[caption id="" align="aligncenter" width="425" caption="http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2013/11/13846534591255918450.jpg"][/caption]
Masih terekam kuat dalam ingatan ketika beberapa bulan lalu saya masih sangat jarang menulis. Saya menulis hanya ketika ada mood dan ketika ada moment. Maksud ada mood yaitu dorongan untuk menulis itu muncul sendiri dari dalam, bukan karena dorongan siapa-siapa. Dan ada moment maksudnya, menulis jika ada peristiwa-peristiwa penting saja. Tapi itu dulu, sejak saya belum kenal dengan blog Kompasiana.
Saat saya berhasil menulis satu buah artikel saja, rasanya sudah sangat berprestasi. Lalu berhari-hari berikutnya saya akan vacuum tanpa ada beban untuk menulis apa pun. Dulu dan sekarang tak ada yang berbeda. Stok waktu yang tersedia sama, kesempatan juga sama, kesibukan pun tak jauh beda dulu dengan sekarang. Mungkin bedanya ada pada tekad dan fokus. Dengan tekad yang kuat , seseorang sangat berpeluang untuk berhasil. Ditambah dengan fokus, segalanya menjadi berbeda, semua berada dalam bingkai sorotan mata penulis.
Di luar perkiraan dan perencanaan, saya akan bisa seproduktif ini menulis. Dalam tempo empat bulan sejak saya “memaksa” diri untuk menulis setiap hari. Meski sempat ada beberapa hari kosong yang berlalu tanpa tulisan apa-apa. Itu pun sudah menjadi “beban” tersendiri yang hanya saya pribadi yang dapat merasakannya. Sampai detik ini saya belum merasakan dampak negatif dari aktivitas menulis yang saya lakukan ini. Yang banyak terasa justeru dampak positif yang membuat hari-hari terus berwarna dan menantang.
Mulai dari teman yang banyak dan beragam, hingga belajar beragam jenis tulisan. Tulisan pemula, tulisan para editor profesional, sampai tulisan para penulis yang sudah punya nama dan karya. Dari warga biasa yang mencintai jurnalisme sampai para peraih award yang berbobot, semua dapat dijumpai di sini. Seperti menu makanan siap saji. Kita tinggal memilih mana selera yang cocok dengan lidah masing-masing.
Sampai detik ini saya hanya tahu saya ingin membuat buku yang banyak untuk saya wariskan pada anak-cucu saya kelak. Untuk bisa melahirkan buku, tentu saya harus terus menulis dan berlatih. Tak ada cara lain yang lebih efektif dan nyata hasilnya dari terus berlatih dan berlatih setiap hari. Seperti ketika awal belajar berenang dulu ketika kecil. Sampai sekarang saya tidak akan pernah bisa berenang seandainya hanya terus belajar di ruang kelas. Mempelajari semua teori gaya dalam berenang. Tapi tidak pernah dicemplungkan ke danau Matano di Sorowako kala itu.
Yang bisa saya sadari dan rasakan sekarang ini, tulisan saya sangat biasa dan ringan. Tak ada yang istimewa. Kecuali pengalaman-pengalaman yang sudah pernah saya alami sebelum saya mengisahkannya dalam untaian kalimat dalam tulisan. Inilah yang senantiasa menguatkan untuk mau berbagi pengalaman dengan siapa saja yang sempat membaca tulisan-tulisan saya.
Semoga dapat meninggalkan jejak pada siapa pun yang sempat membacanya. Salam……