Mohon tunggu...
Indra Maulana N
Indra Maulana N Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Indra Maulana Nugraha , Ilmu Komunikasi, Univeritas Ahmad Dahlan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ruwatan Akulturasi Budaya dan Agama di Dieng

23 Desember 2020   16:02 Diperbarui: 23 Desember 2020   17:21 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prosesi pencukuran rambut gimbal (sumber: common.wikimedia.org)

Wonosobo adalah tempat dimana bermacam-macam kebudayaan itu ada, yang menjadi daya tarik adalah tradisi Ruwatan mencukur rambut gimbal Desa Dieng Kejajar. Kata Ruwatan sendiri berasal dari kata ruwat yang artinya, menghapuskan kuasa, menghapuskan kemalangan, menghapuskan noda, dan lainnya.  Arti ruwatan yang lain dalam jawa kuno, ruwat yang artinya lebur (melebur) atau membuang, ruwatan merupakan salah satu tradisi yaitu dimana sebuah cara untuk membuang sekaligus  melepaskan diri dari energi negatif dalam bahasa jawa kuno biasa disebut dengan Sukerta dan Sungkala, orang yang sedang diruwat berarti sedang membuang energi negatif berupa Sukerta dan Sungkala perwujudan dari dosa dan kesalahan mreka.

suatu kejadian yang dipercayai dikemudian hari akan membawa mala petaka atau bencana terhadap kehidupan an keluarga serta masyarakat, maka dari itu diadakan lah upacara (ritual) tolak bala untuk menolak kejadian yang tidak diinginkan yaitu dengan Ruwatan.  Dikutip dari " Ensiklopedia Nasional Indonesia" ruwatan merupakan usaha dalam membebaskan diri manusia dari aib dan dosa-dosa, sekaligus agar tidak di mangsa dewa Batarakala'. 

Awal mula tradisi ruwatan ini tidak terlepas dari tiga orang yang berkelana yaitu Kyai Walik, Kyai Karim , Kyai Kolodete. Kyai walik dipercaya sangat erat yaitu dalam pembukaan  dan perencanaan kota Wonosobo  atau disebut babat alas, Kyai karim seseorang yang berjasa dalam menata sebuah pemerintahan di Wonosobo. Sedangkan Kyai Kolodete adalah penduduk daerah utara Wonosobo dari Garung sampai daerah Dieng, ketiga tokoh tersebut mempunyai peran masing masing dalam menyebarkan ajaran agama dan mereka saling menunjang satu sama lain.

Kyai kolodete adalah tokoh spiritual yang dipercayai masyarakat dieng, dia juga dikenal memiliki ciri rambut yang khas berbentuk menggumpal atau gimbal. Di dataran tinggi Dieng banyak anak ketika masih kecil  memiliki rambut gimbal  dan orang menganggap bahwa anak yang memiliki rambut gimbal dia adalah titipan dari Kyai Kolodete. Upacara Ruwatan rambut gimbal di Dieng ini bertujuan sebagai permohonan kepada tuhan untuk menghilangkan mala dari anak tersebut. Upacara ini dilaksanakan apabila kemauan dari anak tersebut sudah terpenuhi. Hal yang menarik jika  bebana (permintaan) tidak terpenuhi maka rambut gimbal dari anak yang sudah dicukur tersebut akan tumbuh gimbal kembali atau timbul ganGguan psikis .

Kebanyakan masyarakat Jawa dan disetiap daerahnya juga melaksanakan aneka ritual yang menjadi ciri khas jawa. Walaupun terkadang sebagian masyarakat terkadang juga belum bisa memahami serta mengambil hikmah  apa maksud diadakannya tradisi spiritual tersebut sehingga tidak meninggalkan tradisi sebagai orang Jawa (Indonesia), namun disisi lain juga bertentangan dengan ajaran agma islam itu sendiri .

Wujud dari kebudayaan itu sendiri adalah suatu kompleks aktivitas berdasarkan kelakuan yang ber pola dari manusia didalam masyarakat. Kebudayaan mempunyai suatu  fungsi  yaitu sebagai suatu tata kelakuan yang mengatur dan mengendalikan serta memberi arah kepada kelakuan di dalam peradaban setiap masyarakat, dapat diartikan secara umum, kebudayaan adalah merupakan adat istiadat.

Bagi masyarakat beragama islam terutama di Jawa, ritual adalah wujud dari pengabdian serta ketulusan kepada Allah SWT dan dalam ritual dimaknai dengan simbol simbol yang mendalam. Dengan adanya simbol dalam setiap upacara ritual bahwa Allah SWT juga selalu hadir dan dilibatkan. Simbol dalam ritual dipahami sebagai sebuah perwujudan bahwa manusia merupakan  tajalli,  yaitu bagian yang tidak dapat dipisahkan dati tuhan, salah satu simbol tersebut adalah ruwatan. Hal ini adalah akulturasi dari sebuah pikiran, keinginan dan perasaan seseorang untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun