Mohon tunggu...
Maulidhatul Afifah
Maulidhatul Afifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Newbie

Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

ANGKA KEMATIAN IBU (AKI) JAWA TENGAH MENINGKAT

21 Juni 2021   12:04 Diperbarui: 21 Juni 2021   12:06 2276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

ANGKA KEMATIAN IBU (AKI) JAWA TENGAH  MENINGKAT

Oleh: Maulidhatul Afifah

Mahasiswi Sosiologi, Fisib, Universitas Trunojoyo Madura

Pandemi Covid-19 berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan masyarakat. Dampaknya meluas kemana-mana. Antara lain, angka kematian ibu (AKI) meningkat. AKI menjadi salah satu indikator kesehatan perempuan bagi World Health Organization (WHO). Organisasi Kesehatan dunia ini, mendefinisikan Kematian Ibu, kematian perempuan saat hamil, bersalin atau kematian perempuan 42 hari setelah melahirkan.

Laporan WHO, dari 1990 hingga 2015 terdapat 10,7 juta perempuan meninggal akibat melahirkan. Pada tahun 2015 sekitar 303.000 kematian ibu, terjadi di seluruh dunia. Dilansir dari WHO, 2015 kematian wanita usia subur di negara berkembang diperkirakan sekitar 25-50%. Penyebabnya bermacam-macam, mulai dari masalah kehamilan, persalinan hingga nifas. Pada tahun 2015, WHO memperkirakan  angka kematian ibu (AKI) di Indonesia paling tinggi dibandingkan AKI di negara-negara ASEAN lainnya, yaitu sebanyak 190 kematian per 100.000 kelahiran hidup.

Dilansir dari Dinkes Jawa Tengah data www.jatengprov.go.id, untuk angka kematian ibu (AKI) di Jawa Tengah pada Tahun 2014 mencapai angka sebanyak 711 kasus, pada tahun 20215 sebanyak 619 kasus, tahun 2016 sebanyak 602 kasus, tahun 2017 sebanyak 475 kasus kematian, tahun 2018 sebanyak 421 kasus kematian Ibu dan 416 kasus pada tahun 2019. Jumlah AKI yang terus menurun ini merupakan suatu pencapaian dari berbagai program yang telah digaungkan oleh pemerintah provinsi Jawa Tengah guna menekan angka kematian ibu (AKI). Namun, ketika Pandemi melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia dan Jawa Tengah, Angka Kematian Ibu (AKI) kembali meningkat di provinsi Jawa Tengah, dalam kurun waktu belum genap satu tahun pandemi Covid-19 melanda.

Pencapaian pemerintah provinsi Jawa Tengah dalam menekan angka kematian ibu (AKI) di Jawa Tengah pun mengalami kemunduran. Meningkatnya kasus kematian ibu di tahun 2020, lantaran selama pandemi Covid-19, masyarakat termasuk ibu hamil takut mengunjungi fasilitas kesehatan. Dilansir dari www.republika.id Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah, Siti Atikoh, mengatakan bahwa terdapat 530 kasus kematian ibu melahirkan pada 2020. Angka Kematian Ibu (AKI) yang sebelumnya dapat diturunkan, Jika dibandingkan dengan kasus kematian ibu ditahun-tahun sebelumnya, Justru kini malah kembali mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan jumlah kenaikan sebanyak 114 kasus AKI di Tahun 2020. Sehingga upaya pemerintah Jawa Tengah menekan Angka Kematian Ibu (AKI) mengalami kegagalan pada Tahun 2020 karena Covid-19 ini.

Tidak dapat dipungkiri bahwa saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia, banyak sekali simpang siur berita terkait banyaknya kasus kematian serta bahaya yang ditimbulkan untuk kesehatan oleh virus corona, yang membuat semua orang ketakutan dan merasa was-was jika harus berpergian ketempat umum yang berpotensi menimbulkan kerumunan. Hal ini tentu saja berdampak pula bagi Ibu-Ibu hamil yang seharusnya memiliki kewajiban untuk mengontrol dan memeriksakan kehamilannya di rumah sakit, puskesmas, dan layanan kesehatan lainnya, menjadi mengurungkan niatnya untuk memeriksakan kondisi kesehatan karena takut tertular Covid-19. Selain itu, kegiatan masyarakat juga dibatasi pada awal pandemi. Rumah sakit menjadi tempat pertama yang dihindari oleh masyarakat, karena rumah sakit menjadi tempat utama untuk menangani kasus pandemi Covid-19, hal ini mengharuskan ibu hamil untuk mengurangi jadwal kontrol kandungan agar tidak tertular Covid-19 karena ibu hamil rentan akan terserang penyakit, yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi kesehatan sang ibu dan sang anak yang dikandung.

Sebelumnya, Pemerintah di Jawa Tengah telah menggiatkan program Inovasi unggulan yaitu program 5NG (Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng). Dilansir dari www.dinkes.jatengprov.go.id – Semarang, program 5NG (Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng) merupakan kegiatan yang secara sistematis dan terpadu digunakan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (ABI) di Jawa Tengah, program ini dilaksanakan dalam 4 fase yaitu fase sebelum hamil, fase kehamilan, fase persalinan, dan fase nifas. Namun ketika pandemi Covid-19 menyerang, pemerintah Jawa Tengah, disampaikan oleh Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah, Siti Atikoh agar menggiatkan kembali Program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng atau 5Ng untuk keselamatan ibu dan bayi sejak hamil hingga melahirkan mengingat naiknya Angka Kematian Ibu (AKI) di masa pandemi Covid-19 ini.

Pemerintah provinsi Jawa Tengah bersamaan dengan program 5 NG, disampaikan oleh dr. Yulianto Prabowo, M Kes, dilansir dari        www.dinkes.jatengprov.go.id untuk JANGAN 4 T guna mendukung program 5 NG yang dicanangkan pemerintah Jawa Tengah, yaitu JANGAN terlalu muda usia calon ibu, JANGAN terlalu tua untuk hamil, JANGAN terlalu sering hamil, dan JANGAN terlalu dekat jarak kehamilannya. Yang disampaikan oleh dr. Yulianto Prabowo, M Kes untuk JANGAN 4 T  tentu harus diperhatikan dengan baik disaat masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, karena sebelum adanya pandemi Covid-19, terlalu muda usia ibu hamil, terlalu tua untuk hamil, terlalu sering hamil  dan terlalu dekat jarak kehamilan sangat beresiko bagi kesehatan dan keselamatan ibu dan anak di masa kehamilan maupun kelahiran. Pandemi Covid-19 dengan virusnya yang dapat membahayakan kesehatan tentu akan beresiko bagi ibu hamil sehingga perlu diperhatikan lebih lanjut agar Jangan 4 T tersebut disosialisasikan lebih baik lagi kepada masyarakat, agar masyarakat mengetahui dan melakukan anjuran yang diberikan guna mengurangi resiko kematian ibu dan bayi di Jawa Tengah maupun di Indonesia di tengah pandemi Covid-19.

Dalam kehamilan, dengan usia ibu yang masih terlalu muda seperti  remaja, anemia masih tinggi, dan  berpotensi pula ketika mengandung anaknya memiliki resiko berat badan lahir rendah (BBLR) dan juga memiliki potensi untuk stunting. Jika sudah kasus stunting tidak dapat dilakukan penyembuhan hanya dapat dilakukan pencegahan. Terlalu tua usia ibu hamil juga beresiko dan harus dihindarkan karena usia terlalu tua saat hamil beresiko bayi dapat lahir tidak normal karena pembelahan sel telur yang abnormal. Wanita hamil diatas usia 40 tahun beresiko mengalami kompilasi seperti plasenta previa dan preeklamasia serta resiko resiko lainnya. Selain itu Jarak hamil yang terlalu dekat juga beresiko kematian bagi ibu hamil karena dapat menimbulkan pendarahan pasca persalinan dikarenakan rahim ibu yang belum siap menampung janin yang baru. Selain tiga hal tersebut terlalu sering hamil sebaiknya juga dihindarkan karena beresiko mengalami pendarahan saat hamil dan dapat mengakibatkan kematian ibu. Sehingga program tersebut perlu digiatkan dan dilaksanakan secara nyata lagi guna meminimalisir Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Tengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun