Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Hong Tiek Hian Kelenteng Sakral Warisan Kubhi Lai Khan

13 Mei 2013   18:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:38 2331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_260873" align="aligncenter" width="500" caption="Lilin dan lidi yuswa (hio) di sebuah ruangan kelenteng"][/caption] Julukan yang disandang Surabaya sebagai kota sejarah kiranya tak berlebihan. Ada banyak warisan sejarah masa silam di kota metropolis ini. Misalnya di sekitar kawasan sentra bisnis Kembang Jepun Surabaya. Di Kampung Dukuh yang tidak jauh dari pecinan ini terdapat sebuah kekunoan yang konon telah berusia ratusan tahun.

[caption id="attachment_260876" align="aligncenter" width="500" caption="Kelenteng tua Hong Tiek Hian"]

13684417671499291830
13684417671499291830
[/caption] Nah bangunan kuno itu berupa kelenteng tua yang merupakan tempat peribadatan umat Budha, Tao dan Konghucu yang sebagian besar pemeluknya adalah kaum Tionghoa. Bangunan kelenteng yang didominasi warna merah dan bergaya arsitektur Tiongkok ini memancarkan kekhidmatan yang mendalam. [caption id="attachment_260877" align="alignleft" width="300" caption="Beribadah dengan lidi yuswa menghadap Sang Budha"]
13684419221253973436
13684419221253973436
[/caption] [caption id="attachment_260880" align="aligncenter" width="300" caption="Khusuk beribadah"]
13684421191639762505
13684421191639762505
[/caption] Ketika masuk ke dalam, bau wangi khas lidi hio memenuhi ruangan. Penganut kelenteng ini terlihat khusuk beribadah memanjatkan doa dan pengharapan. Jika Anda atau traveler lainnnya berkunjung ke Surabaya, maka kelenteng ini tak boleh dilewatkan begitu saja sebab ia termasuk ke dalam daftar tempat wisata cagar budaya yang harus dikunjungi. [caption id="attachment_260884" align="alignleft" width="300" caption="Ornamen naga di setiap pilar kelenteng"]
1368442281254635541
1368442281254635541
[/caption] [caption id="attachment_260885" align="aligncenter" width="300" caption="Gang Dukuh diantara dua bangunan kelenteng                                                                                                                                  "]
13684425511125266135
13684425511125266135
[/caption] Kelenteng tua Hong Tiek Hian dibangun oleh pasukan Tar-Tar dari Mongolia ketika mendarat di Surabaya sebelum menyerang Prabu Jayakatwang dari Kediri. Kala itu negeri Mongolia dipimpin oleh Kaisar Ku Bhi Lai Khan yang hebat itu. Sang raja pulalah yang menjadi arsitek untuk pembangunan kelenteng ini Saat singgah di Surabaya itulah bala tentara Tar-Tar sempat mendirikan tempat ibadah yang hingga kini masih tetap difungsikan sebagai kelenteng umat beraliran Konghucu, Budha dan Tao. Salah seorang penjaga kelenteng (juru kunci) mengatakan bahwa kedatangan pasukan Tar-Tar ke Surabaya atas perintah sang kaisar yang sedang marah besar terhadap Kertanegara, raja terakhir Singosari (Malang).Karena Kertanegara telah berani memotong telinga utusan Ku Bhi Lai Khan. [caption id="attachment_260886" align="alignleft" width="300" caption="Juru kunci di depan salah satu ruangan kelenteng"]
1368443008811439140
1368443008811439140
[/caption] [caption id="attachment_260887" align="alignleft" width="300" caption="Perlengkapan untuk bersembahyang umat kelenteng ini"]
1368443164592873968
1368443164592873968
[/caption] [caption id="attachment_260888" align="alignleft" width="300" caption="Mangkuk kuningan tempat abu hio dan lidi hionya (yuswa)"]
1368443355669022427
1368443355669022427
[/caption] [caption id="attachment_260889" align="aligncenter" width="300" caption="Cerobong asap di kelenteng"]
13684436091842148983
13684436091842148983
[/caption] [caption id="attachment_260890" align="aligncenter" width="300" caption="patung dan ornamen di lantai dua kelenteng"]
13684437841990322715
13684437841990322715
[/caption] Jauh-jauh hari, Kertanegara sebenarnya sudah tewas ditangan Jayakatwang dari Kediri. Momen yang bagus ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk menggalang kekuatan.Bersama-sama tentara Tar-Tar beliau menghancurkan Raja Jayakatwang. Pasukan Tar-Tar yang sudah kocar kacir dan kehilangan banyak tenaga ketika perang melawan tentara Jayakatwang itu ternyata masih sempat menerima jamuan istimewa dari Raden Wijaya berupa hidangan minuman keras dan wanita-wanita cantik. Dalam keadaan setengah sadar akibat mabuk minuman keras bala tentara Tar-Tar dengan mudahnya ditaklukan oleh pasukan Raden Wijayadan diusir kembali ke negaranya. Bagi traveleryang hendak mengunjungi kelenteng tua Hong Tiek Hian bisa menggunakan kendaraan umum. Dari terminal Purabaya (Bungurasih) atau Joyoboyo naik saja bis atau angkot jurusan terminal Jembatan Merah. [caption id="attachment_260891" align="aligncenter" width="300" caption="Buku tentang sejarah Kong Tjo untuk traveler dan umat"]
136844393631478368
136844393631478368
[/caption] Kampung Dukuh terletak tidak jauh dari terminal Jembatan Merah Surabaya. Dari terminal kita bisa naik becak atau berjalan santai sambil menikmati panorama gedung-gedung tua di kawasan sekitar Kembang Jepun Surabaya. Begitu Anda mulai memasuki bagian dalam kelenteng, suasana temaram dan bau harum khas hio akan menyambut Anda. Semakin masuk ke dalam, Anda bisa melihat berbagai altar sebagai tempat pemujaan yang dihiasi dengan ornamen khas bergaya Cina.

[caption id="attachment_260892" align="aligncenter" width="500" caption="Lilin berukuran sebesar tubuh orang dewasa"]

13684441061197682216
13684441061197682216
[/caption] Sebelum menuju altar tersebut, di sisi kiri dan kanannya terdapat lilin-lilin berwarna merah berukuran besar kira-kira seukuran orang dewasa. Posisinya yang berada di kanan-kiri diyakini melambangkan keseimbangan. Lilin sendiri merupakan benda penting di kelenteng, sebab lilin menggambarkan penerangan batin. Di dalam kelenteng Hong Tiek Hian ini, lilin juga menjadi sumber penerangan utama ruangan kelenteng. [caption id="attachment_260893" align="alignleft" width="300" caption="Ornamen cantik berupa perahu naga di dinding lantai dua kelenteng ini"]
1368444289541884082
1368444289541884082
[/caption] [caption id="attachment_260894" align="aligncenter" width="300" caption="Abu yuswa untuk memuja Kong Tjo"]
1368444488782387213
1368444488782387213
[/caption] Ukiran naga terdapat hampir di setiap tiang kelenteng ini serta pagar pintu masuk, naga berwarna hijau itu ikut menghiasi. Naga dalam tradisi Tionghoa diyakini sebagai pengusir roh jahat. Sementara, di sisi lainnya, Anda juga bisa melihat tempat yang menyediakan berbagai alat peribadatan seperti lilin, hio dan uang-uangan kertas. Jadi bagi Anda yang ingin bersembahyang bisa mendapatkan benda-benda tersebut di sini. [caption id="attachment_260895" align="alignleft" width="300" caption="Lampion dan lilin di lantai dua kelenteng"]
13684446502033434719
13684446502033434719
[/caption] [caption id="attachment_260896" align="aligncenter" width="300" caption="petugas sedang menyiapkan bahan untuk sembahyang"]
1368444785847358601
1368444785847358601
[/caption] Suasana temaram di dalam kelenteng akan menambah “kesakralan” tersendiri bagi orang yang sedang bersembahyang.Mereka akan membakar beberapa batang hio dan disentuhkan ke dahi sebanyak tiga kali, dan kemudian batang hio tersebut diletakkan ke tempat hio. Patung atau arca juga mudah Anda temukan di tempat ini. Seperti patung-patung dewa yang memegang senjatadan dua patung dewa yang berada di depan pintu masuk kelenteng ini. Di depan patung-patung dewa itu juga terdapat lilin dan tempat menaruh hio. Sewaktumengunjungi kelenteng ini, pihak pengelola melarang kami mengabadikan gambar patung para dewa. Kelenteng tua Hong Tiek Hian ramai dikunjungi umat dan wisatawan terutama pada hari-hari besar umat Tionghoa seperti tahun baru Imlek dan lain-lain.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun