Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tanjakan Cinta jangan Terlewatkan Saat ke Semeru

13 Januari 2017   11:05 Diperbarui: 13 Januari 2017   11:29 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendaki Tanjakan Cinta menuju savana Oro-oro Ombo yang selanjutnya ke puncak Mahameru (dok.pri)

Jalan-jalan ke gunung (mendaki) meski masih sebatas di lerengnya saja itu merupakan aktivitas yang bermanfaat sekaligus menyenangkan lho. Apalagi kalau berhasil mencapai puncak  tentu saja menjadi kebanggaan tersendiri, sebuah kepuasan yang tak terhingga. Mendaki gunung bukan sekedar keisengan atau happy fun saja. Banyak manfaat yang didapatkan ketika seseorang mendaki gunung, sebagian kalangan ilmuwan apakah itu ahli botani, zoologi, ekologi dan lainnya merasa perlu naik gunung untuk kepentingan eksplorasi (pendalaman/pengembangan) disiplin ilmu yang ditekuninya. Sebagian orang lagi merasa perlu mendaki gunung karena alasan refresing (relaksasi) pikiran yang penat karena rutinitas yang membosankan. Ada juga yang naik gunung karena hobi atau memang pekerjaan yang ditekuninya selama ini. Kegiatan yang umumnya digandrungi kaum muda itu kini juga mendapatkan tempat khusus  di hati kaum tua (pendaki tua).

Sejak diputarnya film 5 cm pamor Gunung Semeru makin melambung saja. Dulu nih para pendaki kalau mendengar nama Semeru saja sudah merinding karena ngeri dengan ketinggian dan kisah misterinya. Sekarang para pendaki pemula yang amatiran sekalipun merasa penasaran dan ingin sekali mencoba mendakinya. Gunung Semeru dengan mahameru sebagai puncaknya merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa yang tingginya mencapai 3676 meter di atas permukaan laut (m dpl).

Ada beberapa cerukan (danau) atau ranu di lereng Gunung Semeru yang bisa disaksikan ketika melakukan pendakian di sana, diantaranya Ranu Regulo, Ranu Pane atau ada yang menyebutnya Ranu Pani dan yang begitu populer adalah Ranu Kumbolo. Ranu Regulo dan Ranu Pane relatif muda dijangkau oleh para pendaki mungkin karena itu pula yang menyebabkan kerusakan pada kedua ranu tadi. Mudah diramba orang sekaligus mudah dirusak, sehingga keduanya terlihat kurang menarik lagi. Lain halnya dengan Ranu Kumbolo yang masih memukau. Meski demikian masyarakat (pendaki) dan pengelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) juga harus lebih waspada terhadap ancaman lingkungan terhadap ranu yang sangat menawan itu.

Saat pengarahan di pos Ranu Pane, relawan pengelola TNBTS wanti-wanti  agar para pendaki sadar akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan Semeru. Dilarang keras membuang sampah sembarangan, sampah harus dibawah kembali saat turun gunung. Menyalakan api unggun dengan kayu atau ranting pohon di lingkungan TNBTS juga tak diperbolehkan kecuali seijin pengelola TNBTS itupun kalau cuaca sedang ekstrim. Mengambil sampel bebatuan, tanah atau jenis flora dan fauna lain harus seijin pengelola TNBTS.

Danau Ranu Kumbolo sedemikian menarik di kalangan para pendaki gunung di Indonesia bahkan di dunia bukan saja karena pesonanya yang menghipnosis namun juga danau ini memang meliki jejak masa lampau yang bernilai sejarah. Menurut catatan sejarah, seorang raja bernama Kameswara dari Kediri pernah melakukan perjalanan mencari air suci atau istilah Sansekertanya Tirta Yathra dengan menyusuri lereng Semeru dan berakhir di Ranu Kumbolo. Sang raja kemudian menggoreskan jejaknya pada sebuah batu andesit berangka tahun 1182 masehi di pinggiran ranu yang kemudian dikenal dengan nama Prasasti Ranu Kumbolo.

Hingga sekarang batu prasasti itu tetap terpelihara dengan baik. Oleh pengelola TNBTS dibuatkan pagar pelindung. Sebagian masyarakat terutama Hindu Tengger masih menganggap batu itu keramat. Itu terlihat dari banyaknya sesaji yang berserakan di dalam area batu prasasti Ranu Kumbolo.

Sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak mahameru, biasanya para pendaki beristirahat di basecamp Ranu Kumbolo. Mereka tentu tak melewatkan keindahan dan pesona Ranu Kumbolo yang masih tetap terjaga kelestariannya. Air danau bisa langsung diminum dan untuk keperluan masak juga menggunakan air danau yang luasnya sekitar 14 hektar dan berada pada ketinggian 2400 m dpl itu.

Kini oleh pengelola TNBTS dibuatkan toilet ala Semeru sehingga para pendaki tak melakukan aksi buang air besar di sembarang tempat. Meski toiletnya sederhana setidaknya tidak perlu sembunyi-sembunyi saat kebelet buang hajat. Istilah anak-anak gunung supaya terhindar dari ranjau darat he…he… .

Danau Ranu Kumbolo tak disangsikan lagi pesonanya. Saat cuaca sedang terang bersahabat, pantulan perbukitan dan alam di sekitarnya menghadirkan bayangan di atas air danau dan itu menjadi objek yang menarik bagi para fotografer. Beberapa objek lain di dekat danau seperti Tanjakan Cinta, Oro-oro Ombo dan Flora Verbena brasiliensis seolah menjadi jujugan (tujuan, red) wajib saat para pendaki menyusuri Ranu Kumbolo.

Seperti kisah Bukit Cinta di kawasan Gunung Bromo, Tanjakan Cinta di kawasan Ranu Kumbolo, kisahnya juga mengundang perhatian para pendaki. Sebenarnya istilah Tanjakan Cinta itu diciptakan dan dipopulerkan sendiri oleh para pendaki. Tanjakan Cinta merupakan dataran tinggi (bukit) yang berada tidak jauh dari lokasi danau Ranu Kumbolo, itu terlihat saat pendaki berjalan menuju savana Oro-oro Ombo yang penuh dengan flora Verbena.

Berselfie ria di Tanjakan Cinta dengan latar belakang basecamp Ranu Kumbolo (dok.pri)
Berselfie ria di Tanjakan Cinta dengan latar belakang basecamp Ranu Kumbolo (dok.pri)
Konon dulu pernah ada sepasang pendaki yang sudah lamaran (bertunangan, red) dan tentunya ingin melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan namun sayang sang pendaki wanita yang kepayahan itu akhirnya meninggal setelah terjatuh di tanjakan yang sebenarnya tidak terlalu ekstrim itu. Meski Tanjakan Cinta terlihat tak terlalu ekstrim namun sebagai pendaki tetap harus santun, waspada dan nggak boleh gegabah dengan medan seperti apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun