Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bermain "Burung dan Ayam-ayaman", Edukatif dan Asyik Banget

31 Juli 2021   07:32 Diperbarui: 7 Agustus 2021   10:16 1009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mainan tradisional, "ayam-ayaman" dari daun lontar (Dokumentasi Mawan Sidarta)

Usia anak-anak memang amat sangat labil. Lha wong tingkatan remaja saja masih labil apalagi masih usia anak-anak. Pasti lebih labil lagi. 

Kalau usia remaja disebut sebagai masa badai dan topan (sturm und drang). Mungkin kalau usia anak-anak cocoknya disebut masa angin sepoi-sepoi basah jiahahaha. 

Anak-anak suka penasaran dan memiliki rasa ingin tahu yang besar, suka ikut-ikutan. Anak-anak gampang menirukan (menyerap) apa saja yang dilakukan oleh para orang tua atau teman-temannya. 

Bicara soal aktivitas bermain, anak-anak memang jagonya. Anak-anak identik dengan bermain dan bermain. Hampir setiap waktunya digunakan untuk bermain. 

Panas atau hujan diterjang saja bahkan saat menghadapi Bulan Suci Ramadan, dimana siang hari umumnya sebagian orang yang menunaikan ibadah puasa memilih untuk beristirahat, anak-anak malah nekad bermain. Ya bermain apa saja termasuk membunyikan petasan di siang bolong. 

Beragam mainan 

Jangan dikira mainan yang edukatif (yang mengedukasi/mendidik) selalu identik dengan sesuatu yang berkaitan dengan kelistrikan (elektris), komputer, mesin, smartphone, game online dan sejumlah mainan lainnya yang harganya kurang bersahabat. 

Tidak sebatas itu, mainan-mainan sederhana dan murmer seperti mainan ayam-ayaman atau hewan lain dari daun lontar (siwalan), ular tangga, monopoli, congklak dan sebagainya sebenarnya sedikit atau banyak juga memiliki nilai edukasi tersendiri. 

Mainan dari daun lontar 

Seperti diketahui bersama, tanaman lontar atau siwalan (Borassus flabellifer) banyak kita temukan di berbagai pelosok tanah air. Di Jawa Timur sendiri, pohon lontar tumbuh dan berkembang dengan suburnya di daerah-daerah yang berada di pesisir pantai utara seperti Gresik dan Lamongan. 

Pohon lontar menghasilkan buah yang dinamakan buah siwalan dimana kandungan serat dan gizinya cukup baik bagi kesehatan kita. Selain dimanfaatkan buahnya, lontar juga menghasilkan daun yang digunakan oleh masyarakat masa lampau untuk menulis naskah (kuno). 

Ini katanya juga mainan edukatif (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Ini katanya juga mainan edukatif (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Sebagian orang di masa sekarang memanfaatkan daun lontar untuk berbagai keperluan seperti keranjang, tikar, kipas, topi dan mainan tradisional. 

Di tengah gencar-gencarnya arus game online, perajin (pedagang) mainan tradisional anak-anak dari daun lontar sesekali masih terlihat di kampung kami. Menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak. 

Terutama mainan tradisional yang berbentuk ayam-ayaman. Keunikan dan daya kreasi yang dipancarkan menjadikan anak-anak sangat antusias dan menyukai mainan tradisional dari daun lontar itu. 

Dengan mengenalkan mainan dari daun lontar ini setidaknya mendidik anak untuk lebih cinta mainan tradisional yang penuh dengan kearifan. 

Juga merupakan upaya untuk melestarikan mainan tradisional sebagai salah satu unsur kebudayaan Indonesia. Sebab kalau tidak dilestarikan, lambat-laun pasti akan tergerus zaman. Dan keberadaannya akan digantikan oleh mainan lain yang lebih modern. 

Mungkin anak-anak belum tahu atau akan merasa kesulitan untuk membuatnya namun dengan memperlihatkan secara langsung di depan mata mereka mainan tradisional dari daun lontar yang unik itu setidaknya akan merangsang tumbuhnya minat dan daya untuk berkreasi. 

Mainan lego block 

Mainan lego block belakangan marak dan digandrungi oleh anak-anak. Keren sih, sayangnya cukup mahal harganya. Di toko online banyak ditawarkan dengan harga beragam. 

Merangsang daya kreasi dan ketelatenan si anak (Dokumentasi Mawan Sidarta) 
Merangsang daya kreasi dan ketelatenan si anak (Dokumentasi Mawan Sidarta) 
Dengan lego block, anak-anak bisa membongkar pasang sesuai bentuk atau model yang diinginkan. Mainan lego block juga bertujuan merangsang daya kreasi anak-anak dalam menciptakan model-model tertentu walaupun tidak persis dengan bentuk benda aslinya,  justru di situ akan terlihat kreativitasnya. 

Menirukan bentuk (gambar) benda-benda tertentu dengan mainan lego block akan melatih anak untuk bekerja dengan teliti (cermat) dan telaten (sabar). 

Bermain burung merpati 

Mainan kok benda hidup, kenapa tidak. Burung merpati (Columba livia) salah satunya. Seperti diketahui bersama, merpati atau burung dara apapun jenisnya memiliki daya ingat (intelegensia) yang tinggi. 

Burung jenis ini bukan saja cantik dengan beragam warna bulunya namun juga mudah homing (Jawa = pomah). Dengan sifatnya itu menjadikan anak-anak tak terkecuali orang dewasa menyukainya. 

Pada saat cuaca cerah bersahabat, di areal bekas persawahan, lapangan atau di salah satu gang sepi pemukiman warga, anak-anak tak jarang beradu ketangkasan (kecepatan) burung merpati. 

Salah satu anak melepas merpati yang diadu, sementara anak yang lain berjaga-jaga di sangkar dengan mengepak-ngepakkan sayap merpati betina yang menjadi pasangannya. 

Bermain merpati (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Bermain merpati (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Dengan jarak tertentu (100 meteran), merpati yang terbang lebih cepat dan sampai duluan di sangkarnya atau bertengger di badan merpati betina, itulah yang menang. 

Tak sekadar beradu kecepatan yang menimbulkan sensasi dan kehepian tersendiri, bermain merpati merupakan satu paket dengan upaya memeliharanya. Sebab itu dengan menjadikan merpati sebagai mainan setidaknya melatih anak membuatkan sangkar (Jawa = pagupon) nya. 

Tak hanya membuatkan sangkar tapi juga rajin memberikan makanan dan membersihkan kotorannya. Rajin melatihnya agar cepat homing, dawali dengan mengadu terbang jarak-jarak dekat dulu, kalau sudah bisa baru mengadu terbang jarak jauh. 

Bermain merpati tak sekadar menjadikan hati anak-anak itu menjadi hepi tapi juga belajar mencintai sesama makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Kuasa.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun