Mohon tunggu...
Muhamad Mauris Faruqi Ali
Muhamad Mauris Faruqi Ali Mohon Tunggu... Serambi Ilmu Mauris

Ilmu adalah harta yang tidak pernah habis. Semakin kita mengeluarkannya, semakin bertambah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dzulhijjah, Kurban, dan Solidaritas Sosial di Tengah Krisis Kemanusiaan

28 Mei 2025   07:10 Diperbarui: 28 Mei 2025   07:43 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan paling mulia dalam kalender Hijriah. 

Rasulullah bersabda, "Tidak ada hari-hari yang amal salih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah melebihi hari-hari ini (yakni sepuluh hari pertama Dzulhijjah)" (HR. Bukhari). Momentum ini menjadi pengingat bagi umat Islam untuk memperkuat hubungan dengan Allah, memperbaiki diri, dan menebar kebaikan kepada sesama.

Salah satu ibadah utama di bulan ini adalah ibadah kurban, yang secara historis merujuk pada kisah pengorbanan Nabi Ibrahim 'alaihis salam dan putranya, Ismail. Namun, esensi kurban tidak semata pada penyembelihan hewan. Lebih dari itu, kurban adalah simbol ketundukan, keikhlasan, dan kesiapan untuk berkorban demi kemanusiaan dan ketakwaan.

Kurban Bukan Sekadar Ritual

Allah berfirman dalam Surah Al-Hajj ayat 37:

"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapainya..." (QS. Al-Hajj: 37)

Ayat ini menegaskan bahwa nilai ibadah kurban tidak terletak pada bentuk fisiknya, tetapi pada ketulusan niat dan dampaknya terhadap ketakwaan dan empati sosial. Kurban adalah jembatan spiritual yang menghubungkan manusia dengan Tuhannya, dan sekaligus manusia dengan sesamanya.

Refleksi di Tengah Krisis Kemanusiaan

Saat dunia dilanda berbagai krisis kemanusiaan mulai dari konflik berkepanjangan di Palestina, krisis pengungsi di berbagai negara, hingga kemiskinan ekstrem di sekitar kita ibadah kurban seharusnya menggerakkan empati dan solidaritas. Di sinilah makna sosial dari kurban menjadi penting: memperhatikan mereka yang terluka, kelaparan, dan terpinggirkan.

Rasulullah pernah bersabda:

"Tidaklah beriman kepadaku orang yang kenyang sementara tetangganya lapar dan dia tahu akan hal itu." (HR. Thabrani)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun