Mohon tunggu...
Mawalu Si Pembully
Mawalu Si Pembully Mohon Tunggu... -

Banyak orang menulis bagaikan thriller psikologis dengan pola berpikir seperti orang epilepsi. Orang bebal ketika ditegur justru mengagulkan bebalnya itu dengan jumawa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ahok: Kalau Masih tak Puas, Bikin Surat Saja ke Mendagri. Bilang Suruh Pecat Saya. Saya tak Masalah kok

31 Agustus 2013   14:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:34 3464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan Ahok namanya kalau tak bisa menangkis segala macam jenis serangan orang-orang yang hatinya penuh dengki. Contoh saja para anggota DPRD dari fraksi PPP itu yang sampai saat ini masih saja mengungkit-ngungkit lagi masalah dirinya dengan Haji Lulung dalam rapat Paripurna DPRD DKI.

Ahok bilang kalau memang mereka masih tak puas, silahkan bikin surat saja ke Mendagri. Bilang suruh pecat saya. Saya tak masalah kok. Ditantang balik begitu, malah nyali mereka yang keok.

Ahok juga bilang bahwa justru mereka itu yang salah kaprah dalam Protap Pemanggilan. Mereka menyurati saya. Lalu mereka memanggil saya secara lisan. Saya tak mau datang. Memangnya mereka itu siapa? Aturan yang benar itu bukan bersurat ke personal, tapi harus ke Lembaga, tegas Ahok.

Ahok lalu menantang bahwa ia akan datang memenuhi panggilan mereka, dengan syarat pertemuan harus terbuka, semua harus hadir, plus wartawan, dan pertemuan itu harus di unggah di youtube supaya transparan, jadi semua orang Indonesia bisa nonton pertemuannya seperti apa.

Ditantang begitu, mereka justru tak mau meladeni Ahok dan bungkam. Mereka tak menyanggupi pemintaan saya. Ya sudah kalau begitu. Saya anggap sudah selesai, tukas Ahok.

Heran saja aku dengan prilaku para munafiqun berjamaah di Partai PPP itu. Yang mereka urusin hanya Haji Lulung melulu. Seharusnya mereka malu dengan tantangan Ahok itu, karena sudah tua bangka tapi punya kelakuan seperti anak TK. Otak tak dipakai, makanya jadi konyol begitu.

Para bangkotan itu kelakuan mereka memang kurang ajar, tak tahu diri, dan lupa daratan. Mereka sejatinya adalah pelayan rakyat, harusnya paham aturan. Prosedur pemanggilan saja tak paham, bagaimana mau jadi wakil rakyat? Tingkah laku mereka seolah-olah tuan besar yang merasa paling benar sendiri. Meniru gaya Priyayi Jawa. Gaya feodal. Maunya dilayani. Gila hormat.

Sejatinya mereka itu ikut memikirkan kenapa anggaran untuk Kementerian Agama lebih besar dari Kementerian Pertanian. Coba anda bayangkan, negara ini sangat subur, Gemah Ripah Loh Jinawi, tanam tongkat dan batu jadi tanaman, tapi kenapa justru banyak rakyatnya yang menderita kelaparan dan para petaninya miskin melarat, sementara Pemerintah lebih memilih mengurus Kementrian Agama dan menganak tirikan bidang Pertanian dengan mengimpor bahan pangan dari luar negeri sehingga justru mematikan Pertanian dalam negeri.

Pemerintah mengalokasikan anggaran lebih besar kepada Kementrian Agama yang notabene telah terbukti melakukan Korupsi secara membabi buta. Pengadaan Alquran saja ditilep dengan rakusnya, mau jadi apa mental Pejabat macam begini? Seharusnya para anggota DPRD dari Fraksi PPP itu secara berjamaah berjuang dan mempertanyakan fenomena konyol itu, bukan hanya mengurusi isu Haji Lulung yang sudah basi lalu diungkit-ungkit lagi tanpa henti untuk mencari-cari celah kelemahan Ahok.

Para munafiqun di negeri ini adalah tipikal pemimpi yang mengumbar asa ingin membawa Indonesia menjadi Mercusuar dunia. Padahal kelakuan mereka yang jumawa justru menunjukan bahwa bangsa ini belum mampu menjadi Mercusuar, tapi masih menjadi lampu teplok, yaitu lampu minyak yang diteplok di atas dinding. Itu goblok tolong jangan dipelihara.

Memang susah kalau berurusan dengan golongan munafiqun pemegang kunci kerajaan sorga itu. Untung saja Ahok ini mentalnya kuat. Kalau orang lain sudah pasti kena stroke dan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Wagub DKI akibat serangan yang tak kunjung henti.


Benar-benar keterlaluan.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun