Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ngenesnya Melihat Ariesman Widjaja di Persidangan Pengadilan Tipikor Jakarta Itu

26 Juli 2016   16:56 Diperbarui: 26 Juli 2016   21:03 2386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ngenes aku melihat sosoknya Ariesman Widjaja, mantan Presiden Direktur PT Agung Podomoro Land semalam dalam siaran live di TvOne jalannya persidangan kasus suap M Sanusia di Pengadilan Tipikor Jakarta yang menghadirkan Ahok sebagai saksi dalam kasus Raperda Reklamasi itu.

Sosok yang dulu sangat berwibawa dan disegani di Agung Podomoro Land itu sudah kayak orang bloon, raut wajah kaku dan rikuh tampak seperti orang stress yang menyimpan banyak pikiran. Ia hanya duduk kaku dan tampak linglung. Garis bibirnya melorot kebawah, betapa bedanya dengan dulu ketika masih menjabat sebagai orang nomor satu di Agung Podomoro Land itu.

Ia hanya duduk diam terpaku sembari sesekali manggut-manggut mendengar penjelasannya Ahok yang meledak-ledak sehingga bikin para Hakim pun rikuh dengan penjelasan Ahok yang gamblang, intonasi suara yang jelas, dengan penjelasan yang lengkap tanpa mengurang-ngurangi atau melebih-lebihkan apa yang ia tahu, apa yang ia lihat, dan apa yang ia dengar.

Entah dengan manggut-manggutnya Ariesman itu, ia paham atau tidak, hanya ia yang tahu. Namun betapa Ia tampak  seperti orang linglung, apalagi ketika disemprot Ahok, “Mohon maaf, buat pak Ariesman, saya mengenal Anda dengan baik. Secara pribadi, saya sangat tersinggung berat jika dalam persidangan ini nantinya terbukti Agung Podomoro menyuap Sanusi untuk menghilangkan kontribusi 15% itu. Bisinis itu dijalankan berdasarkan bisnis kepercayaan, saling percaya. A trust bussiness!”

Walaupun nggak di-shoot mimik wajahnya ketika disemprot Ahok, aku yakin ia terhenyak dan semakin kikuk dan rikuh. Yang lebih ngenesnya lagi, ketika pihak Pengadilan menghadirkan barang bukti berupa berkas-berkas dalam satu koper, dan semua berdiri mengerumuni koper itu, terlihat Ariesman yang berdiri paling belakang tampak jinjit jinjit melongok ke koper itu, persis seperti staff Cleaning Service yang berjinjit-jinjit melongok korban kecelakaan dijalanan. Betapa ngenesnya seorang President Direktur perusahaan properti raksasa bisa jadi kayak begitu.

Sebelumnya mungkin saja si Ariesman ini merasa punya segala-galanya, merasa bisa mengatur semua orang karena hidup dalam lingkungan comfort zone, namun ia akhirnya terperangah dan terkejut melihat semuanya terjadi begitu cepat dari hidup bergelimpangan kemewahan menuju balik jeruji besi.

Ini adalah peluruh sombongmu, membungkam lidahmu yang angkuh, obat tulinya telingamu yang tak mau mendengar berkumandangnya dakwah KPK yang mengharamkan tindakan suap dalam bentuk apapun.

Ini pelajaran bagi kalian semua yang memiliki jabatan tinggi sebagai President Direktur, jangan coba-coba berniat bermain api mempecundangi hukum. Negara ini adalah negara hukum, bukan negara semau-maumu. Jika dalam benak kalian terbersit pikiran untuk menyuap wakil rakyat demi kelanggengan bisnis kalian, silahkan lakukan semau-mau kalian.

Segala kecukupan yang Anda miliki cukuplah buat menyenangkan keluarga Anda tanpa perlu melanggar hukum, tanpa perlu merasakan perihnya jadi pesakitan dan nama baik yang tercemar. Hidup didunia yang fana ini hanya sementara, apa yang Anda kejar? Kekayaan? Kesuksesan hidup? Kehormatan? Bukankah semua itu sudah Anda peroleh? Apalagi yang kurang?

Sama seperti air laut, ada pasang surutnya, begitu pula roda yang berputar, kadang diatas kadang dibawah. Sama seperti cuaca, ada musim panas dan ada musim hujan, ada siang ada malam, begitu pula ada suka dan duka.

Namun itu semua Anda sendiri yang menentukan apakah mau hidup dibawah dan menderita atau hidup dalam kehangatan keluarga. Kebahagiaan dan penderitaan disebabkan oleh diri Anda sendiri. Intinya, karena Anda adalah pemilik dan pewaris dari perbuatan Anda sendiri.

Ya sudah itu saja.

That’s your own choice, that's your own risk!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun