Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Melihat Jejak Purbakala, Flora dan Toilet Unik di Ranu Kumbolo Semeru

18 Januari 2018   14:34 Diperbarui: 18 Januari 2018   20:18 1277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ranu Kumbolo yang memesona (dok.pri)

Danau Ranu Kumbolo sedemikian menarik di kalangan para pendaki gunung di Indonesia bahkan di dunia bukan saja karena pesonanya yang menghipnosis namun juga danau ini memang memiliki jejak purbakala yang bernilai sejarah.

Menurut catatan sejarah, seorang raja bernama Kameswara dari Kediri pernah melakukan perjalanan mencari air suci atau istilah Sansekertanya Tirta Yathra dengan menyusuri lereng Semeru dan berakhir di Ranu Kumbolo. 

Sang raja kemudian menggoreskan jejaknya pada bongkahan batu andesit berangka tahun 1182 masehi di pinggiran ranu (danau, red) yang kemudian dikenal dengan nama Prasasti Ranu Kumbolo.

Hingga sekarang batu prasasti itu tetap terpelihara dengan baik. Oleh pengelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dibuatkan pagar pelindung. 

Sebagian umat Hindu terutama Hindu Tengger masih menganggap batu itu keramat. Itu terlihat dari banyaknya sesaji yang berserakan di dalam area batu prasasti Ranu Kumbolo.

Ranu Kumbolo berada pada ketinggian 2400 meter di atas permukaan laut (m dpl). Kondisi danau dan alam sekitarnya masih relatif terjaga kelestariannya bila dibandingkan dengan dua cerukan lainnya yakni Ranu Regulo dan  Ranu Pani(e).

Beberapa ratus meter meninggalkan danau yang luasnya kira-kira 14 hektar itu, menuju padang savana Oro-oro Ombo atau puncak Mahameru, para pendaki terlebih dulu melewati medan menanjak yang di kalangan pendaki dinamakan Tanjakan Cinta. (1)

Air Ranu Kumbolo masih jernih dan bersih serta terhindar dari polutan sehingga bisa langsung diminum meski tanpa direbus terlebih dulu.

Sejak di pos pendataan, petugas tak bosan-bosannya mengingatkan agar pendaki tidak menebang pohon secara serampangan. Akar pepohonan sekitar Ranu Kumbolo merupakan reservoir (tandon air, red) sekaligus berperan menjaga kelestarian Ranu Kumbolo itu sendiri.

Pembuatan api unggun dengan menebang kayu pohon hutan meski sekecil apapun harus seijin petugas, kecuali kondisi cuaca yang sangat ekstrim.

Setiap pendaki yang akan mengambil air harus terlebih dulu melepas alas kakinya dan tak boleh menginjakkan kaki ke dalam air danau. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun