari Jawa Timur.

Kuliner asli Cilacap ini sebenarnya tak ubahnya makanan lontong, ketupat atau arem-arem namun bentuknya lain. Sumpil dibungkus dengan menggunakan daun bambu tua. Bentuk bungkusannya menyerupai bangun segitiga.

Cara pembuatannya juga sangat sederhana. Beras yang sudah dicuci bersih dimasukkan dalam cetakan daun bambu berbentuk segitiga. Biasanya untuk mengemas beras tadi agar terbungkus rapat dalam daun bambu berbentuk segitiga itu digunakanlah biting yang ditusukkan agar lipatan daun bambu tidak terlepas.

Kemudian bungkusan-bungkusan daun bambu berisi beras tadi dimasukkan ke dalam panci untuk selanjutnya direbus selama 3 sampai 4 jam. Karena proses perebusan yang membutuhkan waktu cukup lama maka biasanya kalau di pedesaan menggunakan bahan bakar dari ranting atau batang kayu yang mengering.

Sumpil memiliki rasa dan bentuk kemasan yang berbeda dari makanan semacam lontong lainnya. Nasi yang sudah matang dalam kemasan daun bambu tua itu akan terasa anyes/dingin (bukan dingin seperti es lho!) dan pastinya bikin nyaman di perut kita.

Teksturnya lebih mantap (padat) ketimbang lontong atau ketupat. Tanpa disimpan dalam lemari es sekalipun, kuliner Sumpil ini akan lebih tahan untuk beberapa hari, tidak seperti lontong yang mudah “ngiler” (basi) akibat aktivitas bakteri.

Cara menikmati Sumpilpun juga mudah sekali. Bisa dimakan langsung tanpa lauk. Atau lebih maknyus bila ditemani emping dan sambel goreng (kering) tempe. Dipadu dengan lauk yang lain seperti gulai kambing, kare ayam juga tidak masalah malahan semakin nikmat saja sebab Sumpil itu tak ubahnya nasi, lontong atau ketupat. Belum sah ke Cilacap tanpa mencicipi lezatnya Sumpil yang unik itu.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun